Selasa, 28 Agustus 2012

Nggak Suka Lagi


Selasa, 28 Agustus 2012...
Resmi memulai lagi karir di dunia per-les-an untuk tahun 2012/2013, semangaaaat...  
Sore tadi, tepatnya petang sih, aku sudah di rumah Abi untuk membantu dia beajar Bahasa Inggris. Anaknya cukup cooperative, menyenangkan dan cerdas. Cerdas itu penting, makanya ada kata "menyenangkan" dalam komentarku untuk Abi, hehehe


Lesnya sih biasa aja, tapi ada yang tidak biasa. Saat istirahat tiba, Abi memintaku meminum sirup yang sudah dibuat oleh eyang uti-nya untuk kami berdua. Aku hanya melirik segelas sirup berwarna pink. Bingung juga apa yang mau aku lakukan terhadap sirup itu. If you ask me why, it's because guava. Yup, itu segelas sirup jambu. Jambu sodara-sodara... Did I mention Jambu on the previous post? YeahI hate this fruit so much, that I can run far far away avoiding the smell of guava. Baunya benar-benar membuatku mual . Itu kalau jambunya asli bentuk buah. Untung yang kuhadapi tadi cuma segeas sirup jambu. Cuma perasa jambu saja, jadi baunya tidak teralu menyengat.



Well, back to the reality. Saat selesai dan siap-siap hendak pulang, Abi berkata "kok sirupnya nggak dihabiskan?"



Aku cuma tersenyum sambil memutar otak menghindari minum jambu tanpa menyakiti tuan rumah yang sudah repot-repot menyediakan minum. Tapi waktu berpikirku habis. Maka dengan menahan nafas aku cepat-cepat meminum segelas sirup jambu sampai tersisa 1/3 gelas. Gak habis 100% lah ya, tapi cukup jadi rekor baru buatku. Seperti sedang minum jamu, agar tidak terasa tidak enaknya jambu, sirup itu tidak kuperbolehkan mampir di mulutku. Selesai minum, aku sempatkan mengambil kastengel untuk menetralisir rasa jambu di mulutku. Dan alhamdulilah, aku tidak mual-mual, haha...



Beginiah susahnya menjadi fruit hater, tidak bisa makan atau minum yang berbau-bau buah. Yang artinya, setiap bertamu di rumah teman atau kerabat, (bila buah menjadi salah satu suguhan) aku bakal mengecewakan mereka karena tidak menyentuh buah yang mereka suguhkan padaku. So sorry, but I really cannot do that   

Minggu, 26 Agustus 2012

Kritik Kritik Kritik

Teman A : kayaknya kamu berubah.
Teman B : ah, masak? Jadi tambah cantik ato tambah manis? Aku merasa fine-fine aja lho, hehe..
Teman A : please deh, jangan sok amnesia. Akhir-akhir ini kamu menjilat ludahmu sendiri tau.
Teman B : apa sih?
Teman A : menurut loh??!
Teman B : suer, Aku nggak ngerti.
Teman A : kamu pikir aja sendiri!!


Huff…

Andai aku sedang ada di kelas bahasa Indonesia, dan sedang disuruh melakukan dialog di atas di depan kelas pula, aku pasti bingung milih peran yang mana. Apakah aku mau jadi Teman A atau jadi Teman B??!

Mungkin aku mau jadi teman A, karena aku tidak suka di-judge negatively. Mungkin mengkritik itu lebih gampang, tinggal mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini terpendam. Tidak perlu memikirkan wajahku akan nampak sedih, menangis ato minta dikasihani. Kayaknya tinggal pasang muka serem dan judes.

Tapi....

Ah, setelah menyiapkan diri untuk mengeluarkan kritikan (yang membangun tentunya dan bukan sekedar kritikan nggak penting), ternyata NGGAK ENAK mengkritik teman sendiri. Bukan teman sejati memang, karena teman sejati selalu saling mengingatkan, saling menjaga agar selalu di jalan yang lurus. Tahu sendiri kan, kadang seseorang sengaja memilih jalan lain, padahal ada jalan yang memang sudah paten sesuai syariat. Tapi kayaknya aku nggak tega merusak persahabatanku deh. Aku nggak siap mendapati si Teman B akan menjauhiku setelah NGGAK TERIMA dengan kritikanku. Teman B mungkin akan berkata "nggak papa kok. Makasih sudah mengingatkan ya."

Tapi kan, dalam hati orang siapa yang tahu???!!

Terus...

Kalau aku jadi Teman B, bisa tiga hari tiga malem nggak tidur buat mikirin perubahan apa yang menurutku
KEMAJUAN tapi menurut orang lain KEMUNDURAN. Bisa saja aku menghibur diri dengan mengatakan “masa bodoh dengan apa kata orang, mereka gak tahu apa-apa tentangku”.
Tapi apa iya Teman A itu termasuk golongan orang yg tidak mengenalku? Kalo dia temanku, maka dia orang terdekat yang selalu tahu apa-apa tentangku. Jika begitu, maka orang yang tidak tahu apa-apa tentangku akan men-judgeku lebih buruk dari temanku sendiri. Aku nggak mauuuuuuu…..

Hmmm, kawan…
Ada baiknya kita me-review tentang apa yang telah kita lakukan selama ini. Setiap tingkah laku kita akan termonitor oleh orang banyak yang mengenal kita. Perilaku kita, baik tindakan maupun perkataan, akan membentuk image kita sendiri di hadapan masyarakat. Kadang kala, tak sadar kita khilaf melakukan tindakan bodoh yang membuat kita jadi bahan gossip panas. Mungkin kita bisa seenaknya “
LUWEH” dengan pandangan orang. Yang penting kita yakin bahwa kita tidak berbuat salah.HELLO??!!!!!
Bersikap cuek sih boleh-boleh saja, tapi pernah kah kita mikirin bagaimana “TEMBE MBURIne”? Tidak kah kita memikirkan siapa saja yang merugi jika kita terlalu cuek dengan image kita yang menurut kita kebagusan ini? Kalo itu cuma merugikan diri kita sendiri, terserah lah ya. Unfortunately, banyak pihak yang namanya tercemar karena ulah kita. Orangtua, keluarga bahkan teman deket yang sering “ubyang-ubyung” akan kena getahnya.

Nah, kawan.. jangan terlalu cuek dengan perilaku kalian deh. Pikirkan dulu image kalian akan terbentuk seperti apa sebelum kita seenaknya berbuat. Satu contoh, saat ada teman lain berbuat hal yang tidak sesuai dengan prinsip kita, tak jarang kita mencelanya. Sering kita berucap “aku nggak akan seperti itu. Ih, amit-amit”. Namun sayangnya, lidah tak bertulang.
BISA JADI kita khilaf dan (moga-moga) TIDAK SENGAJA melakukan hal bodoh yang sejak dulu dicela sendiri. Terus, dimana letak harga diri kita?? Dimana rasa malu kita?? Jangan pikirkan rasa malu di hadapan orang lain, tapi pikirkan dulu betapa malunya kita dihadapan hati nurani kita sendiri. Jangan sampai kita menjilat ludah sendiri. Astaghfirullahal’adzim…

Ayolah, inil saatnya kita mengitrospeksi diri kita. Memang kita pikir tidak banyak yang harus diintrospeksi. Yah… kayak pepatah lama yang berbunyi “Gajah di pelupuk mata tak nampak, kuman di seberang lautan nampak”. Susah banget untuk melihat kekurangan diri sendiri. Ya, karena kita seperti si Kuman bagi orang lain, maka itulah gunanya orang lain yang bisa menilai kita. Mereka bisa menjaga kita agar tetep on the track. Nggak salah kena kritik, jadi terimalah kritik itu dengan lapang dada. Masalahnya, setelah menata hati dan merancang kalimat yang akan diucapkan, ternyata
SULIT banget meng-kritik teman sendiri. Maka dengan ber-INTROSPEKSI, bantulah teman kita untuk mengkritik diri kita sendiri …


PS: Aku butuh dikritik banget 
nail biting

Kulo Nuwun, Permisi, Excuse Me...

Picture by Carry Me Home


Bingung deh, kenapa bisa seorang tamu (namanya kan tamu ya) masuk rumah dengan sembarangan. Dari dulu selalu diajari ortu atau guru tentang sopan santun, tapi belum diterapkan juga.Taukah dia kalau bertamu sama sekali bukan hal sepele seperti yang dia kira. Memang budaya bertamu ini sangat dianjurkan dalam Islam untuk mempererat persaudaraan. Eits, memasuki rumah orang asing, teman atau saudara sekalipun ada aturannya. Yang pernah bertamu pasti sudah sadar tentang anjuran ini kan? Tapi belum tentu yang bertamu ini sadar kalau Islam juga mengatur bagaimana seorang tamu harus bersikap.

Ini nih ada sedikit peraturan saat bertamu:

Pertama-tama, ketuk pintu dan ucapkan salam. Wajib, agar si tuan rumah tahu kalau ada tamu di depan pintu. kadang-kadang, kalau cuma terdengar ketukan pintu, orang rumah tidak ngeuh kalau ada tamu. Jadi, supaya tidak kecewa, jangan pernah pelit salam. Oh iya, sebutkan nama saat pemilik rumah bertanya, “Siapa?”. Dalam hadits, sahabat Jabir berkata, "Aku datang ke rumah Nabi SAW untuk membayar hutang ayahku, maka aku mengetuk pintu. Lalu Rasulullah SAW bertanya, 'Siapa?' Aku menjawab, “Aku.” Maka Rasulullah bersabda, 'Aku, aku,' seolah-olah Nabi SAW kurang suka dengan jawaban, “Aku.”

Kedua, mundur tiga langkah ke belakang (iyalah ke belakang) dan balikkan badan memunggungi pintu agar si tuan rumah punya waktu untuk merapikan diri sebelum menemui tamu. Kadang tuan rumah, misalnya perempuan, tidak berjilbab sehingga tidak siap menerima tamu. Jadi please, sabar ya kalau tuan rumah sudah menyahut salam tapi lama buka pintunya. Khusnudzon saja, mungkin tuan rumahnya baru nyari jilbab.

Ketiga, jangan pernah mengintip isi rumah atau yang lebih extrim tapi sering terjadi adalah membuka pintu dan masuk rumah tanpa ijin tuan rumah. Sahl bin Sa’ad As-Saidi pernah berkata kalau ada seorang mengintai dari lubang di pintu rumah Rasulullah SAW sedang di tangan Rasulullah SAW ada sisir besi yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala beliau. Ketika beliau mengetahui ada seseorang yang mengintai, beliau bersabda, "Andaikan aku mengetahui bahwa ia benar-benar telah mengintai, maka akan aku cocokkan besi ini di kedua matanya” (HR Bukhari Muslim). Kalau Rasul saja sampai begitu kesalnya pada tamu yang kurang sopan, apalagi kita ya.

Ada lagi hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Andaikan ada orang mengintai rumahmu tanpa izinmu, kemudian engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu.” Kalau Sketsa bilang... "Waduh".

Keempat, jangan masuk rumah sebelum tuan rumah mempersilahkannya masuk. Penting banget untuk diingat, karena bahkan di rumah saudara sendiri, ada hal yang orang lain tidak boleh tahu. Misalnya lagi nih, si empunya rumah habis mandi dan pakaiannya yang tidak proper banget, kasihan dia jadi malu tujuh turunan karena ternyata si saudara (tamu) itu laki-laki. Nah lo.. Pasti akan terjadi situasi aneh diantara tuan rumah dan tamu.

Kelima, jaga mata agar pandangan tidak nakal dan kesannya "menelanjangi" isi rumah. Pernah tahu, ada tipe tamu yang sukanya iseng pengen tahu isi rumah. Pura-pura mau ke kamar mandi, padahal penasaran seperti apa isi rumahnya. Bukan, bukan.. Tidak ada maksud untuk menuduh yang bukan-bukan, tidak menyamaratakan semua tamu begitu. Tapi kesaksian (apa ya istilahnya) ini pernah diucapkan seorang teman (bukan teman saya sih) saat ngobrol-ngobrol santai. Ngeri..

Keenam, jangan masuk ke ruang/kamar yang memang bukan untuk tamu. Bagiannya si tamu ya di ruang tamu, bukan kamar-kamar lain yang ada di rumah itu. Membuntuti tuan rumah ke seluruh penjuru rumah itu juga tidak sopan. Kalau si tuan rumah sendiri yang memperbolehkan, itu lain lagi ceritanya. Tapi kadang tuan rumah segan menegur, tinggal tamunya saja yang pintar bersikap dan membaca situasi.

Sebenarnya banyak hal yang perlu kita ketahui sebagai tamu. Tapi penulis Note ini punya keterbatasan. Takutnya terjadi salah paham atau salah interpretasi, bisa jadi dosa jariyah buat penulis kan ya. Biar lebih jelas lagi, silahkan meluncur ke google atau lebih manteb lagi kalau tanya ke pak ustadz atau bu ustadzah... 

Tertutup memang indah

Ibarat buku, kulit wanita adalah cover buku. Buku yang disampul dengan bagus, maka coverbuku aslinya akan lebih terjaga keindahannya dibanding yang tidak bersampul.

Benarkah?
Sebenarnya semua wanita juga tahu bahwa yang tertutup itu selalu indah. Hanya saja ada banyak alasan yang membuat mereka belum sadar tentang perintah Allah ini.

Padahal Allah memerintahkan para wanita islam untuk menutup kulit tubuhnya (aurat) untuk menyadarkan bahwa mereka itu wanita beriman. Bukan wanita yang biasa merayu-rayu di jalanan dengan menunjukkan lekuk tubuh mereka kepada orang lain.

Inilah cara Allah menghargai keindahan wanita, dengan mengariskan perbatasan aurat. Agar keindahan itu hanya dinikmati oleh insan yang berhak. Bukannya diraba-raba oleh pandangan yang sakit...


"Ngutip dari mana-mana"
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon