Tampilkan postingan dengan label skincare. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skincare. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Oktober 2014

Dokter Vs Jerawat Part 2


Salam...

Hari ini hati saya sedang sedikit berbunga..
Ceritanya dimulai saat sebulan lalu saya akhirnya menyerah menggunakan skincare produk OTC maupun MLM. Jerawatku masih timbul tenggelam saja, padahal sudah mencoba produk murah sampe produk mehil (Melilea kan mahal bagiku, hiks). Saya sudah mencoba setia pada satu produk dan sabar menunggu hasilnya. Ya minimal 6-8 bulan trial baru memutuskan untuk pindah produk lain. Tapi sepertinya saya masih kurang sabar, frustasi melihat jerawat yang kayak bisul dan nggak kunjung ngilang.

Makin desperate lagi saat sedang ngobrol-ngobrol, temanku memandang wajahku penuh keheranan sambil berkata "kamu nggak pengen po jerawatmu hilang?"
Jleb jleb.. sakitnya tuh disiniiiiii! *nunjuk jerawat
Suer, saat itu saya yang sedang happy langsung down. Nggak kelihatan sih dari luar. Padahal dalem hati nangis, pengen teriak "Menurut ngana?!"

Yah, setelah menimbang-nimbang, saya kemudian memutuskan pergi ke poli kulit di RS Wirosaban. Dulu teman-teman kuliah banyak yang cocok dengan dr. Rikyanto. Dan saya jadi tertarik untuk kesana juga. Padahal saya dulu pernah bilang di sini kalo saya nggak mau lagi ke dokter (untuk ngurusi jerawat). Ternyata, keadaan berkata lain, hehe

Pendaftaran
Saya sebenarnya kurang ngerti proses pemeriksaan di Wirosaban, tapi setelah bolak balik bertanya pada petugas, akhirnya bisa juga saya periksa. Pertama, saya mengambil nomor antrian pendaftaran di pintu depan (yang menghadap timur). Ada petugas jaga disana, jadi sekalian saya tanya dokter kulitnya ada atau tidak. Karena saya pasien baru, saya diminta mengisi form pendaftaran yang saya ambil di bagian informasi (di samping mesin antrian). Selanjutnya saya menunggu antrian di ruang tunggu yang ruame. Nomor undian antrian saya 315 (itu saya nyampe lokasi jam  8 pagi). Sedangkan nomor  antrian yang sedang berjalan adalah.......... 156. Subhanallah, masih setengahnya lagi. Untung saya ini sabar  tongue

Setelah nomor antrian saya dipanggil, petugas kemudian bertanya tujuan saya mau priksa ke poli apa. Beliau memberikan saya kartu periksa, nomor antrian poli kulit dan tagihan jasa konsultasi sebesar 25ribu saja. Wow, ini setengahnya dari jasa konsultasi di PKU dulu. Saya membawa tagihan tersebut ke kasir penetapan biaya di sebelah selatan, di samping kiri loket BPD. Setelah beberapa waktu, saya dipanggil oleh petugas BPD untuk membayarnya.
Kartu Periksa Saya

Pemeriksaan di Poli Kulit
Selesai membayar, saya kemudian menuju poli kulit. Poli ini berada di sebelah utara agak barat. Sesampainya di poli, saya memberikan nomor antrian ke petugas (koas). Saat panggilan pertama, petugas akan bertanya keluhan saya. Lalu saya menunggu (lagi) untuk panggilan kedua (konsultasi). Saat konsultasi ini, dokter memeriksa kulit wajah saya sambil bertanya skincare yang saya gunakan selama ini. Dokter juga meresepkan obat apa saja yang sesuai dengan keluhan saya.

Keluar dari ruang dokter, saya di arahkan ke petugas obat yang ada di sebelah utara ruang dokter. Ibu petugasnya ramah, saya bisa ngobrol sekalian konsultasi lagi big grin *modus. Beliau bahkan menyarankan saya mengurangi obat yang sekiranya kurang perlu. Dalam rangka mengurangi biaya tentunya. Alhamdulillah, lebih irit daripada skincare yang kemarin dulu saya pakai love struck
Kuitansi obat
Nah, nota tersebut kemudian saya bawa ke kasir BPD. Selesai membayar, saya kembali lagi ke petugas di poli kulit untuk mengambil obat (ribet ya). Empat macam skincare, lebih tepatnya, saya bawa pulang. Botol panjang di sebelah kanan adalah facial wash, yang harus saya pakai cukup 2x sehari. Disebelahnya adalah krim jerawat malam, tabir surya (yang sudah ada obat jerawatnya juga) dan toner. Setelah sekitar 1 bulan lebih 10 hari, tabir surya saya akhirnya habis. Sedangkan obat yang lainnya masih ada sisa setengah. Nggak heran, karena tabir surya ini yang paling sering saya gunakan.
Obat dari dokter

Review
Di awal pemakaian, saya agak ragu apakah obat ini akan cocok dengan wajah saya. Apalagi masih ada saja jerawat yang tumbuh di mana-mana, bahkan jerawat baru numbuh di bekas jerawat lama. Bikin stress kan.. Tapi saya tetap bersabar kok, kan belum 6 bulan, hehe.. Lagipula, hasil yang cepat justru membuat saya khawatir atas keamanan produk tersebut. Dan kesabaran berbuah manis. Saya akhirnya sedikit terbebas dari ganguan jerawat. Tidak benar-benar bebas sih, karena masih ada sisa jerawat kecil yang kalo dipencet keluar seperti komedo. Tapi, setidaknya tidak mengganggu pemandangan. Jerawat saya makin jinak, euy...

Seneeeeeng banget, akhirnya ada saatnya juga saya puasa jerawat. Makin seneng lagi kalau habis mencuci muka. Kulit wajah terasa halus. Diraba-raba juga nggak kelihatan ada jerawatnya. Yang terasa tinggal benjolan bekas jerawat yang isinya komedo. Iya, kalau tumbuh jerawat, biasanya sekitar 5 hari jerawatnya mengecil tinggal menyisakan benjolan segede komedo. Kalo digosok agak niat jadi hilang mata jerawatnya.

Itu juga butuh waktu 1 bulan untuk benar-benar bisa bernafas lega. Pipi kanan kiri saya masih ada bekas jerawat banyak. Menurutku, bekasnya cuma sedikit berkurang, tapi saya sendiri kurang bisa memperhatikan. Kata adek dan temanku, wajah saya semakin bersih dan bekas jerawat memudar. Ibu-ibu kenalan saya di RS juga bilang begitu. Alhamdulillah.. Berarti saya cocok dengan obat ini.

Tadi pagi saya balik lagi ke dr. Rikyanto. Pengennya sih minta obat untuk memudarkan bekas jerawat. Tapi ternyata, krim saya itu sudah termasuk penghilang bekas jerawat juga. Bulan kemarin saya tidak bertemu dr. Rikyanto, jadi baru hari ini saya bertemu muka dengannya. Beliau ini ramah dan suka guyon ternyata. Masak iya, saya konsultasi jerawat kok malah dinasehati soal telaten memilih jodoh. Korelasinya apa dok, jerawat sama jodoh? Ada-ada saja deh, hihihi...

Update 28 Juli 2015
Setelah sekitar 9 bulan menggunakan krim dari dokter Riki, saya pengen ngasih review terupdate. Saya emang agak-agak nggak bisa memperhatikan perubahan wajah sendiri, tapi teman-teman saya bisa. Beberapa teman yang tahu kisah saya dari yang jerawatan parah sampai jerawat dikit-dikit sering bilang "Krim e mbak Endang cocok ya. Raine wis resik". Padahal kadang masih muncul jerawat lho barang 1-2. Kalo bekasnya sih saya pasrah. Menurut mereka, wajah saya lebih bersihan dan putih (saya sebut cerah aja kali ya). Sewaktu saya compare foto terbaru dengan foto lama, baru saya percaya. Sekilas lihat, pasti orang-orang pikir saya pake krim gajebo karena kulit wajah saya beberapa tingkat lebih cerah dari kulit punggung tangan. Padahal sih enggak ya. Kulit wajah saya sewarna kok dengan kulit leher dan badan yang tertutup baju. Hanya saja, karena saya sering naik motor panas-panas tanpa sempat pakai sarung tangan, jadi kulit tangan saya menggelap. Kalo lengan baju disingkap, semacam ada garis batas antara kulit yang sering terpapar matahari dan tidak.

Saya juga mo cerita kalo akhir bulan ini semua krim dan facial wash saya sudah habis. Sebelum benar-benar habis, saya sudah mengurangi frekuensi pemakaian krim malam. Jerawat sudah nggak bandel, kulit wajah juga sudah cerah kembali, saya tinggal maintain aja. Karena itu, saya memutuskan untuk nggak belum akan repurchase krim ini lagi. Untuk sementara, sunblocknya balik lagi ke Ristra dan Wardah (mumpung masih ada sisa), facial wash pake Himalaya Gentle Exfoliating Daily FW (minta adek, untung cocok-cocok aja), krim malam selang seling dengan Ristra Total Whitening Concept - Gizi Super Cream, toner dokter masih ada sisa 1/3 botol jadi tetep dipake. Selain itu, saya juga maskeran  biar wajah tetep kece. Maskernya juga sesuka hati, kadang pake jeruk nipis, tomat, Himalaya Purifying Neem Mask, Mustika Ratu Indah Warni ato Bengkoang. Banyak juga ya perlengkapan tempurnya, fiuuuh..

Begitulah perjuangan saya melawan jerawat dan masalah wajah kusam. Bagaimana dengan kalian?

Minggu, 23 Februari 2014

First Impression on Melilea Herbal Cleanser

Salam..

Yak, langsung saja, post kali ini nggak akan jauh-jauh dari judulnya. Beberapa hari yang lalu saya kehabisan facial wash dan karena 5 bulan terakhir saya menggunakan line skincare Melilea, maka saya pun memilih mengganti Ristra Med Soap menjadi Melilea Herbal Cleanser. Tidak ada yang salah dengan ristraku, kecuali kandungan SLS-nya, saya cocok-cocok saja kok. Saya cuma ingin memakai produk dari 1 brand yang sama saja biar jerawat di wajah saya tidak bingung.
Melilea Herbal Cleanser

What's in there?
Herbal cleanser for oily & acne prone skin mengandung: 
Deionised water (aqua), stearic acid, cocamidopropyl betaine, lauryl polyglucose, caprylic/capric triglycerides, sodium oleth sulfate, cocos nucifera oil, thyme (thymus vulgaris) extract, barbadensis (aloe vera) leaf extract, rosemary (rosmarinus officinalis), panthenol, ginko biloba extract, white tea extract, linolenic acid, goldenseal (hydrastis canadensis) extract, vitamin E tocopherol, citric acid, phenoxyethanol, fragrance, ascorbyl palmitate, ascorbic acid, ethylhexylglycerin, potassium sorbate, tetrasodium EDTA 

Nggak ngerti juga macem-macem ingredients di atas itu buat apa saja. Yang paling penting dari produk ini, nggak ada kandungan SLS ataupun parabennya. Padahal produk lamanya masih ada SLS dan paraben. Mungkin sudah diganti dengan yang lain, atau pake istilah baru. Dunno.. eits, yang bingung apa itu SLS, apa itu Paraben? Silahkan baca dulu tentang SLS dan Paraben ya..

How to use? (Menurut petunjuk di box)
Keluarkan sedikit clanser. Gunakan ujung jari atau sponge bersih untuk meratakan cleanser di seluruh wajah dan leher. Kemudian, basahi tangan dengan air hangat dan pijat wajah dan leher dengan lembut. Bilas dengan air hangat.

What do I do?
Bersihkan wajah dan leher dengan washlap yang sudah dibasahi air hangat. Kemudian semprotkan sedikit (sedikit saja) cleanser di 6 titik di wajah dan leher. Usap dan ratakan ke seluruh wajah dan leher. Basahi tangan dengan air hangat, pijat wajah dan leher dengan lembut. Bersihkan wajah dan leher dengan menggunakan washlap yang telah dibasahi air hangat, ulangi beberapa kali. Terakhir,  bilas dengan air dingin.

Do I like it?
Yes, mungkin karena saya membersihkan cleanser ini dengan washlap (bukan dengan tangan saja), jadi saya merasa wajah saya lebih bersih. Memang agak gimana gitu karena biasanya saya membersihkan wajah dengan facial wash yang memang ada busanya (walaupun sedikit), sedangkan herbal cleanser ini tidak ada busanya sama sekali dan tidak perlu di bilas dengan sabun wajah lagi. So far, saya suka dengan produk ini. Beberapa beauty bloggers (believe meI'm not) menyebutkan kalau mereka merasa ada sisa-sisa minyak yang tertinggal di wajah setelah menggunakan produk ini. Tapi, saya kok biasa-biasa saja ya, tidak merasa wajahku masih kotor (lho? hehe). Apa mungkin karena saya baru menggunakan produk ini 2x, tadi malam dan tadi pagi saja ya? hmmm..

Do I hate it?
Sedikit.. Lebih karena pricey saja. Saya agak keberatan dengan harga produk ini yang di  bandrol Rp. 275 ribu. Walaupun saya mendapatkan cleanser ini dengan harga Rp. 220ribu, tetap ini masih mahal, 7x lipat dari harga Ristra Med Soap sodara-sodara. Percaya nggak percaya, membeli produk Melilea ini kudu nyicil satu per satu tiap bulan atau tiap dua bulan. Nasib, pengen pake produk aman ternyata mahal yak, hiks hiks.. broken heart
Saya juga agak males harus menyiapkan air hangat di baskom untuk cuci muka, ribet. Kalo buru-buru pergi, ritual membersihkan wajah ini bakal menambah hectic saja, fiuh..hurry up!



Overall, saya masih akan suka dengan produk ini. Kalau nanti saya merasa bosan dengan produk ini, saya akan update lagi post ini. Janji deh  batting eyelashes

Update: on May 16th, 2014
Due to jerawat saya tidak kunjung berkurang, sudah hampir 1 bulan saya stop menggunakan Melilea, any kind of it. Cocok-cocok kan kali ya, tapi saya nggak sabar menunggu cocok sama dya. Facial wash saya kembali ke produk lama, RISTRA Med Soap. Saya masih jatuh cinta sama produk ini love struck

Rabu, 19 September 2012

My First Serious Skincare

Eits.... Please noted, I'm not a Beauty Blogger  it wasn't me


Ini ceritanya, pengen berbagi pengalaman, kali aja ada yang butuh. Soalnya sekian lama saya hidup, gak pernah serius pake skincare. Skincare lho, bukan make up. Kalo skincare itu fungsinya merawat kulit, menjaga kulit dari jerawat dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kulit. Mudahnya, step-step sebelum pake foundation (kalau pake), bedak dan seterusnya. Nah, si make up ini kan fungsinya mempercantik, meski ada yang sambilan fungsinya merawat, misalnya lipgloss. Tau lipgloss kan ya? Kalo gak tahu, coba ngintip di konter kosmetik deh ya, hehe

Back to the topic...
Dari sejak SMA sampe Kuliah, saya nggak pernah aware sama kulit muka. Skincare yang dipake cukup standar, facial wash merk Pond's minta punya kakak (hihihi). Pertengahan kuliah baru ngeuh kalo facial wash ini cocok-cocokan. Jadilah saya beli sendiri dengan pilihan jenis untuk kulit berjerawat. Dari kuliah sampe awal tahun 2011, skincare ku bukan cuma facialwash aja tapi nambah day cream. Peningkatan nih, bikin emak makin seneng. Beneran, ibuku suka komentar nggak enak tentang wajahku. Jerawatan lah, bopeng lah, apalah. Makanya beliau gak komentar kalo saya keluar duit buat muka. Ya iyalah, duit-duitku sendiri ini d'oh


Akhir Februari 2011, saya nemenin sahabatku belanja make up di toko Mutiara. Itu tuh, toko kosmetik paling lengkap di jogja. Disitulah saya kenal sama yang namanya Ristra. Baru denger brand ini, tapi langsung percaya aja. Waktu itu, entah duit darimana, saya bisa bawa pulang 4 macam produk dengan harga 100rb-an (hadewh). Pertama kali beli poroduk muka, sekali beli langsung banyak, tanpa googling pula, Fiuh... Tapi Alhamdulillah, gak salah pilih karena ternyata produk ini legal, berpom, malah udah ada sertifikat halal MUI, yayyyyyy....

Kok tau kalo aman? Iya, sekali ketik RISTRA, langsung ketemu web 
RISTRA kayak gini. Klik aja yang underlined tadi, maka akan masuk ke link Ristra dan, taraaaa....


Bener kata BA-nya yang bilang kalo Ristra ini produk dokter. Bukan "dokter" yang asal, gak jelas orangnya apalagi produknya. Ristra ini dikembangkan oleh para tenaga ahli ilmu kosmetik dari berbagai disiplin ilmu, dibawah pengawasan dr. Retno I.S. Tranggono, SpKK. Widiiiih.... yang ngawasin saja dokter spesialis kulit, makin percayalah daku. Emang sih produknya rada mahal dibanding produk otc lainnya, tapi untuk produk berPOM, berMUI dan diawasi seorang SpKK, nggak rugi deh.

Jadilah saya mulai setia dengan produk ini. Basically, saya emang orangnya setia, eman duit pula. Maka kalo udah dibeli, jangan sampai gak dipake. Sejauh ini, produk ristra yang saya pakai cukup memuaskan. Pagi siang pakai Ristra Beauty Med Soap buat cuci muka. Cukup dipakai 2x kali sehari saja biar gak bikin muka kering. Malemnya pakai  Ristra Acne Lotion biar jerawat gak menggila. Pagi hari mau berangkat kerja, pake Ristra Whitening Stimulating Day Cream buat moisturizer alias pelembab. Kan penting tuh pake pelembab, biar muka nggak kayak nenek-nenek kliatan kulitnya mengelupas dibagian yang ada jerewinya. Terus, biar nggak gosong, templokin sunblock yang merk Ristra Non Paba Sun Care. Terakhir, ini conditional sih, tergantung mood, pake deh bedak tabur biar muka nggak kinclong kayak wajan penggorengan. Nah, bedak ini udah masuk make up, jadi merk-nya nggak bisa dibahas di post ini yak. Kan dari awal niatnya mau bahas skincare, hehe..


So far, Ristra ini sudah jadi andalanku. Dulu selama masih pakai POND's jerawatku selalu muncul dan bikin mukaku menyedihkan, ada aja yang "njendul" dan jadi pusat perhatian lawan bicara (haish). Nah, pas pakai RISTRA ini, muka ku, kata temen-temen (kata mereka lho, suer) muka ku jadi bersih dan cerah. Asyiiiik..   whistling


Catch the emot here
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon