Kamis, 27 September 2012

Blouse on Green


Again… I worked on deadline… 
Kemarin temen-temen di sekolah sudah memutuskan kalo acara syawalan se-Bantul hari ini sekaligus sebagai ajang pamer seragam baru. Lebay ih… Padahal maksudnya, seragam hijo yang terbaru harus segera dijahitkan, biar besok bisa pake seragam yang samaan. Nah, yang belum jadi ya gimana caranya biar besok sudah jadi dan siap dipakai. Sebenarnya itu cuma bahasaku aja yang terlihat pemaksaan. Tapi kalo nggak ada pemaksaan kayak gini, belum tentu kain seragam ini aku jamah.

Dalam waktu kurang dari 24jam, blus on green-ku harus jadi. Enggak perlu diobras biar rapi bagian dalamnya, yang penting bagian luar nampak oke, nggak perduli keadaan dalamnya, hihihi
Masih berbentuk kain. Kiri kain atasan, kanan jilbab, background kain bawahan
As always, Ibu draws the pattern and cuts the cloth

Bingung juga mo di desain kayak apa. Secara kainnya polos los. Kalo dibikin ada kancingnya, bakal ribet deh, nggak mungkin besok hari bisa kelar. Makanya cuma dibikin model blus biasa. Pe-er.. blus polosnya mesti dibikin lain dari yang lain. Kalo polos aja ntar dikira anak SMA wajah tua  

Beruntung aku pernah beli manik-manik aneka warna. Rencananya itu manik-manik mo dipake buat payet jilbab. Yah, gara-gara sifatku yang moody, jadi manik-maniknya pada nganggur. Nah, si manik-manik warna biru dan hitam jadi pilihanku untuk menghias sisi perut dan sikut baju. Hasilnya jadi gini…
So simple, isn't it?
Huft huft... Bagiku, kok sistem kebut semalam ternyata berlaku saat kuliah bahkan sampai sekarang ya (tak patuuut ). Hasilya, bajunya beres, orangnya yang nggak beres,  ngantuuuuk.... Dari habis isyak (pulang les) sampe sekitar pukul 1 pagi bergaul dengan jarum, benang dan manik-manik. Kayak "ngoyo" banget padahal baju ini cuma dipake untuk occasion yang not that special. But, somehow, I'm proud of my self coz I can finish what I started. Jarang-jarang kejadian gini nih. 

People say that the first is the hardest. For me, the first is the easiest, the last is the hardest... 


Senin, 24 September 2012

Ini Gambarkuh

Gambar menggambar, aku suka  nih..
Meski cuma amatiran dan seringnya nyontek komik. Tapi aku bukan yang tipe nyontek gambar pake kertas karbon loh. Cuma memperbesar gambar di komik ato di  buku.

Awalnya aku suka menggambar karena suka lihat gambar kartun yang bagus. Sampai lah aku coba-coba menggambar di kartu lebaran. Kan jaman SMP lagi in tuh kirim-kiriman pake kartu lebaran. Jadi aku buat kartu lebaran sendiri dan ngirim kartu-kartu itu ke temen-temen se-gank. Gambarnya bukan gambar orang, misal gambar kereta, gunung (es-te-de), pohon, ya gitu deh. Kenapa? Karena enggak bagus kalo nge-gambar orang I don't want to see

Terus, waktu sma aku lihat bapak lagi duduk memeluk lutut sambil nonton TV. Disampingku ada kalender dan pensil, bekas bapak coret-coret nyatet musim tanam di sawah. Maka mulailah aku iseng menggambar bapak di balik kalender. Jelek sih, soalnya cuma asal coret dan pake pensil pula. Tapi lumayan, sekali orang lihat, pasti tahu kalo yang ada digambar itu bapak. Jadilah aku tambah pede ngegambar  batting eyelashes

Waktu kuliah, pojok buku catetan ato modul sering ada gambar-gambar nggak jelas. Biasa, kalo nggak konsen kuliah, suka sibuk gambar, biar kalo belajar nggak bosen liat tulisan doang. Pernah suatu kali lagi asyik coretin modul, Pak Dosen Material Development (nggak usah disebut namanya lah) nyindir tentang pentingnya menyisakan sedikit bagian kosong di buku yang harus kami buat agar siswa yang bosen mendengarkan guru bisa memanfaatkan bagian kosong itu untuk menggambar. Doeng, langsung tutup buku dan perhatiin si Bapak tongue

Ini sebagian dari hasil gambarku, judul dan tahun pembuatan gambar dibawahnya. Sebenarnya masih ada beberapa lagi, tapi sebelum di scan, ternyata sudah ada yang minat. Maka setelah di sortir, cuma ini yang tersisa..

Geng SMA - 2006
Alice Academy - 2006
Ninja Rantaro - 2006
Ninja Rantaro - 2006


Working Girl - 2006

Working Girl - 2006
Working Girl - 2006
Whaltz in White - 2006
The Late Pohon Pete Depan Rumah - 2006

Desperate (bukan judul komik) - 2007
Omelette - 2007
Omelette - 2007
The Duck - 2007

Cyber Idon Mink - 2008
Happy Ice Cream - 2008


Indri and Kantor TU lama - 2012

Makin tua makin nggak produktif ya. Sudah jarang nyewa komik, jadi sudah nggak banyak contoh gambar yang bisa di kopi, hehe... Ngomong-ngomong soal komik, aku punya 2 biji komik Miiko. Belum dicari buat di gambar. Dan kayaknya aku pernah ngegambar si Miiko sama si Eguchi. Tapi kok nggak ada ya, kemana kah mereka?  thinking


PS: Emoticons are copied from Yahoo messenger


Mari Menjahit ^_^


Pada dasarnya aku bisa menjahit loh,  hihihi    tongue... 
Tapi ternyata nggak mudah menjahit itu. Menjahit baju misalnya, butuh waktu lebih. Mendesain, mengukur badan, memotong dan menjahit bagian-bagian tertentu yang menurutku susah bow. Biasanya aku minta bantuan Ibu buat memotong pola dan kainnya. Aku tinggal menjahitnya sesuai potongan-potongan. Tapi kalo ada bagian tertentu yang susah, misalnya bagian kerah, aku lebih sering menyerahkannya sama Ibu. Yah, dimaklumi saja, aku belajar menjahit secara otodidak sih    d'oh

Menjahit yang paling aku suka ialah menjahit yang bukan baju. Misalnya ya, jahit pencil case, dompet, tas ato penutup tumbler. Gara-gara iseng buka forum Belajar Jahit - Menjahit Sendiri di FD, ketemulah blog Very Purple Person yang cute inih. Ngubek-ngubek blog ini seru deh, menggetarkan jiwa menjahitku (halah). Nah, disini ketemu pola tas bolak balik yang emang gampang dibikinnya, maka ini lah hasil karyaku...

Untung ada sisa kain seragam yang emang suka disimpan sama ibu. Kain luarnya berwarna biru tua, kain dalamnya motif batik warna ungu (my fave color) sisa kain seragam. Kalo lagi pake seragam batik warna ungu, aku suka pake rok biru biar samaan dengan tas buatanku. Terus, karena motif batik ketemu motif batik itu bikin sakit mata, maksudku jadi rame banget, makanya tasnya aku balik. Motif batik ada di bagian dalam, tapi nampak luar masih sedikit kelihatan kalo tasku matching cyin. Biar nggak gitu polos, di bagian luar ada hiasan bunga rajut, ada tali menjuntai yang dibuat dari kain batik juga.

Ceritanya hari Rabu (tanggalnya lupa) ada acara sertijab kepala sekolah di Gedung Dakwah Bantul. Semua guru di sekolah sepakat untuk memakai seragam ungu, biar bisa bedain mana guru SDM Blawong I, dan mana guru SD lainnya. Kebetulan tas-ku ini aku buat emang sengaja untuk dipake di hari H. Sengaja dibela-belain jahit tas se-siang semalem loh, hihihi.. Oh iya, OOT dikit, kalo masalah begadang demi menjahit baju ato rok untuk dipake besok paginya, itu aku banget. Sudah biasa work on deadline..

Terus, pas sudah sampe di Gedung Dakwah, aku duduk disamping guru muda dari SDM Karang Tengah (moga-moga nggak salah). Awalnya aku nggak perhatian dengan apa yang ada didirinya. Cuma risih aja karena dya ribut foto-fotoin acara sertijab, jadi mesti bolak-balik melewati aku. Pas sudah selesai duduk kembali disampingku, dya ngeliatin tasku yang baru. Bangga dong tasku diliatin. Mana tasnya bisa dibolak balik lagi (sombongnya keluar lagi, whew!aduh maap). Sebenarnya risih ding, soalnya jahitannya kurang rapi. Makanya agak aku tutup-tutupi pake tangan, hehe

Kalo tas yang dibawah ini, requested dari my beloved unblooded sister. Dya liat aku pake tas buatanku sendiri (bukan yang atas itu loh). Bahan tasnya dari kain puring (kata mbak penjualnya) motif polkadot ada kayak kawung yang membetuk bunga. Kainnya cukup murah, cuma sekitar 8rb - 12 rb / meter. Murah kan? Motifnya macem-macem, mudah pula untuk dibuat, cuma sayang, bahannya tipis dan motifnya nggak tahan lama. Dicuci sekali pasti akan hilang motifnya. Tapi banyak temen dan sepupu yang suka dan minta dibuatkan tas dari kain macam ini, dengan model tas menyesuaikan permintaan dan mnyesuaikan moodku juga, hehe...
Requested by Citra Amalia Waskita Sari
Fotonya masih ada cit, tapi tasnya  mungkin dah nggak berbentuk  laughing

Dah ah, kapan-kapan post tentang hasil jahitan lagi ye...
Cya later Fellas..

Jumat, 21 September 2012

Semangat Dunk!

Semangat Kakaaaaaaaaak...
(serasa lagi di Matahari aja)
Akhir-akhir ini aku lagi semangat banget nge-blog ya. Jadi penasaran sendiri nih, hihihi...
Biarpun isi blognya cuma seputar diri sendiri, minimal ada bagusnya lah. 

Apa bagusnya?

Bagusnya? Ini kan blog tentang diri sendiri, paling nggak aku bakal nulis kisahku sendiri yang mana orang lain nggak mengalami hal yang sama. Mirip sih iya, kalo sama ma ma kayaknya nggak deh.

Aku punya prinsip "nggak bakal ngopi paste" isi blog orang lain buat ngisi blog-ku sendiri. Sebisa mungkin nulis dengan  bahasa sendiri dong. Kan banyak tuh blogger yang ngisi blognya tentang artikel informatif, taunya di blog lain juga ada, dan kalimatnya sama plek ketiplek. 
No offense, tapi misal pas lagi nyari "Cara meng-hack FB", ketemu beberapa blog yang isinya kurang lebih sama. Sayang disayang, ada 2 blog (karena aku cuma bandingin 2 link saija) isi postnya sama nggak ada tambah kurangnya. Aduh, jadi nggak tahu who write the original post and who copy it.

Anyway, no need to talk about someone's negative, jadi skip back to me.
I'm glad to be a blogger since the blog gives me spaces to yell my thought out loud.
Yiiiiiiha....

Masalah bahasa yang aku gunakan, mungkin pada mikir aku sok ke-inggris-inggris-an. Suka-suka kau lah sebut aku apa, hehe
Tapi nulis in English itu seru, nambah ilmu ngomong Inggris written ataupun spoken. Sebenarnya pengen nulis dalam bahasa Inggris, tapi ntar yang nggak bisa bahasa Inggris pada komplain. Lebih heboh lagi, kalo yang bisa bahasa inggris ikutan komplain soal grammarku. 
Nggak masalah sih, wong ya for the sake of my own good.... 
Ya wis lah, ini jalan tengahnya, sok Inggris gak jelas gini saja, hihihi...


Doakan semoga blog ini masih akan eksis, meski yang baca nggak ada, yang jelas aku asyik-asyik aja ngomong sendiri sama laptop   ^_^


Dokter Vs Jerawat

Jerawat oh jerawat...
Why do you love staying on my face
Trulysaya capek banget sama yang namanya jerawat. Iya kalo cuma tumbuh sebentar lagi sendiri. Lah ini, tumbuh gedhe aja pake ngajak temen2nya sekampung. Jerawat ini, entah kenapa tiba-tiba jadi menggila. Merah-merah, buanyak dan sakiiiiit... crying

Desember 2011
Jerawatku yang sudah sangat jarang ada, unjuk gigi menunjukkan ke-eksistensinya. Awalnya cuma nongol 1, terus disampingnya, dan menjadi ada beberapa jerawat di sekitarnya. Kemruyuk kalo bahasa Jawanya. Lama-lama kok jerawat ini jadi kayak bisul, ih... I'm almost desperate at wits' end


Kalo dipikir-pikir, facial treatment-ku itu nggak ada yang berubah. Pakai Ristra setiap hari. Dan bukan karena Ristra jerawatku jadi muncul karena saat berjerawat dulu, saya mengganti FW ku dengan Ristra, dan hasilnya jerawatku jadi sembuh. Nggak sembuh banget sih, paling nggak, cuma ada 1 ato 2 biji dan tumbuhnya normal, njendul (apa ya bahasa Indo-nya) -> bermata -> pecah -> kempes -> ilang tinggal bekasnya. Nah, kok jerawat yang di mukaku ini bermata -> pecah -> nggak kempes -> bermata lagi. Kadang malah nggak pake mata, jadi nggak pecah dan nggak hilang.

Berdasarkan ingatanku, jerawat bisul ini muncul setelah saya facial (cie, sok jadi banci salon) di Salon Muslimah dekat rumah. Biasanya saya minta yang anti acne biasa. Tak tahunya, saat facial sekitar Desember itu, anti acne-nya diganti yang merk WALET. Iya, WALET yang terkenal di dunia gadis yang pengen punya wajah putih kinclong, yang ternyata mengandung bahan-bahan berbahaya itu. Waktu itu saya kuper merk, jadi nggak tahu kalo walet ini termasuk krim gak jelas. Karena saya nggak mau bahas si walet, jadi baca infonya di link di atas ya.

Jadi Sebel banget deh sama si walet ini. Cuma sekedar facial beberapa menit, tapi efeknya bikin jerawat bertahan 4 bulan dimukaku. Sebenarnya ini suudzon sih, karena belum tahu jelasnya. Tapi yang pasti, skincare ku nggak ada yang berubah kecuali facial pake merk SWALLOW itu.

Malu? Iya, karena banyak yang bertanya "kenapa mukamu?".
Ih, padahal jerawat kan biasa ya. Tapi mungkin karena ini jerawat kayak nggak biasa ada dimukaku (dih, sombong), makanya pada bertanya kenapa dengan mukaku. Kadang kalo males, saya jawab aja "alergi. Tapi nggak tahu alergi apa", hihihi...



Desember 2011 sampai Mei 2012
Saya berkawan dengan grombolan bisul bentuk jerawat ini. Belum pernah sekalipun ke dokter cuma buat ngobatin jerawat. Sayang duit aja. Tapi gara-gara obat jerawat dari Ristra sudah nggak manjur lagi, saya akhirnya menyerah. Ibu sudah sering mengingatkanku untuk ke dokter karena jerawat ini kok kayak penyakit. Ya sudahlah saya ke dokter Kulit di RS PKU Yogyakarta. Kebetulan dokter-nya, Dr. Nafiah, SpKK juga dokter di Ristra Skin Care. Harapanku, dokter bakal kasih saya obat yang sinkron sama Ristra.

24 Mei 2012
Kunjungan pertama ke poli kulit. Saya ada di urutan nomer 5 kalo nggak salah. Cukup sepi, nggak ngantri banyak. Dokter cuma memeriksa pipi kanan kiri pakai senter terus nulis resep sambil meng-interview kenapa bisa jerawatnya mengerikan gini. Udah gitu aja. Saya juga bertanya-tanya dalam hati, "yakin nggak dok? yakin udah tahu masalahku?". Ya mau gimana lagi, percaya aja deh. Kan yang dokter beliau bukan saya ini.

Giliran mau bayar ke Kasir, deg-deg-an deh. Bener-bener nggak ada bayangan tarif dokter kulit itu berapa dan tarif obat kulit itu berapa. Alhamdulillah, stock di dompet cukuplah buat bayar 1st Visit. Ini nih rincian Tarif tindakan dan obat di Poli Kulit PKU (penting nggak sih?!):
    1. Pendaftaran  Rp. 12. 500
    2. Pemeriksaan dr. Spesialis Rp. 55.000
    3. Cream Malam Rp. 40. 500
    4. Cream Pagi Rp. 43. 800
    5. Pembersih Wajah Rp. 26. 700
    6. Jasa Profesi Rp. 2.000
                  Total Bayar Rp. 180. 500

8 Juni 2012
Dua minggu kemudian merupakan jadwal kunjungan kedua ke dokter kulit. Dokter sudah bilang sih kalo dua minggu harus ke dokter lagi buat memantau perkembangan kulitku. Kalo tidak ada perubahan, akan diambil tindakan. Ya sudah, hari itu saya ke dokter dengan membawa duit lebih lebih. Ya namanya "tindakan", biasanya cost a lot.

Pada kunjungan kedua ini ada dokter co-ass cowok yang ikut masuk melihat dokter memeriksa mukaku. Setelah bolak-balikin pipi kanan kiri, dokter tanya apa saya mau di "chemical peeling". Nggak tahu apa itu chempeel (abbreviation ini saya dapet setelah malemnya guling-guling di Female Daily, hihihi) jadi saya asal bilang "mau".

Percakapan selanjutnya
Dokter  : "Ada rencana mau ke pantai?"
Saya     : "Enggak. Apa hubungannya sama pantai dok?"
Dokter  : "Habis di treatment, kalo main ke pantai muka jadi tambah gosong"
Saya     : "Terus gimana dong dok?"
Dokter : "Ya, nggak papa. Paling cuma 1 minggu kulit sudah mengelupas. Tapi awas, jangan dikelupas dengan sengaja lho"

Alamak... Bingung dong saya. Kata si dokter sih efek chempel ini kulit muka jadi agak coklat-coklat kemudian kulit yang coklat mengelupas berganti kulit yang baru. Biasanya jadi lebih putih dari sebelumnya. Saya cuma pengen hilang jerawat, bukan mo mutihin kulit. Tapi ya, karena dokter pinter membuatku percaya kalo ini aman, maka saya nurut aja sewaktu dokter mengajakku keluar melewati pintu ajaib di samping poli. Ternyata itu jalan pintas masuk ke House of Ristra. Disitu saya disuruh rebahan di kasur. Dokter mulai membersihkan mukaku dan mengoleskan cairan dingin ke mukaku. Lama-lama cairan ini membuat kulitku panas seperti terbakar api. Sebelum sempat saya mengeluh panas, asisten dokter sudah memegangi kipas angin kecil yang diarahkan tepat dimukaku. Lumayan adem, tapi cekit-cekit di muka masih kerasa. 

Sekitar 15 menit kemudian mukaku dibilas dan dimasker. Maskernya mirip gel, dingin-dingin gimana gitu dan kalo dipegang lembek. Selesai maskeran, kasirnya Ristra menyodorkan bill tindakan plus obat minum. Bayarnya gak perlu repot ke Apotek, di Ristra juga boleh. Yup, deg-degan lagi takut duitku nggak mencukupi. Ngintip nih rincian tarif kunjungan dokter kulit ke-2:
  1. Dr. Chemical Peeling SA 3 Rp. 110. 000
  2. Serum  Rp. 25. 000
  3. Krim Anti Iritasi Rp. 25. 000
  4. Zistic (antibiotik) Rp. 137. 500
  5. Jasa Profesi  Rp. 2. 000
     Total bayar Rp. 300.000


Nota bayar tanggal 24 Mei dan 8 Juni 2012 :(
Total Biaya Dokter Rp. 480. 500, doh...

Sukses mringis baca total duit yang harus saya keluarkan. Pulang tinggal bawa duit 100 ribu aja, huhuu... Yang paling bikin mata melotot, saya bayar antibiotik seharga Rp. 137. 500  untuk 4 butir tablet minum, ckckckc.... Mahalnyo... Apa nggak ada yang lebih mahal ya?!

Hari kedua setelah di chempel, muka mulai agak coklat agak kenceng kayak lagi pake masker. Sorenya saya malah berenang, lupa kalo pantangan chempel adalah panas-panasan. Meski adem, berenang bikin kulit makin cepet gosong dari cuma sekedar berjemur. Waduh... jadilah hari ke-3 pipi sebelah kananku terlihat agak gosong . Daerah itu banyak jerawatnya, jadi dokter kasih lebih banyak chemical disitu. Nggak heran kalo area itu gosongnya mengerikan. Sempet bingung, jadi guling-gulingan di FD lagi. Dan alhamdulillah, banyak yang membantu dan saya merasa lega, hehe

Hari ke-5 sampai hari ke-10, muka jadi mengerikan. Kalo kata keluargaku, saya kayak ular yang lagi ganti kulit. Memang bener sih, soalnya ada sebagian kulit muka yang mengelupas tipis-tipis. Saya harus menggunting bagian yang mengelupas biar nggak ada yang kesenggol dan jadi terkelupas, hiiiy...

Skip to the next 2 weeks....
Yah, efek chempeel sama obat dokternya belum terlalu kelihatan. Kulitku yang udah semakin putih habis "mbrungsungi" ini masih ada jerawatnya, tapi nggak kayak bisul lagi. Kelihatan udah kempes sih. Kalo saja nggak ada jerawatnya, saya bisa bilang kulit muka saya jadi alus. Gimana ya ngegambarinnya. Pokoknya bedalah sama sebelum chempeel.

Today....
Seneng seneng sedih. Seneng karena mukaku dah nggak banyak jerawat. Masih ada 1 ato 2 biji, giliran nongolnya. Tapi paling nggak, jerawatku sudah bisa dikatakan membaik. Tinggal ngurusin bekas jerawatnya. Nah sedihnya, dulu nggak ada bekas jerawat di pipi kanan kiri, huaaaaa......
Thanks to the doctor for curing my acne. Meskipun cuma 2 kali datang saja, cukup deh buat saya. Saya nggak mau lagi ke dokter kulit. Takut mukaku addicted to doctor, haish.. Sekarang mulai ditelateni pake Ristra yang udah jadi andalanku.

Update update...
Saya tidak berhenti melakukan pencarian obat jerawat ternyata. Dan kali ini saya pindah ke dokter yang lain. More info disini   wave

Rabu, 19 September 2012

My First Serious Skincare

Eits.... Please noted, I'm not a Beauty Blogger  it wasn't me


Ini ceritanya, pengen berbagi pengalaman, kali aja ada yang butuh. Soalnya sekian lama saya hidup, gak pernah serius pake skincare. Skincare lho, bukan make up. Kalo skincare itu fungsinya merawat kulit, menjaga kulit dari jerawat dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kulit. Mudahnya, step-step sebelum pake foundation (kalau pake), bedak dan seterusnya. Nah, si make up ini kan fungsinya mempercantik, meski ada yang sambilan fungsinya merawat, misalnya lipgloss. Tau lipgloss kan ya? Kalo gak tahu, coba ngintip di konter kosmetik deh ya, hehe

Back to the topic...
Dari sejak SMA sampe Kuliah, saya nggak pernah aware sama kulit muka. Skincare yang dipake cukup standar, facial wash merk Pond's minta punya kakak (hihihi). Pertengahan kuliah baru ngeuh kalo facial wash ini cocok-cocokan. Jadilah saya beli sendiri dengan pilihan jenis untuk kulit berjerawat. Dari kuliah sampe awal tahun 2011, skincare ku bukan cuma facialwash aja tapi nambah day cream. Peningkatan nih, bikin emak makin seneng. Beneran, ibuku suka komentar nggak enak tentang wajahku. Jerawatan lah, bopeng lah, apalah. Makanya beliau gak komentar kalo saya keluar duit buat muka. Ya iyalah, duit-duitku sendiri ini d'oh


Akhir Februari 2011, saya nemenin sahabatku belanja make up di toko Mutiara. Itu tuh, toko kosmetik paling lengkap di jogja. Disitulah saya kenal sama yang namanya Ristra. Baru denger brand ini, tapi langsung percaya aja. Waktu itu, entah duit darimana, saya bisa bawa pulang 4 macam produk dengan harga 100rb-an (hadewh). Pertama kali beli poroduk muka, sekali beli langsung banyak, tanpa googling pula, Fiuh... Tapi Alhamdulillah, gak salah pilih karena ternyata produk ini legal, berpom, malah udah ada sertifikat halal MUI, yayyyyyy....

Kok tau kalo aman? Iya, sekali ketik RISTRA, langsung ketemu web 
RISTRA kayak gini. Klik aja yang underlined tadi, maka akan masuk ke link Ristra dan, taraaaa....


Bener kata BA-nya yang bilang kalo Ristra ini produk dokter. Bukan "dokter" yang asal, gak jelas orangnya apalagi produknya. Ristra ini dikembangkan oleh para tenaga ahli ilmu kosmetik dari berbagai disiplin ilmu, dibawah pengawasan dr. Retno I.S. Tranggono, SpKK. Widiiiih.... yang ngawasin saja dokter spesialis kulit, makin percayalah daku. Emang sih produknya rada mahal dibanding produk otc lainnya, tapi untuk produk berPOM, berMUI dan diawasi seorang SpKK, nggak rugi deh.

Jadilah saya mulai setia dengan produk ini. Basically, saya emang orangnya setia, eman duit pula. Maka kalo udah dibeli, jangan sampai gak dipake. Sejauh ini, produk ristra yang saya pakai cukup memuaskan. Pagi siang pakai Ristra Beauty Med Soap buat cuci muka. Cukup dipakai 2x kali sehari saja biar gak bikin muka kering. Malemnya pakai  Ristra Acne Lotion biar jerawat gak menggila. Pagi hari mau berangkat kerja, pake Ristra Whitening Stimulating Day Cream buat moisturizer alias pelembab. Kan penting tuh pake pelembab, biar muka nggak kayak nenek-nenek kliatan kulitnya mengelupas dibagian yang ada jerewinya. Terus, biar nggak gosong, templokin sunblock yang merk Ristra Non Paba Sun Care. Terakhir, ini conditional sih, tergantung mood, pake deh bedak tabur biar muka nggak kinclong kayak wajan penggorengan. Nah, bedak ini udah masuk make up, jadi merk-nya nggak bisa dibahas di post ini yak. Kan dari awal niatnya mau bahas skincare, hehe..


So far, Ristra ini sudah jadi andalanku. Dulu selama masih pakai POND's jerawatku selalu muncul dan bikin mukaku menyedihkan, ada aja yang "njendul" dan jadi pusat perhatian lawan bicara (haish). Nah, pas pakai RISTRA ini, muka ku, kata temen-temen (kata mereka lho, suer) muka ku jadi bersih dan cerah. Asyiiiik..   whistling


Catch the emot here

Sabtu, 01 September 2012

May I Wash My hands?

RENCANA PELAKSANAN PEMBELAJARAN (RPP)


Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Ketrampilan : Mendengarkan
Topik : May I wash my hands?
Alokasi Waktu : 2 JP (2x35 menit)

Standar Kompetensi : Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks kelas.
Kompetensi dasar : Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal.

A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran, siswa dapat menjawab instruksi secara lisan dengan tetap menghargai orang lain.

B. Indikator
1. Siswa mampu mendengar jenis-jenis instruksi dan ungkapan/respon verbal.
2. Siswa mampu menirukan instruksi verbal.
3. Siswa mampu menjawab instruksi secara lisan.

C. Model text

A : Wash your hand!
B : Ok.

A : Close the door!
B : Yes, please.

D. Materi PembelajaranUngkapan yang akan digunakan
· Wash my hand
· Close the door
· Open the door
· Throw the garbage
· Go out
· Go to the bathroom
· Come in

E. Metode Pembelajaran
TPR (Total Physical Response)

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pre-teaching
· Guru menyapa dan mengecek presensi siswa.
· Guru memotivasi
2. Whilst-teacing 
Presentation
· Guru memperdengarkan jenis-jenis instruksi dan respon verbalnya di dalam kelas. (Task 1)
· Siswa menirukan ucapan guru dan merespon dengan tindakan dan ucapan.
· Siswa dan guru bermain “Simon says”. (Task 2)
· Siswa mendapatkan kartu bergambar tentang instruksi di dalam kelas.
· Siswa secara berpasangan bermain peran memperdengarkan instruksi dan meresponnya secara verbal. (Task 3)

3. Post Teaching
· Guru memberikan feedback.
· Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

G. Sumber Belajar
1. Gambar (unduhan dari http://www.mes-english.com dan google.com)
2. Let’s Make Friend with English for Elementary School Grade 4 oleh Bambang Sugeng. 2007. Penerbit: Esis

H. Penilaian
1. Instrumen : 
a. Teknik : Proses dan Unjuk kerja
b. Bentuk : Role play
2. Penilaian : 
a. Teknik : Rubrik
b. Nilai maksimal : 100
c. Nilai : (Skor perolehan)/ (Skor maksimal) x 100


PS: Gemes deh gambarnya nggak bisa ikut dicopy. masak iya di upload atu-atu
      ButHey... I'm on Scribd. I'll give you the link soon
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon