Alkisah..
Jumat minggu yang lalu aku merasa badanku tak karuan. Nyeri di punggung tembus ke dada. Bukan dada sih, tepatnya dibagian bawah cekungan leher (eh, itu masuk dada bukan ya). Gerak sedikit saja sakitnya ampun-ampunan. Seperti mau rontok dada ini. Efeknya, saya jadi susah gerak, pengennya tiduran dan tiduran. Malamnya, badan saya makin panas, pusing, mual dan badan semakin sakiiiit. Nafas sih masih normal, tapi.. ya begitulah rasanya. Sudah di keroki (obat e wong ndeso) ibu, tapi nggak ngaruh.
Alhamdulillah, melihat kenyataan bahwa saya memang terkapar tak berdaya menahan sakit, bapak dengan sigap membawa peralatan tempur untuk memijat saya. Beliau memijat saya dari ujung kaki sampe kepala. Sebenernya pagi sebelum berangkat skolah juga sudah memijat bahu saya seadanya. Tapi sakitnya cuma berkurang sedikiiit. Nah, pijatan malam ini nih yang paling mantab. Badan saya jadi lumayan enteng. Panas badan tetep, tapi pegel dan nyerinya berkurang. Bapak bilang ini ada urusannya sama lambung juga. Iya, bapaku memang bisa meramal penyakit, lewat pijatan tentunya, hihihihi
Malam berikutnya, saya baru pergi ke dokter. Bukan apa-apa, tapi melihat badan saya adem panas nggak hilang-hilang, khawatir juga dengan keadaan saya. Masak iya mau berhari-hari lemes gak bisa beraktifitas normal. Paling tidak kalo ke dokter jadi tahu keadaan saya bagaimana. Sayangnya, dokter di IGD kurang bersahabat sama saya. Irit ngomong, padahal saya sudah tanya saya sakit apa, bahkan tanpa disuruh pun saya cerita keluhan saya. Setelah saya desak-desak (padahal ruang IGD longgar lho), dokter cuma bilang "lambungnya" tak lama setelah saya ngoceh, dia ngomong lagi "iya, pegel2 kan?". Udah.. lah.. *palmface
Hari berganti, saya perhatikan, badan saya seperti menghitam. Muka saya boook.. kayak habis main di sawah seharian. Temen-temen nyadar juga kalo saya sakit. Wong muka lemes dan itemnya masih keliatan. Soon saya sadar bahwa itu karena sekujur badan saya muncul bercak merah. Bukan bercak yang mirip DB, tapi mirip penyakit grabagen. Gatel minta ampun, tapi saya tahan untuk tidak menggaruk dibagian muka. Kalo bagian lain, hajar bleh, hehehe
Hampir 1 minggu sakit, saya hanya mbatin kenapa badan masih adem panas, muncul merah-merah dibadan yang gatel, benjol (sebesar kelereng) di daerah leher dan lipatan-lipatan tubuh, rasa lemes dan pengennya tiduran terus. Setelah ngobrol-ngobrol dengan penderita yang sama (mbaku, ibuku, temanku) barulah saya tahu bahwa penyakit saya ini bukan semata sakit lambung. Tapi chikungunya.. olala..
Sumber Nyamuk |
Kemana pak dokter kemarin ya? Dia tahu penyakit saya, tapi tidak memberitahukan penyakit ini. Saya, pasien, kan punya hak untuk tahu penyakit yang di derita, ckckckck
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat celsius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia. -- Wikipedia --
Pengalaman menjadi korban nyamuk Aides Aigepty ini pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Disyukuri saja lah penyakit ini,bersabar sambil garuk-garuk badan. Paling tidak lain kali saya bisa mengedukasi penderita Chikungunya lain bahwa penyakit ini tidak berbahaya, dan tanda-tanda yang seperti saya alami itu normal.
Bismillah.. semoga sakit saya ini menghapus dosa-dosa saya di masa lalu. Aamin..