Minggu, 25 Mei 2014

Saya dan FD..

Saya..
Saya pecinta Female Daily. Kalo laki-laki demennya Ka*kus, kalo perempuan, biasanya demen FD.  Saya nggak demen forum agan-agan karena nggak ngerti cara "pakai"-nya. Pernah beberapa kali mencoba betah main disana, tapi give up . Agak susah nyari info penting-nya, ato mungkin karena saya-nya saja yang madet, alias males update .

Di forum agan itu saya banyak menemukan, instead of berbagi info, kebanyakan member cuma ngasih sundulan ato cendol. Nah, kalo di FD, no cendol apalagi cuma nyundul. In other words: No uninformative post is allowed. Forumnya rapih, nggak ada deh yang berbau-bau gosong ato amis, halah..
Taken from this site

Berawal dari kegundah gulanaan (istilah apah inih! ) saya saat menemui gerombolan jerawat di pipi dan dagu. Saat itu, saya justru terjerembab di forum ini. Saya asal signing up biar bisa nyuri banyak informasi. Meloncat dari thread satu ke thread lainnya. Yes, so much information I've gotten till today. One thread leads to another one Sampai-sampai saya tidak bisa berhenti browsing. HereI learn about life and face, of course. Selanjutnya, saya mulai enjoy bergaul dengan teman-teman di forum ini. Saya seperti punya lahan untuk ditanami sayur mayur, dan punya kebun lain yang buahnya bisa saya petik kapan saja. Ealah, perumpamaan apa ini.. 

Di dunia maya ini, saya seperti memiliki keluarga baru. Beberapa member juga sudah pernah kopi darat dengan saya. Tapi saya kurang tau, mereka lupa atau tidak denganku, hihi..
By the way, kalian udah pernah ngintip Female Daily belum? Udah pernah join disana kan? Buruan di intip dan cepet-cepet daftar supaya bisa dapet privilege yang tentunya sangat bermanfaat bagi cewek-cewek.

Nah..
Kalo udah join, jangan lupa tebak ID saya. Clue-nya, saya sudah berada di level Beryl. Err.. itu saja dulu contekannya, hehe... Jangan lupa, kalo ketemu saya di sana, sapa saya ya.... 

Sabtu, 24 Mei 2014

Stay in PKU Muhammadiyah Bantul

Alhamdulillah..
Berkat doa teman-teman dan kerabat semua, akhirya, Ibu sudah selesai di operasi dan sedang dalam proses penyembuhan.

Pasti pada tanya, "memangnya operasi apa?"
Sini saya jawab, "operasi pengangkatan batu empedu".
Tenang tenang.. Bukan karena Ibu kesakitan, lemah kemudian buru-buru dilakukan operasi, tapi murni karena baru tau ada batu di dalam perut Ibu. Jadi selama waktu pemeriksaan awal sampai menjelang operasi, Ibu masih bisa aktivitas seperti biasa. No one knows (except my family) juga kalo kita pagi itu pergi untuk check in ke PKU.

Eh, pos kali ini bukan untuk menjelaskan apa penyakit Ibu lho, melainkan step-step yang harus di lakukan pada saat pemeriksaan ataupun pendaftaran operasi di Rumah Sakit. Saya benar-benar buta soal yang beginian apalagi saya pontang panting sendirian saja, hihihi..
Syukurlah, dokter pengirim dan dokter perujuk operasi tempat saya menggali informasi ini ramah sekali dan saya sangat terbantu. Karena itulah, boleh kan saya berbagi ilmu dan cerita juga?
Siapa tau ada yang membutuhkan seperti saya dulu.

Here is my story:
Sebentar, penting untung diingat bahwa pasien, apalagi yang sudah sepuh tidak perlu ikut repot mengurus pendaftaran dan lain-lain. Jadi, biarkan duduk manis saja sampai saatnya masuk ke poli.

Rawat Jalan


  • Sebelum pemeriksaan, saya memastikan dulu poli apa yang akan dituju. 
  • Pendaftaran PKU Bantul di buka mulai jam 5 pagi dan hanya di layani di hari yang sama, no booking di hari sebelumnya. 
  • Saya memilih membooking via telpon terlebih dahulu, meski belum pernah sama sekali terdaftar sebagai pasien PKU. Untuk poli Urologi, dokter Zulfan hanya menerima 20 pasien. Ketika saya menelpon pukul 6.30 pagi, Ibu sudah ada di antrian nomer 17. Weleh.. 
  • For your information, no telpon pendaftaran PKU Bantul (0274) 8332525 atau (0274) 367437


  • Kami datang dan registrasi ulang di ruang pendaftaran pada jam yang telah ditentukan (sesuai jadwal dokter). Karena Ibu belum pernah periksa disini, maka saya wajib memberikan kartu identitas  untuk dicatat oleh petugas. Jika sudah terdaftar, tunjukkan kartu pasien dan sebutkan nomer antrian yang diberikan saat membooking via telpon.
  • Kemudian, kami diarahkan ke Poli Bedah Urologi dan menunggu panggilan.
  • Saat dipanggil, tancapkan nomer antrian di papan yang telah disediakan (di samping pintu masuk poli).
  • Setelah konsultasi, saya membawa map (yang berisi surat pengantar dll) ke Loket 2 untuk menerima bill. Bila ada resep obat, bawa map ke farmasi untuk mendapat nomer antrian. Setelah itu, baru membawanya ke loket 2.
  • Bawa bill ke Loket 1 dan bayar sesuai jumlah yang di minta.
  • Karena Ibu tidak diberikan obat, maka tahapan sudah selesai. Namun, bila ada obat, tahap selanjutnya adalah menunggu panggilan di ruang 11 (masih di bagian farmasi tapi di bilik kecil samping penerimaan resep)
  • Selesai...


Rawat Inap dan Operasi

Oh iya, opname ibu ini kan karena kemauan sendiri. Jadi mendaftarnya pun agak ribet. Yang pasti, kami harus datang pada hari yang sudah dijadwalkan oleh dokter bedah. Dokter Zulfan menjadwalkan pembedahan pada Selasa malam. Maka selasa pagi sekitar pukul 9 pagi kami sudah sampai di PKU untuk persiapan dan pengodisian pra-operasi.

  • Mendaftar di bagian pendaftaran dengan membawa surat rujukan operasi dan kartu pasien. Saya menyebutkan pula asuransi apa yang akan dipakai.
  • Setelah mendaftar, kami menunggu panggilan di poli umum. Poli ini ada di belakang ruang pendaftaran, sebelah timur Farmasi.
  • Setelah dipanggil dan diperiksa, perawat juga akan bertanya asuransi yang akan dipakai. Kemudian, saya selaku pendamping diminta untuk menandatangani berkas rawat inap.
  • Perawat meminta ibu untuk di rongent, dan memberikan 2 surat. Satu surat di serahkan ke Radiologi, satu lagi ke ruang pendaftaran.
  • Selanjutnya, saya mengantar Ibu ke ruang radiologi menunggu panggilan rongent. Kalau sudah selesai, Ibu akan dipanggil petugas untuk menerima hasil rongent. Karena ibu akan di operasi, maka hasil rongent tidak diberikan pada kami. 

  • Kemudian, saya mendaftar rawat inap ke bagian pendaftaran lagi. Lagi-lagi saya diminta untuk menandatangani berkas. Ruang rawat inap tidak diisi karena asuransi yang akan menentukan Ibu akan diterima di ruang kelas berapa.
  • Petugas kemudian memberikan saya Surat Rawat Inap untuk dibawa ke poli persiapan rawat inap dan lembaran kecil yang isinya syarat-syarat pengajuan asuransi.
  • Sebelum membawa Ibu ke Poli Persiapan, saya memilih untuk mengurus asuransi terlebih dahulu. Err.. Lebih tepatnya bapak yang mengurus, saya hanya mengantar beliau sampai loket yang dimaksud. Untuk Askes, syarat yang diperlukan adalah Surat Rawat Inap, Surat Rujukan Puskesmas asli (boleh di copy dulu), 2 lembar fotokopi KTP dan fotokopi Kartu Askes Pasien. Masukkan berkas ke loket yang sesuai dengan asuransi. Selanjutnya menunggu panggilan.
  • Lalu, saya mengantar ibu ke Poli Persiapan. Tunggu panggilan dan pasien akan diperiksa dan di infus.
  • Selanjutnya, Ibu di bawa ke ruang yang telah disediakan. Sayangnya, ruangan di PKU ini sangat terbatas. Ruang yang seharusnya di dapat Ibu adalah kelas 1. Tapi karena 4 ruang kelas 1 sudah penuh, maka Ibu di masukkan di ruang kelas 2. Kalau mau, kami boleh memilih ruang VIP yang jumlahnya jelas lebih banyak dari ruang kelas 1. Tapi, biaya operasi nya akan menjadi biaya operasi VIP juga. No thanks deh..

Mom and Me

Nah, setelah 4 hari 3 malam di rumah sakit, akhirnya Ibu diperbolehkan pulang. Dan... saya bingung lagi bagaimana cara check out-nya. Untungnya seorang Ibu yang ada di ruang sebelah mau mentraining saya. Paling tidak ada gambaran yang bisa saya cerna. Dan setelah mengalami sendiri, ternyata tidak sulit kok.

Check out
Untuk check out ini, sepertinya harus dilakukan oleh pendamping pasien yang menandatangani persetujuan rawat inap, which is saya. No problemo, memang hanya saya yang free dan bisa mengurus proses ini dari awal sampe akhir.

  • Menunggu Surat Keterangan Pulang diberikan oleh petugas ruangan.
    Surat Pulang
  • Menyerahkan Surat ke loket 4 yang ada di sebelah selatan bangunan, dekat pintu selatan.
Kasir Rawat Inap
  • Menunggu panggilan.
  • Petugas akan menunjukkan rincian biaya yang harus saya bayar. Biaya operasi yang diperkirakan dokter mencapai 10 - 20 juta, ternyata kemarin sekitar 7 juta saja. Karena biaya operasi dan rawat inap di cover oleh asuransi, maka saya tidak perlu membayar. Tapi, karena ada alat yang perlu disewa  untuk pembedahan kemarin, maka kami harus membayar sewa alat tersebut. Alhamdulillah, masih affordable, tidak sampai 1 juta rupiah.

  • Membawa dan menyerahkan bill sewa dari loket 4 ke loket 1 (di dekat pintu utama)
  • Setelah membayar, saya menyerahkan kembali kuitansi ke loket 4.
  • Saya diminta menandatangani berkas dari asuransi dan surat keterangan pulang.
  • Menerima surat keterangan pulang yang telah disetujui kasir rumah sakit.
  • Kembalikan surat tersebut ke perawat jaga ruangan. Perawat menjelaskan kapan Ibu harus kontrol lagi, menyerahkan obat apa saja yang harus diminum, hasil rongent dan surat untuk kontrol.
  • Bereskan barang-barang yang dibawa dan pastikan tidak ada barang yang tercecer. Lucky me, punya travelling pouch (lupa nama aslinya) yang saya beli secara online di Market Plaza. Review dikit ya, pouch ini membuat baju saya dan Ibu lebih rapi. Pakaian kotor juga bisa rapi, tidak asal di uwel-uwel dimasukkan ke kresek. Lebih hemat tempat kan. Besides, kalau malam, pouch ini jadi bantal tidurku lho, hohoho..
Love the travelling pouch
  • Pencet bel, atau panggil perawat jika pasien sudah siap pulang. Perawat membawakan kursi roda dan mengantar Ibu sampai ke loby.
  • Pulang....

Alhamdulillah, bisa tidur di rumah dengan kasur yang luas lagi empuk. Pengennya sih...
Tapi saya harus menunda tidur siangku. Beberapa jam setelah kepulangan Ibu, rombongan ibu-ibu kampung silih berganti menjenguk Ibu. Bahkan sampai malam pun masih ada tamu. Kami memang sengaja tidak mengabarkan ke tetangga mengenai operasi Ibu. Tapi mereka sangat peka ya.. Saya sampai terharu..

Last but not least, semoga kalian dalam keadaan sehat selalu ya. Aamiin..

Jumat, 16 Mei 2014

Mana Kerudungmu??


Di suatu pagi saat wajahku sedang berseri-seri..
"Ahad wingi kondangan ten kidul. Putrane mbak **** 
 tekno sumuk nopo pripun kok milih mboten nganggo krudung niku ?"

Jleb jleb jleb... 
Speechless beberapa detik saat Bapak Guru SD-ku yang sekarang menjadi rekan kerjaku itu memprotes salah satu anggota keluargaku yang tidak berjilbab. Sempat terbersit rasa kesal kenapa beliau tidak bertanya pada si anak atau ibunya sekalian sehingga saya tidak harus menjawab pertanyaan yang sebenarnya bukan pertanyaan ini. Saya justru akan berterimakasih pada beliau kalau saja beliau memprotes langsung pada yang bersangkutan. Tapi kenapa harus beliau bertanya pada saya. Terus terang saya bingung, pak. Kalau ada fasilitas call a friend, pasti saya sudah menelpon kakak-kakak untuk membantu memilihkan jawaban yang paling tepat.

Dan akhirnya dengan menahan malu dan sangat sangat tidak bangga sekali saya menjawab:
"Inggih pak, niku sampun mboten saged dikandani kalih ibune"

Yes, saya menjerumuskan anggota keluarga saya sendiri, membuka aib keluarga serta mempermalukan orangtuaku selaku orang yang dianggap paling bertanggungjawab atas anak cucunya. Sungguh malu rasanya saat ada orang lain yang menegur anggota keluargaku dan saya tidak bisa apa-apa. Apalagi keluarga saya dianggap religius. Ah... Seperti orang munafik. Kami (anak-anak ibu) tak henti-hentinya menyelipkan materi kewajiban berjilbab pada murid-murid perempuan di sekolah maupun di pengajian anak-anak tapi keluarga sendiri ada yang tidak berjilbab 

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59). (Dikutip dari sini)

Andai dya ini adek kami, sudah pasti kami akan mati-matian memaksanya memakai jilbab. Kami tidak perduli kalau orang bilang memakai jilbab itu harus menunggu hidayah. Kami pun tidak mau tahu kalau bapak Quraish Shihab menafsirkan jilbab bukan suatu kewajiban tapi hanya anjuran. Bagi kami, namanya jilbab itu kewajiban yang tidak bisa ditunda dengan alasan apapun. Lebih baik terpaksa memakai jilbab tapi terlambat sadar bahwa kewajiban muslimah itu berjilbab daripada sadar akan kewajiban berjilbab tapi tak kunjung berjilbab. 

Sekarang kami tidak mau kecolongan. Keponakan yang masih SD dan TK menjadi target pemaksaan kami walaupun hanya di waktu-waktu tertentu. Alhamdulillah, mereka nggak protes bahkan mereka dengan suka rela mencari jilbab sendiri saat hendak diajak pergi keluar kampung. Soal yang di atas, memang masih jadi Pe-eR banget. Tapi ponakan krucil-krucil ini yang jadi fokus utama kami. 
Buku punya ponakan

Anyway... Saya dan adek produk keterpaksaan memakai jilbab sejak SMP. Dan kami tidak pernah menyesal kalau dulu terpaksa berjilbab. Kalau kalian bagaimana? Kerudungnya masih dipakai kan? 


PS: Kalau setelah membaca post ini ada yang tersinggung, bersyukurlah.. Jarang lho ada yang merasa tersinggung, kalau cuma pura2 tidak tahu saja itu sih biasaaa..
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon