Jumat, 21 November 2014

Penipuan Berdalih Undian


Pagi tadi di sekolah, saat sedang berjuang melawan kantuk, Pak Lik meminta saya datang ke rumahnya sebentar karena ada keperluan. Takut di cap durhaka winking , saya pun langsung meluncur menemui beliau sambil mengkira-kira apa yang akan dibicarakan pak lik. Sesampainya disana, saya disodori koran yang berisi iklan seperti ini..
Iklannya meyakinkan ya..

Dapatkan angka 114 dan menangkan 2 motor honda Beat. Cari tahu sekarang:
Ambil 2 angka terakhir pada tahun kelahiran anda 
Lalu tambahkan dengan umur anda tahun 2014 ini 
Apakah anda mendapatkan angka 114? 
Kirimkan jawaban anda dan dapatkan informasi cara memenangkan hadiah 2 motor Honda Beat



Gimana? gampang dan menggiurkan bukan?

Mari menganalisa kenapa pak lik tertarik dengan iklan ini. Pak lik lahir di taun 1939. Umur beliau sekarang (tahun 2014) adalah 75 tahun. Sesuai perhitungan yang tertera di iklan, 39 + 75 = 114. Waaaah.. Pas banget 114. Berarti di kisaran umur pak lik lah yang berkesempatan  mendapat honda beat.


Eits.. 
Kalo hanya menghitung tahun lahir dan umur sendiri pasti mengira itulah angka keberuntungannya. Ayo dicoba menghitung kemungkinan lain yang tak terpikirkan oleh pak lik. Saya ambilkan contoh dari generasi yang berbeda ini:
  • Bapak     = 35 + 79 = 114 
  • Ibu         = 48 + 66 = 114 
  • Saya       = 85 + 29 = 114 
  • Ponakan  = 92 + 22 = 114 
Ternyata hampir semua tahun lahir dan umur bisa dijumlahkan dengan hasil 114, kecuali yang lahir diatas tahun 2000. Pinter tho si penyelenggara undian (jika ini disebut undian). Saya saja hampir mengira pak lik beruntung tuh. Apalagi Pak lik sampai menyatakan keinginannya mengikuti undian ini. 

Awalnya saya juga nggak ngerti undian macam apa itu. Agak mencurigakan karena undian ini bukan dalam rangka apa-apa. Saya juga nggak membaca ada PT. Bla Bla Bla yang tercantum. Beruntung saya masih bisa sedikit membaca keterangan undian yang hurufnya subhanallah, kecil banjet. Pusing saya membaca paragraf yang isinya banyak kalimat tanpa titik koma,  mirip tentara se-Jogja lagi latihan baris berbaris phbbbbt. Tapi saya mencoba membaca keras-keras supaya pak lik tahu isi dari keterangan tersebut. Yang intinya pemenang undian akan dikirimi katalog dan harus membeli barang. Mirip-mirip lah sama model undian gosok pake amplop yang ada di jalan-jalan itu.  

Yang saya herankan, iklan ini kok bisa masuk di KEDAULATAN RAKYAT ya. Bahkan iklan serupa tapi tak sama juga pernah muncul di JAWA POST, KOMPAS dan Tabloid NOVA. Nama-nama tersebut bukan koran ato tabloid "ecek-ecek" lho. Wow.. Meski iklannya sembarangan, tapi pembaca tetap harus cerdas dong. Penting untuk diingat, iklan yang too good to be true (terlalu bagus jadi nyata) seperti ini memang impossible waiting

Satu lagi pesan saya.. 

Tolong dengan sangat, sampaikan model penipuan dari yang sederhana sampai yang berat kepada para orang tua yang ada disekitar kita, dimulai dari orang tua masing-masing. Belum lama ini saudara yang sudah sepuh dan terpelajar tertipu beberapa juta. Modus penipuannya via telpon, dimana penipu mengabarkan bahwa anaknya ditangkap polisi karena terjerat narkoba. Pernah dengar penipuan macam ini kan? Yup, so last year, jadul ini mah.. Tapi, nggak semua orang (apalagi orang tua)  tahu lho kalo ini termasuk modus penipuan. Itu pak lik saya buktinya.

Sekian.. Semoga bermanfaat dan semoga kita serta orang yang disayangi selalu dalam lindungan Allah. Aamiin..

Tetap Hati-hati dan waspada. Jangan sampai jadi korban penipuan ya..

Sabtu, 15 November 2014

Side A Side B

taken dari sini

Suatu hari saat di kelas 6 putri yang isi penghuninya siswa putri semua (ya iyalah, namanya juga kelas putri)... 
Saya menggunakan waktu mengajar untuk membantu mereka mengisi angket Evaluasi Diri Sekolah. Salah satu butir angket tersebut berbunyi :
Hal yang kamu sukai dari guru ketika mengajar adalah
(apakah) mampu memberikan inspirasi (?)


Siswa putri bersahut-sahutan menjawab. Ada yang mengiyakan, ada pula yang menolak. Kemudian, karena saya memang keponya tingkat tinggi, saya bertanya “Siapa guru yang menginspirasi kalian?” 

Salah satu anak menjawab “pak X, bu” 
Dan diiyakan oleh anak-anak yang lain. Saya kaget bukan kepalang. Pasalnya pak guru yang disebut oleh anak-anak ini salah satu guru yang kurang disukai oleh hampir semua anak di sekolah. Mereka bahkan lebih sering berkomentar miring tentang beliau daripada positifnya. Eh, saya juga kadang-kadang, pak. Astagfirullah, maaf ya pak.. *sungkem big grin

Nah, lanjut ya.
Mendengar jawaban anak-anak tadi kepo saya semakin menjadi-jadi.

“Oh.. jadi kalian terinspirasi pengen menjadi seperti pak x?”, tanya saya sambil nyengir. 
Serentak anak-anak teriak “Enggak bu. Bukan gitu” 
“Terus? Coba saya diceritain, apa yang membuat kalian terinspirasi?”, tanya saya serius. 
“Soalnya dulu pas kecil pak x ngumpul-ngumpulke kardus ning sampah go sekolah, bu. Ya pokoke bekerja keras ben iso sekolah”.

Dan mengalirlah banyak kisah masa kecil pak x yang tidak dirasakan oleh anak-anak saat ini. Yang, tentunya saya tidak pernah mendengarnya karena saya dulu tidak diwulang sama  beliau. Mendengar celoteh anak-anak ini saya jadi mikir-mikir. Dibalik kekurangan seseorang pasti ada hal baik yang bisa dilihat. Seorang anak kecil saja bisa netral melihat orang dari dua sisi, kenapa orang dewasa susah ya?

Kok ya ketika kita bertemu dengan orang yang dari kesan pertama negatif,  dan ternyata selanjutnya juga negatif,  kita jadi menilai orang itu buruk terus. Mungkin iya kata pepatah, "Nila setitik rusak susu sebelanga". Gara-gara salah sedikit saja, hilang kepercayaan orang terhadapnya. Tapi gara-gara pepatah ini kita jadi lupa sama yang namanya asas keadilan.

Seharusnya kan kita juga bisa lebih adil menilai orang dari segi positifnya juga. Sejelek-jeleknya orang, pasti ada sifat baiknya. Sebejat-bejatnya orang, ada masanya orang tersebut kembali ke jalan yang benar. Kenapa kita nggak memberikan kesempatan orang tersebut untuk menjadi lebih baik? Kenapa pula kita nggak ngomongke kebaikan-kebaikannya? Masih banyak hal yang bisa dilihat dari seseorang diluar keburukannya. Jadi capek juga kan otaknya kalo tiap hari nyacati uwong waeh. Kapan bersihnya otak ini coba?!

From now on..
Saya harus lebih bisa bersikap adil pada orang untuk melihatnya dari dua sisi,  side A terus dibalik ke side B. Karena saya sendiri pun belum tentu dinilai baik terus oleh orang lain. Intinya sih lebih bakhusnudzon kali ya. So, mari kita budayakan khusnudzon rather than suudzon.. thumbs up

Kamis, 06 November 2014

Dua Senin Dalam Setahun


Menjadi pembina upacara bukan hal yang langka bagi saya. Sejak tahun 2012, sekolah kami menerapkan sistem sama rata sama rasa (aih istilahnya cyin...)
foto idem yang pertama yak...
Pokoknya semua guru di sekolah wajib mendapat giliran menjadi pembina upacara (beruntunglah para karyawan). Tidak satu guru pun yang boleh mangkir dengan alasan apapun. Misal saya tidak bisa menjadi pembina upacara pada senin ini, maka tugas saya diganti pada senin depan. Gilirannya pun ditentukan urut dari yang paling tua ke yang paling muda. Kebetulan meski jumlah guru nambah, saya tetap di urutan terakhir. Alhamdulillah, ada untungnya jadi yang paling kecil meski masih ada 3 karyawan yang lebih kecil dari eyke  big grin. Saya jadi punya waktu lebih untuk menentukan tema amanat yang akan saya sampaikan. Errr.. bukan amanat sih,  kulpum saja ya disebutnya. Soalnya selalu dibawah 10 menit saja,  hihihi...

Saat pertama kali menjadi pembina upacara, saya ingat betul saat itu saya masih takut dan grogi. Ngajar di depan ratusan pasang mata itu biasa, tapi kalo di depan puluhan guru dan wali murid (yang lagi nunggu anaknya) rasanya mak jedeeeer... pengen menghilang saja. 

Seminggu sebelum hari upacara saya sudah pusing mencari topik amanat. Saya bukan orang bertipe spontan, makanya saya merasa perlu mencatat kalimat apa yang akan saya ucapkan. Bahkan kata "eh" saja harus saya tulis lho, hahaha... rolling on the floor

Nggak papa deh, kan dengan begitu saya jadi bisa menghafal kultum dengan mudah sesuai dengan bahasa saya sendiri. Tentunya, saya jadi bisa sekalian mengedit bahasa mana yang cocok ato nggak bagi anak-anak.

Lucu kalo mengingat-ingat saat itu. Tapi pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman nekat bertanggungjawab tentunya. Kalo nggak begitu saya nggak bisa nyantai sekarang. Yap, pada giliran saya ke-tiga dan selanjutnya, saya jadi sedikit menyepelekan tugas kenegaraan ini. Nggak pernah lagi saya menyiapkan materi kultum jauh-jauh hari. Paling-paling malam senin sebelum tidur saya browsing nyari inspirasi sebentar. Kemudian cukup menghafal poin-poinya (sekitar 2-3 poin) dan mengembangkan sendiri sesuai bahasa saya.

Materi amanat pun hanya seputar sekolah. Misalnya, kebersihan kelas, tata tertib sekolah atau motivasi belajar yang kesemuanya berdasarkan pengalaman dan masalah yang saya temui selama mengajar. Yes, saya nggak suka tema yang berat-berat semacam makna sumpah pemuda. Ini pilihan saya saja sih. Daripada saya ngomong dengan bahasa nasionalis mending amanatnya ala ngobrol-ngobrol saja. Saya takut anak kelas 1 malah bengong nggak ngerti saya lagi ngomong apa. Mending kalo dengerin tapi nggak ngerti. Kalo nggak dengerin sama sekali kan bikin sedih, sajak e useless banget gitu raised eyebrows

Nah, senin kemarin adalah giliran saya menjadi pembina upacara. Kalo dihitung menggunakan rumus matematika, halah, kira-kira itu tugas saya yang ke enam. Karena ada 18 guru di sekolah dan ada 52 senin dalam setahun, maka masing-masing guru mendapat giliran menjadi pembina upacara sejumlah tiga kali dalam setahun (pembulatan ke atas). Tapi tapi... sebelum giliran saya yang ketiga dalam setahun tiba, tahun pelajaran sudah berakhir. Dan tiap awal tahun ajaran baru, urutan pembina upacara ini akan di reset, diulang dari awal lagi. Praktis, hanya dua senin dalam setahun saya (dan beberapa guru diatasku) berkesempatan menjadi pembina upacara. Beruntung kan saya? tongue thumbs up
Temen-temen sesama guru muda kadang jadi ngiri dengan keberuntungan kami itu, hihihi...

Begitulah kisah saya menjadi pembina upacara. Kalo saya baca-baca di google, banyak juga yang punya pengalaman seperti saya. Nggak sulit dan nggak menakutkan tho? Alah bisa karena biasa. Namun, meski sudah nggak gitu grogi ditunjuk jadi pembina upacara, tapi tetep lho pak (kepsek) saya ogah kalo disuruhnya mendadak it wasn't me
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon