Senin, 31 Maret 2014

Tack It.. Just Take It

Sebagai guru bahasa Inggris, penting banget untuk mengenalkan anak kosa kata bahasa Inggris kepada anak-anak. Biasanya saya suka membawa media kartu bergambar saat mengajar. Tinggal saya tempel, saya sebutkan kosakata nya, dan tanpa perlu saya translate, anak-anak mengerti kata apa yang sedang saya sebutkan. Repotnya, saya tidak bisa memegang banyak gambar dan menunjukkan kesemuanya pada anak-anak. Gimana ya caranya?

Aha..
Solusi pertama adalah dengan menempel gambar-gambar ini ke whiteboard dengan isolasi. Tapi, kok ribet ya kalau harus menempel dan memotong isolasinya. Belum lagi kalau gambarnya mau digeser, harus mengganti dengan isolasi baru lagi karena isolasi hanya menempel kuat pada saat pertama kali dipakai saja. Minus lainnya, saat gambar dicabut dari whiteboard, isolasi meninggalkan bekas yang agak susah dihilangkan. Nah, repotkan? Wasting time banget..

Sebagai solusi mujarabnya, perkenalkan.. jeng jeng..
Taken from officeoneuae (left) - qsupplies (right)
Ini namanya Tack It.
Ada yang sudah tau?
Atau malah belum pernah dengar?

Apa sih Tack It itu?
Jadi Tack It adalah multipurpose removable and reusable adhesive (Fabercastell), atau perekat serba guna yang dapat diambil dan digunakan kembali. Fabercastell dan UHU sama-sama punya koleksi adhesive tac ini. Satu merk terdapat beberapa varian warna, tergantung penggunaannya. Yang biasa digunakan untuk kertas adalah Tack It hijau atau UHU Tac putih. Perekat ini tentu saja berbeda dengan isolasi biasa. Selain bisa diambil dan dipakai berulang-ulang, perekat ini tidak meninggalkan sisa di whiteboard. Kalo di blackboard, bisa jadi cat-hitamnya justru ikut tercabut. Memang kudu hati-hati kalau mau memakainya di papan yang tidak solid.

Saya mengenal Tack It ini semasa saya PLPG oleh Bu Nuri (dosen EFC jaman kuliah dulu). Beliau memang concern banget soal pengajaran EFC, makanya beliau semangat sekali saat menjelaskan betapa pentingnya benda ini. Waktu itu, saya terkagum-kagum karena benda hijau mirip permen karet ini bisa memecahkan solusi tempel menempel di kelas. Sejak saat itulah saya selalu sedia Tack It di tempat pensil atau di laci meja kantor. Satu pack Tack It ini bisa saya gunakan lebih dari 2 tahun. Hemat sekali bukan?

Gimana sih cara pakainya?
Preparation
Ambil perekat secukupnya. Tarik - ulur - gulung - tarik - gulung (dan seterusnya) perekat ini sampai agak liat. Bisa juga dibulatkan seperti saat kita membuat adonan roti. Kalau baru di tarik ulur beberapa kali, kadang Tack It kurang bisa menempel kuat.

Itu kuku itemnya punya ponakan (hayah)
Setelah itu, ambil sedikit Tack It sesuai kebutuhan dan bulatkan kecil. Tempelkan di balik kertas atau benda yang hendak ditempel. Sebaiknya, lapisi kertas yang akan ditempel tac dengan isolasi. Setelah itu, tempelkan di papan dengan cara menekan bagian yang ada Tack It-nya. Apabila sudah tidak akan digunakan lagi, ambil Tack It dan kumpulkan dengan Tack It lain yang sudah digunakan.

Berapa harganya?
Murah bingitz.. Yang saya beli harganya sekitar 14 ribu per pack, isi 6 baris dan tiap baris terdiri dari 18 kotak. Karena saya tipe irit, jadi satu kotak saya gunakan untuk banyak kartu, hehe 

Beberapa kali sharing dengan guru bahasa Inggris di sekolah lain, saya jadi tahu bahwa Tack It ini sungguh sangat menyedihkan keberadaannya. Tak banyak yang tahu dan memanfaatkan benda ini di kalangan sekolah. Padahal banyak gunanya banget lho, nggak cuma untuk mengenalkan gambar dan kosa kata saja, tapi bisa juga digunakan untuk pengenalan susunan kalimat. Lain kali akan saya post salah satu contoh permainan menggunakan tac ini. Nggak hanya di kelas, saya juga menggunakannya di English Club ato sekedar les private biasa lho.

Mengajar tanpa media (apapun bentuknya) itu bagai memasak sayur tanpa garam, hambaaaar.. dan nggak ada istimewanya sama sekali. Iya kan?

Semoga sharing kali ini berguna bagi yang membutuhkan, terutama para guru Bahasa Inggris yang mau susah payah mengajar dengan bantuan media. Semangat ya bapak ibu guru 

Selasa, 25 Maret 2014

Two-day project: Gamis lagi

Assalamu’alaikum..
Apa kabar kawanku sekaliaaaan..
*loh, kok jadi Raihan mode on ini 

Akhirnya nyeplok telur juga nih. Udah di akhir maret baru bikin post baru. Ide menulisnya sih buanyak ya. Sayang, modem sedang tak bersahabat, wifi cuma ada di sekolaan. Nggak sempet juga kalo nulis di kantor, selain ntar dikira korupsi jam kerja sih, hihihi

Well, oke, let’s start writing..
Post bulan Maret ini diawali dari gamis baru yang juga baru saya pakai kemarin Ahad.
Meski hoby jahit menjahit, tapi saya jarang beli kain lho. Kain batik ini pun bukan karena saya yang beli, tapi karena pemberian. Hampir tiap tahun, mahasiswa PPL yang praktik di SD memberiku kain batik sebagai kenang-kenangan. Saya tinggal membeli kain polosannya saja. Itu pun cuma sekitar 1 meter dengan harga tak lebih dari 20rb/m. Jadi murah kan harga produksi gamis ini, hehe

Nah nah, pola baju ini saya ambil dari pola gamis yang pernah saya upload sebelumnya. Pertama tama saya print pola gamis ku. Saya potong kertas mengikuti garis pola. Kemudian saya beri lem pada bagian yang seharusnya di lem. Dan seperti inilah hasilnya. 
Cut and join the patterns

Setelah pratek dengan pola buatan sendiri, ada yang missing ternyata. Dulu saya memotong pola bagian atas beberapa belas (eh, ato puluh ya) centi. Saya lebih suka sambungan gamis ada di atas perut bukan pas di perut. Makanya saya memotong pola bagian atasnya. Nah, kalau mau memakai pola gamis itu, jangan lupa potong bagian atas atau bagian roknya. Pilih salah satu ya. Kalo milih memotong bagian atasnya, bagian rok tidak perlu dipanjangkan lagi karena memang potongan roknya sudah saya naikkan di atas perut. Setelah itu, jiplak pola di atas kain. Jiplak lagi 1-2 cm di luar garis jiplakan pertama. Potong kain sesuai garis terluar.
Draw and sew the fabric

Biasanya saya mengobras baju ke tempat teman. Tapi kali ini saya pengen buru-buru menyelesaikan baju, dan tidak sempat kalau harus ke tukang obras. Maka saya menggunakan pitterban (yang warnanya putih dan biasa digunakan sebagai tali guling) untuk membungkus sisa kain yang tidak terjahit. Lumayan buanget lho, bisa menghemat 2ribu rupiah, secara ongkos obras 3ribu dan harga pitterban cuma seribu peraksaja per gulung. 
Here it is..

Detail:

  • Biasanya saya memasang resleting jepang di bagian punggung. Tapi kali ini mau yang agak lain. Saya pasang resletingnya dibagian depan. 
  • Untuk menutupi ketidak rapian sambungan resleting, saya menambahkan ornamen sederhana. Ornamen ini, ehem, sebenernya totally accident. Kain yang tidak seharusnya ada malah ikut terjahit, ya sudah lah ornamennya jadi lurus-lurus saja.
  • Dibagian kanan di bawah sambungan, saya memasang saku yang agak tersembunyi. Lumayan kan, kalau tidak mau repot bawa tas, tinggal masukkan hape ke kantong.
  • Di bagian lengan, saya buat kerutan. Lebih enak lengan dengan kerutan karena tidak kemana-mana terbawa angin kalo sedang naik motor.

Selesai sudah post jahitan saya kali ini. Terimakasih ya sudah menyempatkan membaca dan mengamati hasil karya amateur tailor ini. Silahkan lho kalo mo dipuji ato dicela, hihihi 
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon