Jumat, 24 Januari 2014

Belajar dari Ponakan


Baru ingat, tulisan ini sudah lama nangkring di draft. Ternyata saya cuma hobi nulis, tapi malas menyelesaikan tulisan, hohoho... *plak 

Tulisan ini dimunculkan kembali  setelah kemarin 3 ponakan sakit bersamaan. Awalnya sakit demam  biasa, tapi tak disangka, Fia (7th) masuk Sarjito, Zafir (1th) opname di Nur Hidayah, Naura (4th) tinggal saja di kamarku. Selama beberapa hari ini rumah sepi tanpa ponakan, eh, ada Hanif (1th) juga ding. Sebenarnya, nggak sepi juga sih, kan para tante ini giliran jaga ke sana ke sini dan ke sono. Sedih melihat mereka lemes begitu, berharap-harap cemas juga menunggu kabar dari dokter. Moga-moga cepat sembuh ya dek.. 

Fia dan Naura lagi ganjen

Kalau nggak sakit, anak-anak ini bikin gemes. Gemes pengen jitakin satu-satu, hehe.. 
Bayangkan, rumah beres res, bisa seketika berantakan kalau mereka datang. Tapi ya nggak bisa marah-marah terus sih, kadang mereka bikin senyum-senyum. Contohnya waktu (1th lalu, pas nulis ini), Fia dan Naura merengek minta uang jajan. Saat itu saya sedang tidak ingin memanjakan mereka, jadi saya diamkan saja. Tanpa sepengetahuanku, mereka ke warung depan dan kembali lagi dengan membawa permen. Heran dong, darimana mereka bisa jajan. Maka percakapan kami kurang lebih seperti ini:

saya "Lho kok bisa jajan, duitnya darimana?"
Fia  "Kan aku tadi punya 500"
saya "Trus permenya, berapa harganya?"
Fia  "500 dapat 5"
saya "Ow.. Berarti dapat 5 kan? 2 buat Fia, 2 buat Naura. Yang 1 sini buat lik aja, hehe"
Fia  "Enak aja.. Naura dapat 2, yang 3 buat aku"
saya "Lho kok bisa? Kok naura nggak pengen?"
Sambil melirik Naura yang asyik membuka bungkus permen.

Fia  "Soalnya tadi aku bilang, Naura mau dapat pahala atau dapat permen?
Kalo permenya 2 nanti dapat pahala, kalo permennya 3 nanti nggak dapat pahala"
saya "Terus adek jawab apa?"
Fia  "Mau dapat pahala, jadi ya permennya cuma 2"
saya "Bener dek?"
Naura menganguk sambil tersenyum meringis.

Saya tertawa mendengar cerita Fia. Pinter amat anak ini membesarkan hati adeknya. Antara pinter atau "pinter" ya ini. Tapi yang paling bikin terharu itu jawaban Naura. Bagaimana bisa anak umur 3 tahun tertarik pahala daripada permen. Subhanallah.. 

Harusnya saya belajar banyak dari Naura. Bukan hanya mencari kesenangan duniawi, tapi akheratnya juga dibanyakin. Sudah cukup belum ya bekalku? Tentu belum akan cukuplah, huks huks.. 

Kamis, 23 Januari 2014

Mencari Kucing

Pernah nggak terpikir untuk mencari kucing?
Bukan karena kucingnya hilang lantas dicari, tapi simply karena pengen punya kucing tanpa harus membeli atau dikasih. Saya sih enggak terpikir kesitu, sampai suatu hari tetanggaku yang masih SD pulang dengan membawa kardus wafer berisi kucing. Kok kardus? Kok bukan kandang? 
Ya, namanya juga di kampong, mana ada yang nyimpen kucing dalam kandang. Kecuali kalo itu kucing angora sih..

Beberapa waktu yang lalu, kucing tetanggaku mati tertabrak motor. Si anak sampai menangis susah. Mungkin bahasa gaulnya, patah hati alias broken heart. Sampai suatu hari temen sebangkunya mengajak dia mencari kucing. Dimana kira-kira mencari kucing? Di pasar.. 
Ya salam.... 
Tak pernah terpikir mencari kucing kok di pasar. Padahal jaman dulu bapak suka membuang kucing di pasar. Ternyata give and take ya, hihihi.. Satu membuang, satu yang lain mengambilnya.
Kucing Baru Si Tetangga

Bagi anak ini, apapun bentuk dan warna kucing itu, bagaimana pun riwayat si kucing, yang penting dya bisa punya kucing dan memeliharanya sampai besar. Rasa sayangnya terhadap yang namanya kucing membuatnya tak perduli apakah kucing ini penyakitan atau malah sukanya mencuri ikan. Semudah itu ya dya bisa menerima si kucing apa adanya. Bagi kucing pun begitu, take it or leave it. Mau silahkan ambil aku, kalo nggak mau ya tinggalin saja. Haish.. andai semudah itu ya mencari teman, hadewh..
Kucing oh Kucing..
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon