Liburan yang bagaimana yang kalian suka?
Yang cantik ala koper, atau yang adventuring ala ransel?
Liburan cantik misalnya ke pantai naik mobil, tinggal duduk juga nyampai. Sedang liburan adventuring ala saya adalah jalan-jalan menggunakan angkutan umum atau benar-benar "jalan kaki". Keduanya saya suka, asal nggak salah partner liburan aja
Selasa kemarin saya and the gorgeous Patty (teman semasa kuliah) jalan-jalan ke Solo. Ke Solo? Lagi?? Hehe.. Iya, saya tahu liburan ke Solo bukan sesuatu yang wah. Tapi bagi saya, liburan itu intinya bisa jalan menikmati suasana yang lain dari sekedar halaman rumah. Saya memang berniat untuk bersenang-senang saja kok.
Pagi itu, saya dan Patty berencana naik bus tingkat merk Werkudoro yang pool nya ada di Dishub Solo dekat dengan Stadion Manahan. Tahu Werkudoro kan ya?
Bukan ngece sih, hehe.. soalnya selepas saya pasang status "numpak Werkudoro", ada 3 teman yang intinya kepengen ikut jalan-jalan. Satu teman mengira saya ikut Patty ke semarang, satu teman lagi menebak saya sedang numpak kereta (mungkin namanya) Werkudoro, dan satu sepupu bertanya "ningdi mbak?". Ooooh.. ternyata tak banyak yang tahu Werkudoro itu apa.
Sayangnya kami sendiri enggak tahu dimana itu Stadion Manahan dan mesti kemana agar bisa sampe Dishub Solo. Tapi tenang, kami kan punya moto Malu Bertanya Sesat di Solo. Karena itu, begitu turun di Stasiun Balapan, kami selanjutnya menuju halte BST (Batik Solo Trans) sambil mengamati peta jalur bis. Dari situ, kami sedikit tahu bahwa BST yang harus kami naiki yang haltenya di seberang jalan. Di dalam BST, kami memanfaatkan waktu untuk bertanya pada kondektur arah menuju stadion Manahan (dia tidak tahu Dishub Solo cyin).
Sayangnya kami sendiri enggak tahu dimana itu Stadion Manahan dan mesti kemana agar bisa sampe Dishub Solo. Tapi tenang, kami kan punya moto Malu Bertanya Sesat di Solo. Karena itu, begitu turun di Stasiun Balapan, kami selanjutnya menuju halte BST (Batik Solo Trans) sambil mengamati peta jalur bis. Dari situ, kami sedikit tahu bahwa BST yang harus kami naiki yang haltenya di seberang jalan. Di dalam BST, kami memanfaatkan waktu untuk bertanya pada kondektur arah menuju stadion Manahan (dia tidak tahu Dishub Solo cyin).
Selang beberapa menit dari Balapan, kami diturunkan (cieh, kayak diusir aje) di pertigaan jalan setelah Solo Paragon Mall. BST yang kami naiki tidak melewati stadion Manahan, jadi kami benar-benar harus berjalan kaki menuju stadion. Bisa sih naik angkot, tapi kata kondekturnya deket kok, rugi duitnya. Dia juga menunjukkan kemana kami harus berjalan. Baik ya si mas kondektur..
Rute Jalan Menuju Dishub Solo |
Untuk menuju Dishub Solo:
- Turun dari BST di pertigaan setelah Paragon Mall, Jalan lurus ke arah rel kereta api (utara). Berjalanlah melawan arus.
- Setelah melewati rel, tetap ikuti jalan melewati patung yang pose-nya mirip patung Pancoran.
- Lurus saja sampai menemukan plang "Pasar Ikan"
- Sebrangi jalan dan putari gedung di sebelah kiri melewati patung kereta kuda, putari terus sampai menemukan bangunan kuno mirip hotel di sebelah kanan jalan. Sampai deh di pool Werkudoro
Oh iya, jauh-jauh hari patty sudah menelpon dishub untuk mem-booking tiket bus Werkudoro jadi kami tidak takut kehabisan tiket. Tak lupa kami absen dulu ke si embak yang jaga untuk menebus tiket. Kami sampai di pool ini 2,5 jam lebih awal dari jam keberangkatan maka dari itu kami sarapan dan jalan-jalan dulu ke sekitar stadion Manahan. Jalan-jalan lho ya, jadi ya memang literally jalan
Sekitar jam 12 siang, bus werkudoro yang kami naiki berangkat. Tiket Bus ini tidak ada nomor seat-nya jadi kami bebas mau duduk dimana saja, asal bukan di seat driver-nya (hayah). Kami memilih tempat duduk di dek atas, dengan harapan dapet pemandangan yang lebih dari sekedar numpak bis gedhe. Solo ini lebih rindang lho dari Jogja, ada pedestriannya juga. Susah lah sekarang nyari jalan di Jogja yang masih ada pohon dan taman di kanan kiri nya. Nah, saking rindangnya, sepanjang jalan si Werkudoro "nyamplak" daun-daun dan ranting pohon yang ada di sepanjang jalan. Kasihan deh patty yang duduknya di pinggir, kudu siap siaga biar gak ikut "kesamplak" pohon, hehe..
Setelah 1 jam perjalanan, bus berhenti di sebuah taman (belum jadi) di daerah Jurug. Saya lupa-lupa ingat apakah ini di Taman Makam Pahlawan atau hanya sebuah taman saja. Disini kami berhenti 15 menit untuk istirahat. Setelahnya, kami yang duduk di dek atas harus rela bergantian dengan penumpang lain untuk duduk di dek bawah. Sayang banget lho, di bawah itu pemandangannya terbatas, ditambah saya dan patty dapat tempat duduk di dekat pintu yang mana pintunya tertutup stiker burem. Wew.. pemandangan yang absurd.
Dengan membuang rasa malu (ndableg), kami memutuskan naik ke dek atas dan duduk lesehan di dekat kaca depan. Nah, saya baru merasakan keseruannya disini. Seharusnya sejak awal deh kami memilih lesehan saja deh disini. Pemandangannya lebih jelas, apalagi karena dilihat dari atas. Serasa lagi nonton bioskop. Maksudnya yang nonton pengendara dibawah, nonton kami-kami yang duduk di depan kaca, hihihi..
Oh iya, sewaktu istirahat tadi, saya sempat memanfaatkan waktu untuk rapat dengan sopir bis. Saya bertanya apakah kami boleh turun di tengah jalan yang dekat dengan either stasiun Purwosari atau Balapan. Pak kondektur yang lagi-lagi baik hati bersedia menurunkan kami di daerah pertigaan Masjid Sholihin. Kami, lalu, berjalan kaki sejauh 300m ke arah kanan (demi mengirit ongkos). Jalannya tidak jauh kok. Melewati toko roti Wonder yang terkenal itu, kami lurus saja menthok kemudian belok kanan. Maka sampailah kami di Stasiun Balapan untuk beli tiket - sholat duhur - makan siang - sholat ashar - pulang, Fiuh...yeiy...
Kalo saya hitung-hitung, kami menghabiskan duit Rp. 218.000 atau Rp.109.000/orang untuk numpak Werkudoro:
- 2 tiket Joglo Ekspress RP. 40.000
- 2 tiket BST Rp. 9.000
- 2 tiket Werkudoro Rp. 40.000
- Sarapan dimsum rumahan Rp. 52.500
- Jus orange dan Sirsat Rp. 14.000
- Nasi Pecel depan RRI Rp. 22.500
- 2 tiket Madiun Jaya Rp. 40.000
Coba pilih kereta Prameks dan skip dimsum-nya, maka kami tidak akan mengeluarkan uang lebih dari 200 ribu rupiah
Kesimpulan:
- Jangan terlalu berharap sewaktu naik Bus Werkudoro dan lebih baik duduk di atas, atau lesehan dekat kaca depan.
- Rute bis melewati jalan tengah kota. Padet... bangunan dan kendaraan.
- Tour Guide-nya kurang informatif, irit suara sepertinya. Cuma bilang "sebelah kanan kita ada blah blah blah". Habis itu, udah diem lagi..
- Untuk menikmati jalan-jalan ke Solo (yang menurut adik saya tidak menarik dan dia heran kenapa saya sering ke Solo), yang paling penting untuk disiapkan adalah.... partner yang se-visi-misi. Pilihlah partner yang memang niatnya jalan-jalan, nggak mudah mengeluh, nggak takut panas, nggak menghindari angkutan umum bahkan nggak sungkan jalan kaki dan....... nggak perhitungan
Ada yang mau numpak Werkudoro juga?