Senin, 24 Agustus 2015

Moment Wew Si Bocil

Bergaul dengan keponakan yang segambreng itu sesuatu banget. Saya mengikuti perkembangan mereka dari sejak lahir sampe sekarang ada yang sudah kuliah. Banyak kejadian mengagetkan, menakjubkan, lucu, sampe menyedihkan juga ada. Tapi, kebanyakan yang saya ingat tinggal moment yang membuat saya takjub atau ketawa aja sih. Itu juga terbatas saat mereka masih dibawah 10 tahun. Soalnya, di atas itu, mereka udah nggak terlalu lucu, hihihi... *maafkan

Kalo di iklan susu ada moment wow, di saya ada momen wew, hehe.. Ada beberapa momen yang saya inget banget. Itu juga kebanyakan ponakan yang itu-itu saja.
Ki-Ka: Zhafir, Fia, Hanif, Naura

Suatu pagi saat saya siap-siap berangkat ke sekolah, tapi Zhafir (2 th 7 bulan) justru mengikuti saya kemana-mana.
Me      : Aping di rumah saja ya, sama lek Ita.
Zhafir : Lek Ita pulang mana? (maksudnya, rumahnya dimana)
Me      : Nggak kemana-mana. Kan rumahnya lek Ita disini.
Zhafir : Rumah bapak siapa? (menurutnya, rumah itu yang punya selalu seorang bapak)
Me     : Rumah Mbah Kung.
Zhafir : Lek Ita bapaknya mbah Kung? (= Mbah Kung itu bapaknya lek Ita?)
Me     : Pinter.. Iya, bapaknya lek Ita mbah Kung.

----------------------------------
Zhafir makan coklat sampai tangannya belepotan. Kemudin dya menjilati jarinya satu persatu sampai coklat ditangannya berkurang.
Ibu     : Ih, tangannya coklat thok. Cuci tangan dulu ya.
Zhafir : Aku udah cuci tangan pake mulut.

----------------------------------

Lagi-lagi Zhafir bikin saya tepok jidat. Saat itu,  ada residu susu dan ludah yang bercampur jadi satu menjadi iler meleleh di ujung bibirnya, hiyek... 
Me     : Ping, mulutnya dibersihkan dulu. Belepotan. *menyodorkan tisu
Karena gengsinya yang gedhe, dya menggeleng sambil teriak.
Zhafir : Gak
Me     : Iiiiih, jorok. Tuh ilernya.. *sambil berusaha melap mulutnya.
Zhafir menghindar. Dya, lalu, menjulurkan lidah dan melap liurnya dengan lidahnya.
Zhafir  : Ni uda bersih. Ga ada  lagi.

----------------------------------

Minggu lalu, Naura wisuda TK. Saat di panggil namanya, dya maju ke depan sambil meneriakkan cita-citanya. Beberapa hari kemudian, gantian Ibunya akan diwisuda.
Fia  : Ibu, Ibu. Kalo Naura kemarin teriak "Bismillah, jadi dokter". Kalo ibu besok apa ya.
         Aku tahu, "Bismillah, jadi nenek"
Ibu : Heh.. kok doanya gitu.
Fia : Ya apa dong. Kan ibu udah jadi guru, nggak punya cita-cita lagi.

----------------------------------

Ketika itu Lutfia sedang belajar PKn sambil bermain, dan diberikan pertanyaan oleh ibunya.
Ibu   : Apa semboyan negara Indonesia?
Fia   : Bhineka Tunggal Ika
Ibu   : Semboyan tersebut terdapat dalam buku apa?
Fia   : Buku PKn
Saya dan Ibunya spontan tertawa. Fia cuma mlongo karena belum tau apa yang salah.

----------------------------------

Suatu hari, Ibunya Zhafir memberinya Jaket.
Ibu    : Jaketnya dipake biar nggak masuk angin.
Zafir : Gak mau.
Dalam perjalanan naik motor, Zhafir membuka mulutnya lebar-lebar.
Ibu    : Aping ngapain?
Zafir : Bial masuk Angin.
Gubrak.. 
Ibu    : Itu namanya angin masuk, bukan masuk angin.

----------------------------------

Naura  :  Aku tahu kenapa ust Rika adiknya (baca: anaknya) banyak.
Fia       : Kenapa?
Naura  : Soalnya ust Rika suka minum susu.
Gara-gara iklan susu ibu hamil nih

----------------------------------

Ibunya Zhafir sibuk geser-geser motor di garasi (sebut-saja-begitu).
Zhafir : Ibu mau metu-kan apa?
Kami yang denger otomatis tertawa denger bahasa "mekso"-nya.
Ibu      : Metu-kan ki bahasa opo. Mau mengeluarkan motor.
Zhafir : Aaaa... metu-kan apaaa? *nangis gengsi diketawain
Ibu      : Metu-kan motor.
Dan Zhafir pun berhenti merengek, hehehe

----------------------------------

Hanif dan Zhafir lagi main bareng, entah main apa.
Zhafir   : Nip.. Nip..
Hanif    : Gak Nip.. Hanip..
Zhafir   : Nip.. Nip.. (zhafir gak gubris protes si hanif tadi)
Hanif    : Hanip..
Bisa-bisanya si Hanif protes soal nama. Eyke aja nggak kepikiran Nif, hihihi

0 komentar:

Posting Komentar

Your comment, please. Whether it is good or bad... ^_^

 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon