Sabtu, 30 Mei 2015

Problem: Wanita Muslimah dan "Tamu" Bulanan


Siapa yang sudah sholat? *diem
Siapa yang nggak sholat? *ngacung..


Kalo ini ditanyakan sewaktu TPA, yang ngacung bisa di sentil sama pak Ustadz nih, hihihi.. Padahal pertanyaan terakhir punya banyak makna lho. Yang nggak sholat tapi ngacung, mungkin memang nggak mau sholat, atau sedang dapet tamu bulanan jadi nggak boleh sholat. Nah lho... saya termasuk yang mana? 

Yang kedua tentunya, hihihihi..big grin Jadi wanita itu memang istimewa. Ada masanya kami tidak boleh sholat. Jadi mo tidur lewat dari waktu sholat juga nggak papa (lho?! Larinya kok ke tidurtongue). Tapi, kami jadi kehilangan moment untuk lebih dekat sama Allah. Duh, padahal wanita itu sering galau je, dan paling enak curhat galau-nya sehabis sholat gitu. Selain itu, kan ceritanya saya sering lagi semangat-semangatnnya rutin tadarusan, ternyata besoknya haid. Sayang banget kan jadi kehilangan rutinitas. Apalagi seperti sekarang, hafalan juga baru nyampe surat Al Balad, mana belum gitu hafal lagi, raised eyebrows huhuhu... Apa masih boleh lanjut hafalan? 
Juz 'Amma saku
Nah, mengenai wanita haid bolehkah menghafal al Qur'an, ada dua pendapat berbeda yang kedua-duanya mempunyai pedomannya masing-masing. Saya bukan ahli-nya dalam hal ini, tapi pada kesempatan kali ini saya kepengen berbagi uneg-uneg saya yang selalu mengganjal di hati. Berbagi-nya tidak sekedar berbagi ya, tapi inilah pendapat dan sikap saya setelah saya berdiskusi secara fisik dengan kakak dan orang-orang yang kompeten serta rujukan dari internet. Uneg-unegnya tentang apa?

  • Bolehkah wanita haid menyentuh Al Qur'an?
لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ 
“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (Qs. Al-Waaqi’ah: 79)
Ada pendapat ulama yang melarang wanita untuk menyentuh mushaf dan ada pula yang membolehkan. Mushaf disini secara sederhana diartikan Al Qur'an yang isinya tidak ada translasinya, benar-benar hanya tulisan arab saja. Sementara yang ada translasinya masih boleh dipegang. Yang menarik, ada beberapa pendapat ulama yang mengartikan bahwa larangan pada Qs. Al Waaqi'ah adalah ditujukan pada orang-orang musyrik bukan wanita muslimah yang sedang haid.

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَا يَنْجُسُ
“Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.” [Hadits shahih. Riwayat Muslim]

Disini saya pernah agak ragu untuk menyentuh al Qur'an. Tapi bagaimana jika itu darurat, semisal al Qur'an-nya jatuh dan saya tidak mungkin menunggu orang lain untuk mengambilnya? Karena itulah, kalo menyentuh saja saya masih nggak apa-apa, asal ada kepentingan di baliknya. Namun, jika itu tidak darurat, maka saya tidak menyentuhnya. Untuk lebih berhati-hati, saya tidak menyentuh mushaf secara langsung, bisa menggunakan kain sebagai perantaranya.

  • Bolehkah wanita haid membaca al Qur'an?
Dari penggalan ayat pada Al Waaqi'ah, disebutkan bahwa hanya orang yang bersuci lah yang boleh menyentuh mushaf. Ini bisa diartikan bahwa menyentuh saja tidak boleh, apalagi membacanya.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَقْرَأُ الحَائِضُ وَلَا اْلجُنُبُ شَيْئاً مِنَ القُرْآنِ - رواه الدارقطني

“Dari Ibnu Umar ra ia berkata: Rasulullah saw bersbada: Tidak boleh orang yang haid dan orang yang dalam keadaan junub membaca ayat Al-Qur`an” (H.R. Ad-Daruquthni)

Namun demikian di sini juga di sini disebutan bahwa wanita haid masih boleh membaca al Qur'an selama ada tujuannya misal mengajar atau membenarkan hafalan yang salah. Meski begitu, lebih diutamakan jika dalam keadaan suci. Jika tidak ada tujuannya, maka tidak boleh. Tetapi, sepertinya tidak ada orang yang membaca Al Qur'an tanpa tujuan. Iya kan?

Terus, bagaimana jika seorang ustadzah punya masa haid 7 hari. Apa iya, beliau harus libur mengajar ngaji selama 7 hari padahal ada banyak santri yang menjadi tanggungjawabnya? Tentu saja, dalam hal ini, diperbolehkan bagi wanita haid untuk tetap membaca al Qur'an karena tujuannya jelas untuk mengajar. Apabila dia menghindari membaca al Qur'an, dikhawatirkan proses pembelajarannya tidak berjalan lancar dan malah terjadi kesalahan yang fatal, misal salah baca tajwidnya.

Karena saya tidak mengajar ngaji, saya memilih untuk tidak membaca Al Qur'an (tadarus) ketika saya sedang haid. Kalo saya harus membuka al Qur'an karena sesuatu hal, misal mencari referensi atau lupa hafalan, saya bisa membuka aplikasi Al Qur'an di hp, ato mendengarkan murotal. Dengan demikian saya tidak perlu menunggu saya selesai haid baru membuka Al Qur'an. Kadang kala, ketika penasaran pada sesuatu, saya akan mencari jawabannya pada saat itu juga. Kalo menundanya, besar kemungkinan saya jadi lupa. Jadi plong kan kalo begini..

Contoh lain lagi... Beberapa waktu lalu saya ada tes interview yang mengharuskan saya menyentuh plus membaca Al Qur'an. Nggak mungkin banget saya minta di-skip bagian membaca Al Qur'an. Apalagi inti dari interview tersebut ya untuk mengetahui bisa ato nggaknya saya mengaji Qur'an. Dan saya yakin, yang interviewer pun punya pedoman dan sudah mempertimbangkan ini (soal kemungkinan ada interviewee yang sedang haid) sebelum memasukkan materi "mengaji" dalam tes-nya.

  • Bolehkah wanita haid membaca teks yang ada penggalan ayat Al Qur'an
Menurut pembahasan di atas, wanita haid boleh membaca al Qur'an selama tujuannya jelas, apalagi kalo tujuan membaca teks tersebut untuk mengajar atau justru belajar. Dulu saya pernah berdiskusi dengan ustadz saya tentang persoalan ini. Menurut beliau, jika di dalam teks ada ayat al Qur'an, maka ayat tersebut tidak usah dibaca, dilewati saja. Kemudian, saya bertanya, apabila sedang mengajar dan harus membaca ayat tersebut untuk mendukung pengajaran bagaimana? Jawab beliau tetap sama, tidak usah di baca.

Ketika saya kurang puas dengan jawaban ustadz, saya pun bertanya dengan ustadz yang lain dan jawabannya berbeda. Ustadz lain mengatakan boleh membaca teks yang ada penggalan ayat al Qur'an karena merujuk pada tujuannya, yaitu untuk mengajar atau belajar. Jadi menurut saya nggap papa baca teks yang ada ayatnya. Disini, saya tidak menyalahkan ustadz saya yang pertama lho, karena beliau punya pedoman sendiri dan ustadz kedua juga.


  • Bolehkah wanita haid menghafal Al Qur'an?
Menghafal Al Qur'an termasuk juga menghafal surat-surat pendek yang ada di Juz 30. Di saat sedang haid, karena saya tidak sholat dan tidak membaca al Qur'an, saya mendekatkan diri dengan Allah dengan cara menghafal surat-surat pendek. Saya memilih menghafal dengan mendengarkan murottal dan membaca Juz 'Amma, bukan mushaf. 

Melihat banyak referensi termasuk poin-poin di atas ini, beberapa ulama berpendapat bahwa wanita haid sangat boleh membaca Al Qur'an jika takut hafalannya terlupa. Dengan demikian, saya rasa tidak ada salahnya saya menghafal Al Qur'an saat saya sedang haid. Jika satu minggu saya tidak mengulang hafalan, saya takut hafalan saya hilang. Saat murojaah pun, saya kadang-kadang terlupa sepenggal ayat. Jadi saya harus tetap membuka Al Qur'an dalam bentuk fisik, seperti juz amma dan aplikasi di HP, maupun non fisik seperti mp3 murotal.

Kesimpulan
Akhirnya, sampailah pada kesimpulan bahwa Allah memudahkan dan tidak akan menyulitkan hambanya untuk beribadah. Meski sedang haid, wanita masih boleh kok beribadah. Berdzikir dan menghafal surat-surat pendek termasuk dalam membaca al Qur'an, dan dibolehkan untuk membacanya dengan tujuan tertentu dan syarat tertentu. Jadi jangan takut untuk selalu berdzikir walaupun sedang haid. Jangan sampai, di saat haid, amalan kita justru menurun. 

Begitulah kesimpulan yang dapat saya ambil. Mungkin ada yang berbeda pendapat dengan saya. Nggak apa kok kalo tidak sepaham selama tujuannya kita tetap untuk beribadah, dan kita punya pedoman masing-masing bukan sekedar tidak sreg saja. Perbedaan itu justru akan membuat kita semakin menggali ilmu kan. Walahu allam..

Bila ada pendapatku yang kurang bisa diterima, ayo jangan sungkan-sungkan untuk memberikan pendapatmu thumbs up

- Islam itu mudah namun jangan dimudahkan -



Sources:
http://www.nu.or.id/
http://akhwat.web.id/
http://muslimah.or.id/
http://www.eramuslim.com/
http://www.fiqihwanita.com/
http://www.konsultasisyariah.com/

Jumat, 29 Mei 2015

Saya Pilih Asli, Kamu?


Hari gini tas-nya itu-itu aja? plissss deh ah..

Itu kali ya yang ada dalam pikiran para wanita-wanita masa kini. Kayaknya termasuk saya juga, hihihihi.. Bedanya, tas saya tinggal tersisa: dua  ransel (1 kadang dipinjem ponakan ke sekolah), tiga shoulder bag, satu tote bag (buatan sendiri), satu tas slempang sama dua tas kecil yang biasa buat kondangan. Tuh.. banyak tapi nggak banyaaaak banget kan. Semua tas itu juga nggak semuanya saya beli, dua tas diantara nya malah hadiah dari Citra. Beruntungnya saya ya.. blushing

Meskipun brand-nya lokal, tas-tas yang saya punya ini asli lho. Harganya juga nggak sampe selangit. Karena menurut saya, yang penting itu fungsinya. Contohnya bisa lihat nih tas Yongki Komaladi. Saya bangga kok pake tas merk dalam negeri. Soalnya kalo beli merk luar negeri mehil cuy. Mending duitnya dipake facial ato senam deh (lho?!).

Ngomong-ngomong soal brand luar negeri, hebat bener lho wanita-wanita Indonesia itu. Coba tengok, tas yang merk-nya Prada, Hermes ato Gucci yang beredar dimana-mana dipake oleh kalangan mbak-mbak sampe ibu-ibu. Bayangkan, mereka enggak takut lho nenteng tas brand mahal ke pasar. Padahal, tas dengan brand tersebut kalo di jambret bisa di loakkan paliiiing murah 1 juta. Eh, tapi itu tas-nya asli ato nggak? Nah, lho.. Jangan sampe ke luar negeri bawa-bawa tas KW yak. Bisa di cegat sama polisi tuh trus di deportasi.

Saya dulu kurang aware sama yang namanya pembajakan (tahunya sapi aja yang suka membajak, halah). Orang mo pake tas Channel, Prada ato apalah itu saya nggak perduli. Yang saya lihat, desain tasnya bagus, tapi bahan dan jahitannya kurang bagus, jadi saya tidak tertarik beli. Untungnya saya emang nggak suka model-model tas yang highend karena bisa jomplang sama penampilan saya. Itu saja sih. confused

Sejak saya gabung di Forum, saya jadi tahu betapa tidak elegannya kalo kita  menenteng-nenteng barang KaWeh alias palsu. Mau itu disebut KW super, KW premium, KW pertamax, aaah... Apapun itu, selama barangnya njiplak barang asli tanpa ijin, itu namanya pembajakan. Kasihan kan sama pencipta aslinya, apalagi saya menganggap diri saya desainer amatir juga, huehehehe.. Dan itu bikin saya agak-agak anti sama yang palsu (apalagi cinta pasu, hayah). Udah susah-susah desain tas, eh, di tiru gitu aja sama pihak yang nggak tanggung jawab. Iya sih, desainernya nggak akan rugi-rugi amat kalo cuma dijiplak namanya doang, tapi apa nggak merasa malu pake barang hasil jiplakan?

Hayo, coba di cek tas kalian asli ato palsu? ato asli tapi palsu.. podo wae palsune, rek.

Masih banyak kok tas merk lokal yang asli dan bagus seperti tas Yongki Komaladi. Secara harga juga nggak  mahal, dan gampang untuk didapatkan. Banyak pusat belanja online yang menyediakan tas lokal dengan merk yang dijamin no palsu. Tinggal klik, pilih tas yang diinginkan, bayar dan tunggu barangnya datang. Gampang kan? Selamat berbelanja... wave

Kamis, 21 Mei 2015

Plan A dan Plan B Menjahit Jarik


Hallo.. Hallo..
Ada yang kangen sama saiya? *lebih-baik-pede-daripada-rendah-diri-kan-? 

Yak, saya kembali lagi dengan postingan yang nggak jauh-jauh dari hobi. Tolong dimaklumin ya, ini udah minggu-minggu menjelang liburan panjang. Jam mengajarku di sekolah sudah berkurang 4 jam. Murid les juga banyak yang minta libur dulu. Kan saya jadi seneng punya banyak waktu luang untuk menjahit. Mumpung selo, saya sekalian buka order menjahit aja kali ya. Ayo siapa yang mo jadi pelanggan pertama saya, diskon khusus wis   

Menjahit sendiri bukan sekedar hobi bagi saya. Tapi lebih karena kebutuhan. Biasanya kalo lagi butuh baju ato seragam dan nggak punya waktu dan duit ke penjahit, saya milih njahit sendiri bajunya. Kayak ini nih contohnya. Tahu sendiri kan tiap tanggal 20 saya harus memakai baju kebaya plus jariknya. Karena bulan kemarin jarik saya beda warna sendiri, maka kali ini saya pengen punya jarik yang (at least) warnanya sama dengan temen-temen.

Jarik yang saya beli harganya sekitar 40rb, lupa-lupa ingat. Saya pengen punya rok jarik model A-line yang nggak terlihat terlalu casual. Tujuannya sih, biar lebih nyaman dan nggak ribet pas gowes, karena saya seringnya ke sekolah naik sepeda. Nggak kebayang tho, jarikan itu udah ribet buat jalan, kalo mo gowes kudu cincing seberapa tinggi coba?! 
Desain Rok Plan A
Selesai membuat desain, saya mulai mengukur seberapa lebar lebar rok bagian pinggang dan kaki yang sesuai dengan desain. Agar lebih simple dan cepat selesai (waktu itu udah tanggal 19 cyin ), saya hanya memotong kain 1x saja di bagian samping. Dengan pertimbangan ban pinggang langsung menyatu dengan rok dan harus diberi karet plus resleting samping. 
Proses Ukur-ukur lanjut di potong
Wait..... stop!! 
Ada yang memperhatikan foto diatas nggak? Apa yang janggal coba?
Ditengah-tengah memotong kain, saya sadar kalo........ Motifnya kebalik pemirsa 
Motif Garuda-nya njungkel, harusnya menghadap ke atas, tapi ini malah menghadap ke bawah. Nangis nggak tuh. Kain cuma ini, kok ya salah potong. Akhirnya, saya berhenti memotong dan mulai mencari ide untuk ngakali agar kain ini tetep bisa jadi rok. Saya kan nggak mau rugi 
Kiri - Garuda ngadep bawah, Kanan - Garuda udah ngadep atas
Setelah mikir-mikir agak lama disertai perdebatan antara saya dan ibu (Ibu suka kasih ide jahitan yang menurutku STD alias standar, tapi makasih lho buk ), maka saya sudah tahu harus diapakan kain salah potong ini. Dan projek jahitan saya pun berlanjut. Untungnya (selalu ada untung dibalik musibah) saya baru memotong 1/4 bagian saja, jadi selebihnya bisa dibenerin arah motifnya.
Jahit, jahit, jahit..
Desain Plan A saya sudah gugur, dan Plan B yang menyempurnakan Plan A. Coba perhatikan: bagian atas rok yang motifnya Garudanya tetap njungkel, sedangkan bagian bawahnya sudah benar menghadap ke atas. Sekilas memang tidak terlalu kentara perbedaan motif bagian atas dan bawah. Apalagi sambungan kainnya saya tutup dengan kain ala-ala pita lagi. Namun, kalo yang memperhatikan itu seorang pemerhati batik, bisa kena kritik saya, huft 
Hasil Jadi Plan B
Menjadi penjahit harus pinter mencari ide kreatif, meski kreatifnya muncul saat terjadi bencana seperti saya. Ke depannya, saya kudu lebih ati-ati lagi supaya nggak perlu ada desain Plan B. Yet, kalo kata pepatah, dan saya setujuuuu banget:

If plan A doesn't work, the alphabet has 25 more letters
Kalo rencana A nggak jalan, masih ada 25 huruf lain. 
Tinggal pilih mau huruf yang mana gitu lhoh..

Kamis, 07 Mei 2015

Rok Batik Rang-Rang


Bismillahir rahmanir rahim..
- Nggak kerasa, dalam waktu 1 minggu bisa juga ngebut bikin post yah -

Sebagai kelanjutan saya untuk restoring the mood, saya sengaja jalan-jalan ke toko kiloan. Seneng lho ngeliat segitu banyaknya tumpukan kain. Capek di liatin mas penjaga toko, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada kain katun motif rangrang warna ungu. Yeah, ungu lagi.. *Yo ben tho.

Kain berukuran 115 cm x 150 cm ini harganya cuma 24 ribu rupiah sajah. Murah kan? Murah dong.. Daripada beli beli jadi, 24 ribu belum dapet kain yang seperti ini lho. Saya kepengen jahit rok yang modelnya dibilang simpel sih nggak ya, tapi bisa lah disebut casual. Seperti biasa saya menggambar model rok yang ingin saya jahit dulu agar lebih gampang menuangkannya di kain tanpa harus bikin pola. Saya nggak suka  bikin pola sih.



Bagian  Rok Bawah
Rok ini di wiru (kayaknya istilahnya salah deh) sejumlah 4 di bagian depan, ala rok anak sma. Tapi wirunya nggak sampe bawah juga kali, cuma dikiiiit aja dibagian atas. Rok bagian belakang tidak ada wiru, cuma diberi karet.
  • Ukuran panjang rok saya 82 cm. Saya melebihkan kain 4 cm untuk jahitan kelim bagian atas dan bawah.
  • Maka setelah dilipat menjadi 2 dan dipotong, saya akan mendapatkan kain rok bawah berukuran 86cm x 75 cm.
  • Masih dalam bentuk lipatan, dari tengah kain, saya mengukur 8 cm ke arah dalam. Dari sini nantinya saya akan memulai membuat wiru.
  • Lebar masing-masing wiru yaitu 10 cm. Kalo sudah dijahit hanya akan menjadi 5 cm saja lebarnya.
Begini lho wiru yang saya maksud

Bagian Ban Pinggang
Ban pinggang yang saya inginkan terdiri dari ban depan tanpa karet, ban belakang kanan kiri berkaret, dan ban resleting kanan kiri tanpa karet. Lihat desain ya kalo pusing baca penjelasan saya, hihihi
Ada yang bingung cara menentukan panjang ban pinggang? Begini cara saya..
  • Ukur lingkar rok bagian pinggang yang akan diberi ban.
  • Setelah dijahit wiru, lingkar rok bagian pinggang saya menjadi:
Lebar rok dikurangi kelim kanan kiri = 150 cm - (2 x @1 cm) = 148 cm
Lingkar pinggang setelah diwiru tersisa = 148 cm - (4 x @10cm) = 108 cm
  • Ban pinggang yang saya butuhkan:
Panjang ban depan = 50 cm
Panjang ban resleting kanan kiri = 2 x @ 4 cm = 8 cm
Panjang ban karet = 108 cm - 50 cm - 8 cm = 50 cm
Panjang ban karet kanan dan kiri = 50 cm : 2 = 25 cm
  • Setelah selesai menghitung panjang ban, potong kain sesuai ukuran ban yang dibutuhkan, lebihkan 2 cm tiap ban untuk kelim sisi kanan dan kiri.
Selesai memotong ban, saya mulai dengan menjahit karet pada ban bagian belakang. Lebar ban yang 10 cm, idealnya di isi dengan 3 karet. Dan agar lebih gampang, saya mulai dengan menjahit ban 1 cm dari pinggir atas memanjang. Dengan jarak sekitar 2,5 cm (saya menggunakan karet ukuran 2 cm), saya jahit memanjang lagi dan seterusnya sampai saya mendapatkan 4 jahitan. Jahitan ini kemudian saya isi karet kolor dengan bantuan peniti besar. Saya menyematkan jarum pentul di ujung kanan dan kiri agar karet dan kainnya tidak bergeser. Setelah itu, baru saya jahit bagian tengah karet untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus. Untuk pemula, cara ini lebih gampang lho.

Mengisi ban dengan karet kolor
Next, saya menyatukan 5 potong ban menjadi satu. Urutannya, ban resleting - ban karet - ban depan - ban karet - ban resleting. Semua sambungannya saya sembunyikan di bagian dalam ban sehingga tampak lebih rapi. Selanjutnya, saya menjahitkan ban mengelilingi rok bagian pinggang, menyatukan sisi kanan dan kiri rok bawah, menjahitkan resleting jepang, merapikan sisa kain untuk menutupi resleting dan selesai..
Duh, efek hanger bikin rok kelihatan gak imbang
Argh.. susah ya menulis tutorial itu. Saya nggak telaten mengambil foto step by stepnya. Jadi malah bingung sendiri gimana menjelaskannya. Asumsi saya, pembaca sudah paham cara menjahit, jadi hanya dengan melihat hasil jadinya saja sudah bisa mengkira-kira cara menjahitnya.

Well, begitulah hasil karya saya. Hasil karyamu apa nih?

Senin, 04 Mei 2015

Di Atas Lemari Saya



Aih.. Malem-malem mo ngapain sih? Pajang foto printilan di atas lemari. Mending kalo rapi, ini mah enggak bagus neng, malu-maluin aja. Tapi wis kebacut di upload, jadi mari saya tulis apa yang sebenernya terjadi.

Malem ini, saya lagi bbm-an sama Citra. Trus, tiba-tiba dia ada yang ngapelin (dan saya enggak ada ). Saya kan jadi enggak tahu mau ngapain lagi sambil nunggu Citra selese. Karena itulah saya iseng-iseng ngitungin apa saja sih yang ada di atas lemariku. Kenapa bisa penuh dan saya nggak bisa menyingkirkannya. Lemari pakaian di kamar ini cuma setinggi kurleb 1 meter.  Pas lah untuk menaruh skincare ato make up yang saya butuhkan setelah saya mandi. 

Mari kita mulai tour di atas lemari saiya...
Di pojok kiri, ada kalender duduk dan kaca sedangkan di pojok kanan ada rak kecil berisi peniti, bros, kabel headset dan apa saja lah yang sekiranya kecil tapi penting. Di sebelahnya lagi ada trophy. Bukan.. Bukan punyaku. Itu trophy (penulisan sinopsis) nya Lutfia yang numpang ditaruh sendiri disana. Ya wis lah, saya enggak berani mindahin, takut dia kecewa.

Now, I'll take you closer to things on my wardrobe...
Face care
Eh, maaf.. Make up removernya salah masuk group. Ya itung-itung ikut mensukseskan kulit wajah dari jerawat bekas make up deh ya, jadi bolehlah masuk ke face care group. 

Sepuluh item tersebut nggak semuanya saya gunakan, contohnya Ristra total concept whitening day dan night creamnya. Acne prone saperti saya ternyata kurang cocok sama yang berbau-bau whitening. Jadi ya nganggur saja gitu. Kadang-kadang saja dipake adeku soalnya cocok di dia. Wajah gosong bekas ke pantai-nya jadi lebih mendingan. Cuma dasarnya saya nggak mau rugi dan biar nggak mubadzir, kalo day and night krim dari dokter sudah habis tapi belum sempet ke dr. Riki, saya pake lagi Ristranya, hehehe 
Body care and fragrance
Bodycare yang saya punya enggak banyak. Tuh, cuma itu saja. Namanya juga yang di atas lemari, jadi yang nggak ada disini ya nggak perlu dipajang. Dari ke-5 item itu, saya paling suka sama Mazaya Body Cologne yang Azalea. Asli, cologne ini nggak seperti cologne yang pernah saya beli dan bisa mengalahkan deodorant untuk menghilangkan bau badan. Iya, saya menyemprotkan cologne ini di ketiak dan beberapa spot di badan. Eh, seharian badan saya masih wangi-wangi aja lho. Biasanya, wangi cologne akan hilang dan semakin nggak enak baunya ketika badan kita berkeringat. Tapi Mazaya ini beda, justru semakin kita berkeringat, semakin baunya keluar. Saya juga nggak tahu kok bisa begini.. #Tanya kenapa 
Make up
Dan, yang terakhir soal make up. Siapa bilang tampil sederhana itu nggak boleh dandan? Saya emang nggak pintar dandan, tapi saya kan nggak mau kelihatan lecek di muka umum. Kasihan orang lain, jadi banyak dosa karena ngrasani saya tho (ngeles wae ). Memang sih untuk make up sehari-hari, saya lebih suka pake sunblock, bedak tabur, lipstik dan (kadang-kadang) mascara. Tapi saya juga punya alat make up dasar yang saya gunakan untuk event tertentu semisal kondangan di gedung ato pas dapat undangan dinas, hihihi  . Tuh saya punya dua BB Silky Girl  yang sering saya gunakan kalo pengen dandan agak ribet dikiit. Shade Natural lebih cocok di saya, dan shade Radiant jadi nganggur sementara. Do I look different after putting on my make up? Nope, biasa aja menurutku. Cuma agak fresh gitu, minimal kelihatan kalo sudah mandi lah..

Barang-barang yang saya punya di atas, tidak serta merta saya beli dalam satu waktu. Ada yang udah dari kapan beli nggak habis-habis. Saya belinya nyicil, seperlunya. Misal bulan ini saya butuh beli bedak Marck, lippen sama cologne, ya saya beli itu doang. Memang saya akui perempuan itu suka lapar mata kalo lihat yang unyu-unyu, tapi kan kudu inget budget dan kebutuhan juga. Kalo belum butuh, ya saya tidak beli. Pake prinsipnya ibu-ibu lah, ngirit dot com. Coba cek harga BB Silky Girl di sini. Make up saya nggak mahal kan.. 

Last but not least, saya tidak asal beli skincare/make up lho. Biasanya saya googling dulu, blogwalking nyari review barang yang saya butuhkan dan sesuai dengan kondisi kulit saya, contohnya BB Silky Girl. Alhamdulillah, so far so good. Makanya, jangan males googling ya dear. Jangan sampe kayak beli kucing dalam karung.. 

See ya
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon