Menjadi guru
teladan itu sangat membanggakan, sayangnya, hanya guru
telatan yang bisa kusandang, ih ih ih......
Dari semenjak SD, sepertinya saya tidak bisa lepas dari kata "
TELAT". Meski sudah siap sebelum jam keberangkatan, selalu ada saja yang saya kerjakan sehingga saya tetap datang ke sekolah terlambat. Tidak terlalu banyak lah, minimal 5-10 menit. Tapi tetap, membuat saya mengecap diri sendiri sebagai gadis "telatan". Banyak negatifnya yang saya rasakan, jelas itu. Dan hanya sedikit sisi positifnya, se ujung kuku mungkin.
Mari saya ambilkan beberapa contoh pengalaman buruk gara-gara terlambat datang ke sekolah (termasuk tempat saya bekerja) dan ke kampus.
1. SD
Sebenarnya saya sudah lupa-lupa ingat masa SD kala itu. Saat saya kelas 5, kelas saya berada di ujung dengan dua pintu di depan dan di belakang. Agak beruntung karena saat terlambat, saya bisa langsung masuk melalui pintu belakang tanpa perlu di soraki teman-teman.
2. SMP
Satu yang saya ingat, waktu itu ujian semester dan mataku merah karena iritasi. Demi ikut ujian, saya sudah stand by menunggu bus jam 6.30. Tapi, dikarenakan kepadatan bus dari arah selatan itu tidak bisa diprediksi, maka saya harus rela tidak kebagian bus walau sudah menunggu sampai jam 7 teng. Akhirnya saya meminta Pak dhe untuk mengantarkan saya ke sekolah yang jaraknya 30 menit perjalanan (dengan kecepatan 40km/jam). Sesampainya di kelas, guru penjaga berkata "Nggak papa terlambat, nggak usah menangis". Doeng.... "Ini mata saya sakit, bu" jawabku agak malu
Untung guru penjaga tidak bawel meski saya datang terlambat, hehe
3. SMA
Terlambat? Sering, dan mostly karena saya tidak pintar me-manage waktu. Setiap catur wulan (dulu belum semesteran), pasti ada minimal 1 hari absen. Yup, biasanya saya bangun kesiangan, atau tidak kebagian bus dan tidak ada yang mengantar ke sekolah. Keesokan harinya, saya berangkat dengan membawa Surat Ijin Sakit untuk ketidakhadiran saya hari sebelumnya. Curang bukan? Tapi mau bagaimana lagi, masak iya alasan tidak berangkat sekolah dikarenakan bangun kesiangan? Tak patut ditiru ini
4. KULIAH
Kalo mengingat-ingat pengalaman yang ini, malunya masih membekas. Benar-benar malu deh.Saat itu, kuliah perdana saya di kampus ungu. Seharusnya saya berangkat bersama tetangga yang juga kuliah di kampus yang sama denganku. Mungkin dia lupa atau bagaimana, entahlah. Akhirnya saya naik bus menuju kampus dengan emosi tertahan. Sukses terlambat hampir 45 menit. Hanya dengan mengandalkan ingatan tentang nomer ruang kuliah, maka saya memasuki ruang kuliah dengan buru-buru. Ketika sudah settle, saya mengingat-ingat kembali tentang dosen wanita yang seharusnya mengampu. Sedangkan saat itu, dosen pria sedang ceramah di depan kelas. Hampir terpekik saya membatin "O ow.. Sepertinya saya salah masuk kelas".
What should I do? Saya sudah tidak punya muka untuk keluar dari kelas. Jadilah selama 65 menit saya terdiam tanpa tahu apa yang sedang diajarkan dosen.
Yes, I was a first-year students with low English skill, and the class was for third-year students . I wish I were disapear that day, cling cling..
5. KERJA
Hari Rabu kala itu, saya ada kelas jam 7 tepat. Jadwalnya memang jam 7, tapi apel pagi dimulai jam 6.50 dilanjutkan tadarusan yang harus ditunggui oleh guru yang akan mengajar pada jam pertama. Saat saya datang jam 7.05, halaman sekolah sudah sepi. Jelas, karena saya kalau dihitung-hitung terlambat 15 menit. Maka saya bergegas naik ke kelas tanpa menaruh tas di kantor guru. Di lorong kelas, kepala sekolah terlihat keluar dari kelas yang seharusnya saya ampu. Beliau pun pura-pura (istilahnya begitu) bertanya "Mbak Endang, di kelas 5 kan? Sudah ditunggu anak-anak"
Hahahaha..
Nyengir saya dibuatnya, dan saya buru-buru masuk ke kelas.
And guest what? Murid paling kritis di kelas nyelethuk "Piye tho, guru ne we telat". Jreeeeng..
Tentang guru yang terlambat, pernah saat kuliah English for Bussiness (seingat saya ini, tapi saya masih bisa mendeskripsikan suasana di kelas saat itu), setiap pagi saya dan teman-teman kelas A (saya pindah kelas saat itu) selalu menunggu datangnya pak dosen di tangga P3B. Kadang-kadang saya harus mengorbankan kelasku di SD demi bisa kuliah. Seringnya pak dosen terlambat, membuat 1 teman perempuan saya agak emosi. Dya mengirim sms ke dosen menanyakan apakah hari itu ada kelas atau tidak. Diakhiri dengan kalimat "What a lecturer." yang menurutku sangat tidak sopan. Berhubung saya tidak terlalu dekat dengan teman-teman kelas A, maka saya tidak mau ikut campur.
Tak berapa lama, sang dosen pun datang. Kami segera masuk kelas dan duduk dengan tenang. Pak dosen juga tak kalah tenangnya saat beliau bercerita tentang 1 mahasiswa di kelas kami yang mengirimkan sms tidak sopan. Dihadapan kami beliau bertanya siapa yang mengiriminya sms seperti itu. Tentu saja kami tahu siapa pelakunya, tapi kami bungkam. Saat pak dosen mengeluarkan HP dan menelpon mahasiswa yang tidak sopan itu, si pelaku yang ada di depanku segera me-non aktifkan HPnya. Mungkin dya pikir pak dosen tidak tahu. Tapi saat itu, di kelas yang kecil itu, hanya dya satu-satunya yang bergerak saat pak dosen menelpon HPnya. Lucky her, pak dosen tidak mempermalukannya di depan kami. Tapi kami tahu pasti, kasus ini beredar di kalangan dosen.
Yah, begitulah suka dukanya menjadi guru yang telatan. Ada yang merasa malu, ada yang merasa tersinggung saat memang disinggung tentang kejadian yang memang nyata. Macam-macam lah. Yang bisa saya lakukan dari sekarang adalah menghindari untuk datang ke sekolah "terlambat".
Hari ini saya membuktikan bahwa saya
BISA datang 15 menit sebelum waktu upacara bendera, dimana saya menjadi pembina upacara yang wajib hadir. Besok, moga-moga ketidak terlambatan saya masih bisa saya banggakan. Saya tidak setiap hari terlambat, tapi memang saya sering terlambat. Jujur, saya bangga dengan diri sendiri kalau saya bisa datang tepat waktu, yang artinya, saya bisa mengalahkan syetan yang membisikkan kata "terlambat" dalam otak saya