Sabtu, 23 Februari 2013

English Things Part 1

Akhir-akhir ini aku agak pusing kalau mengajar di kelas 1. Sebenarnya mereka bisa diajak kerjasama tapi aku nggak tahu apa yang membuat anak-anak itu begitu heboh. Sejak dari mulai pelajaran (jam 7 a.m.) sampai selesai (jam 8.10 a.m.) bocah-bocah itu nggak bisa tenang. Kadang lari-larian di depan kelas, main bola antar bangku, menyanyi "paduan suara" sekelas, pokoknya ada saja ide mereka untuk bersenang-senang. Kenapa aku bilang bersenang-senang? Karena mereka ini sedang beradaptasi merubah kebiasaan belajar sambil bersenang semasa di TK menjadi belajar menyenangkan di SD. Beda lho bersenang-senang dengan menyenangkan 

Setelah muter otak guling kanan guling kiri, aku menemukan 1 worksheet yang belum pernah aku berikan ke anak-anak. Media ini banyak dijual di toko-toko buku, tapi kalau anak-anak bisa membuatnya sendiri, bukankah itu lebih bagus? Disk ini terinspirasi dari e-classroom dan contoh diprint dari web ini. Nyontek bahasa lugasnya, tapi file selanjutnya murni aku buat ulang via Corel Draw lho   batting eyelashes




  • English Disk
Media pertama yang aku buat adalah English Disk. Berbentuk 2 disk yang digabungkan dengan kancing sehingga bagian atas bisa diputar ke kanan ato ke kiri, you choose it lah. Topik yang aku pilih adalah pets, tapi disk transportation untuk kelas 2 ikut ke-upload juga, maap. Kalo ada yang berminat, you can download the Disks for free on scribd.
  1. At first, cetak disk dari file pdf di atas.
  2. Mintalah anak untuk mewarnai disk tersebut.
  3. Gunting disk mengikuti garis titik-titik.
  4. Satukan disk 1 dan disk 2, dengan letak disk 1 berada di bawah disk 2.
  5. Gunakan jarum untuk membuat lubang di tengah disk.
  6. Pasang kancingnya.
  7. Mainkan disk dengan memutar disk ke kanan dan ke kiri.
  • English Wordsearch
Nggak lucu kan kalo kegiatan kelas cuma membuat disk saja. Sebagai pendamping dan dalam rangka mengajari mereka memanfaatkan disk, anak-anak diberikan teka teki. Disini mereka harus mencari kata yang sesuai dengan disk tersebut. Yang ini sih, anak-anak pasti suka. Jadi silahkan, feel free to download Pets Wordsearch.

Well, this is the end of the first part of English Thing. See you in the next part wave

Jumat, 01 Februari 2013

Upah a.k.a Gaji



Aku paling malas membicarakan gajiku dan gaji orang lain. Hidup terlalu singkat untuk membahas duit. Lagi pula kalau selalu dibahas, aku akan merasa selalu dalam keadaan kekurangan. Syukur-syukur aku dapat gaji yang cukup untuk ukuran single seperti ini. Bahkan kadang aku masih bisa “sok kaya” mentraktir sabun mandi dan odol untuk ibuku.

Kadang aku tak habis pikir, bagaimana seseorang tega membandingkan gajinya dengan orang lain. Iya aku pernah membandingkan gaji guru-guru karena aku seorang pembantu bendahara dan kadang dimintai pendapat bendahara umum tentang gaji guru dan karyawan. Bagiku bertanya dan membahas gaji orang lain itu tidak sopan, tabu malah, jadi aku tidak pernah sengaja membahas ini dihadapan orang yang tidak berkepentingan. Dengan harapan, tidak ada yang melakukan hal serupa terhadap aku. Karena aku tidak suka dan paling malas menanggapi seseorang yang bertanya berapa gajiku. Sekalinya orang lain tahu berapa gajiku, mereka dengan nada nyinyir meremehkan masa depanku dengan gaji yang tak seberapa. Siapa beliau berani mengatur hidup ku? Hidupku sudah diatur oleh Allah. Dan aku bersyukur aku tidak terpengaruh untuk memikirkan berapa gajiku, tapi pahala yang bakal aku dapat.

Uang saku semasa SD
Upah kerja a.k.a gaji adalah penghargaan atas kerja seseorang. Secara agama, gaji ini harus dibayarkan sebelum keringat si pekerja kering. Dalam artian, jangan sampai menunda membayarkan gaji, karena si pekerja membutuhkannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kalau gaji pekerja kantoran, asal tiap bulan gaji terbayar cukup sesuai aturan agama lah.

Gaji, in my opinion, wajarnya dibayarkan sesuai keahlian dan tingkat kesulitan kerjanya. Tidak jarang gaji dua orang dengan keahlian yang sama berbeda jumlahnya. Wajar, karena loyalitas juga patut diperhitungkan dalam menentukan jumlah gaji ini. Jadi, jangan mengharapkan gaji yang terlalu tinggi sebelum kamu bisa menunjukkan seberapa pantas kamu dihargai. Bekerja saja belum lama, sudah menuntut gaji tinggi.

Sayangnya, kebanyakan yang terjadi di masa sekarang oleh seorang bukan pekerja keras adalah tidak betah bekerja lama di suatu tempat kerja karena gaji yang didapat tidak sesuai harapan. Beberapa kali aku menemukan kasus seseorang, entah itu pria maupun wanita, berganti-ganti pekerjaan seenak udelnya. Yah, memang bekerja dan memilih pekerjaan itu hak pribadi. Tapi jangan hanya karena gaji sedikit lantas memilih berhenti bekerja. Bekerja kan tidak melulu harus diukur dengan materi. Ada kepuasan tersendiri saat hasil kerja berbuah kesuksesan. Setidaknya lihat diri sendiri dulu. Seberapa pantas kamu digaji tinggi. Setelah itu, bandingkan dengan hasil kerja dan loyalitasmu terhadap perusahaan atau instansimu.

Di sekolah tempatku bekerja, gaji pokokku tidak lebih dari 6 digit. Itu gaji pokok di sekolah, jadi insentif dan tunjangan sertifikasi tidak dihitung ya . Bertahun-tahun lamanya gajiku bertahan di angka itu. Dan 1 tahun yang lalu sekolah memberi kebijakan untuk menaikkan gaji pokok para guru. Bahasanya bukan gaji, tetapi insentif sekolah. Ini terkait dengan dana BOS (andalan sekolah swasta) yang tidak selamanya turun pada waktu yang seharusnya. Kemudian, insentif ini di berikan setelah kami mengadakan rapat dengan Wali Murid dan Dewan Sekolah. Yang menentukan besaran insentif tiap guru pun bukan kami, tapi peserta rapat. Besarnya insentif tergantung pada masa kerja, loyalitas dan tingkat kesulitan kerja dengan tetap memperhitungkan insentif dan tunjangan pemerintah yang sudah di dapatkan tiap guru.

Aku, misalnya, hanya mendapatkan insentif dengan jumlah setengah lebih sedikit daripada insentif guru yang belum bersertifikasi. Guru yang belum bersertifikasi mendapatkan satu bagian utuh. Sedangkan karyawan biasa mendapat insentif  ¾ bagian saja. Lalu bagaimana dengan guru yang baru bekerja dengan masa kerja dibawah 1 tahun? Maaf, tapi beliau sepertinya harus menunjukkan kemampuannya dulu baru menuntut hak insentif ini. Loyalitas terhadap sekolah belum terbukti, kemampuan kerja pun belum terlihat. Sekolah tidak mau mengambil resiko dengan memberikan gaji beliau sama besarnya dengan gaji guru yang lebih lama masa kerjanya. Kecemburuan pasti ada, tapi akan lebih bijaksana kalau menyingkapi kecemburuan ini dengan meningkatkan kemampuan kerjanya saja.

Jika ada yang merasa tidak adil atas kebijakan sekolah ini, sekali lagi, itu hak tiap orang untuk tetap bekerja atau memilih resign di sekolah ini. Bukan sekolah tidak menghargai beliau, tapi mungkin beliau yang belum tahu cara menghargai kami para guru dan karyawan yang jauh lebih lama bekerja disini  cool

Rabu, 30 Januari 2013

Kurikulum 2013 Vs Guru Bahasa Inggris

Baru saja kemarin ngepos foto anak-anak yang lagi asyik belajar Bahasa Inggris. Loh, sekarang sudah dibikin nyengir sama Ibu – ibu guru yang lagi membahas kurikulum 2013 yang paliiiiiiing baru dan akan segera diimplementasikan. Mereka tak kalah nyengirnya denganku dong. Kemudaian, tau-tau bu Anif bilang “Aku mesakke mbak Endang sesuk piye, ning ngomah kepikiran terus”. Walah, aku jadi kaget plus terharu. Nasibku sampai dipikirkan orang lain juga, mereka peduli banget sama aku, hiks hiks.. 

Jangan sampai kebersamaan ini berakhir. Lebay nya..

Eh, pada bingung ya aku ngomong apa? 
Boleh flashback dulu ya, biar nggak ngegantung gini. 

Jadi, sekilas penjelasan dari bu retno tadi, mulai tahun ini dan selanjutnya, pelajaran di SD sampai SMA akan berbentuk tematik. Semua mata pelajaran akan terintegrasi. Bisa jadi dalam 1 jam pelajaran, tanpa terasa anak sudah mempelajari Matematika, Bahasa Indonesia sekaligus IPA. Eh, IPA sama IPS bakal dihapus diganti istilah apa gitu. Nggak ngerti aku.. yah, kira-kira begitulah tematik yang aku tahu. 

Kurikulum terbaru ini berdampak pada menurunnya jumlah mata pelajaran dan meningkatnya jam pelajaran tertentu dalam 1 minggu. Bahasa Indonesia akan dipelajari 10 jam/minggu. Sedangkan Bahasa Inggris akan digeser dan dipelajari diluar jam mengajar wajib, singkatnya sebutlah ekskul. 

Jadi ingat.. 
Beberapa bulan yang lalu, sewaktu ngobrol dengan pak kepsek, beliau juga menyampaikan wacana bahasa Inggris SD akan dihapus, yang sebenarnya aku sudah tahu lama. Beliau dan pak Karti, kepsek SD Sumberragung 1 yang dekat denganku (eits, don’t be suudzon. He is my uncle’s friend. I consider him as my uncle) khawatir akan nasibku. 

Akhir-akhir ini juga rekan sesama guru bahasa Inggris dari SD Sumberragung 2 yang sudah PNS sering sms dan curhat kegalauannya. Ada wacana (dan kayaknya bakal terwujud) kalau bahasa Inggris di SD akan dihapus. Boleh ada, tapi dalam bentuk extrakurikuler. Nah masalahnya, guru PNS dan guru bersertifikasi harus punya jam mengajar sebanyak 24 jam dan bukan extra (correct me if i’m wrong ya). Temenku ini bingung mau gimana lagi. Kalau alih jenjang, pindah ngajar di SMP atau SMA, beliau merasa tidak mampu. Sementara kalau mau menjadi guru kelas, berarti akan menggeser guru kelas non PNS yang ada di sekolahnya. Yah, bingung lah beliau. Sementara aku (untungnya belum PNS jadi tidak terlalu mikirin) tidak bisa banyak kasih masukan. 

Tadi ada “rasan-rasan” (bisik-bisik kali ya), guru yang sudah sertifikasi harus diutamakan. Maksudnya, aku bisa dialihkan jadi guru kelas, dengan konsekuensi harus mengeser guru kelas yang baru. Big No No lah kalau harus mengorbankan teman lain. Sudah jelas-jelas punya pekerjaan sebagai guru kelas, masak iya aku musti nge-cut pekerjaan dia. 

Memang, sewaktu ibu pengawas ngobrol-ngobrol denganku beberapa waktu lalu, beliau melarangku pindah sekolah selama belum ada kejelasan. Guru bersertifikasi itu tanggungan negara, jadi harusnya negara yang akan mengatur bagaimana nasib “guru” ini. Beliau juga memberikan pandangan kalau guru bahasa Inggris mungkin akan alih jenjang menjadi guru kelas. Itu artinya aku akan diwajibkan bergelar S1 PGSD. That's really not my passion. Saya minatnya di bidang bahasa Inggris, kenapa harus terpaksa berpindah minat hanya demi "uang".

Sebenarnya aku nggak begitu mempermasalahkan nasib “guru” ku ini. Toh, nasib dan rezeki ku sudah ada yang mengatur. Misal, misal ya.. Bahasa Inggris benar-benar harus dihilangkan, selama aku masih boleh kerja di SD aku sudah cukup senang. Tidak masalah kalau tunjangan sertifikasiku di hapus. Tidak masalah juga kalau insentif kabupatenku hilang asal aku masih boleh bekerja disini, dan aku dapat gaji atas kerjaku ini. Kalaupun penghasilanku (boleh pake istilah ini kan ya? ) menurun drastis, yang penting aku bisa mencukupi kebutuhanku tanpa minta pada orang tua. Nggak bisa mengajar di SD pun aku masih bisa mengajar via private course. Itu namanya juga pekerjaan kan ya. Kalo ada yang nawarin jadi sopir taxi pun tak jalani deh.

Mungkin, dengan adanya kebijakan baru ini aku malah bisa mencari pekerjaan yang lain. Kemarin-kemarin mau coba-coba mendaftar CPNS di luar kota tidak berani karena punya tanggungan ngajar di SD. Sekarang, justru ini kesempatanku. Kalau punya pekerjaan di luar SD, bakal mengurangi kekhawatiran guru-guru soal nasibku kali ya. 

Bekerja bagiku bukan melulu urusan besar kecilnya gaji. Tapi lebih karena aku bisa membuktikan kalau aku ini mandiri. Lagi pula aku ini perempuan. Bukan kewajibanku menfkahi keluarga (ku kelak, hehe), tapi boleh bekerja selama tidak mengganggu kodratku sebagai perempuan. So, ngapain bingung mikirin bahasa Inggris SD dihapus ato tidak, ngapain bingung jabatanku akan jadi guru atau cuma karyawan biasa? Selama aku masih punya pekerjaan dan selama aku punya penghasilan, why should I be sad

Selasa, 29 Januari 2013

Edisi Narsis

Edisi kali ini aku mo sedikit narsis ah. Aku lagi seneng foto anak-anak pas lagi di kelas. Awalnya karena bosen nunggu mereka ngerjain tugas dariku. Namanya anak-anak ya, cuma potong tempel gambar dan nulis dikit aja bisa setengah jem. Udah muter kelas nanyain mana yang susah, udah duduk-duduk disamping mereka sambil ngoceh nyuruh mereka cepetan dikit, tapi tetep lama. Aduh, bikin ngantuk yah? yawn
Kejadiannya (tsaaaah..) di kelas 1 sampe 6 dan topik kegiatannya beda-beda tentunya. Aku paling seneng kalo anak-anak aktif di kelas. Tentunya aktif sesuai harapan dong ya. Nanti kalo bisa foto suasana kelas lagi, aku tambah koleksi lagi ya 
Ulangan ke 1, coba tiap hari anteng begini..
Suka deh kalo pada aktif jalan-jalan 
Mari menempel
Asyik nih ngajarin bahasa inggris sekaligus ngegambar
Diskusi boleh kok nak
Jangan cuma duduk aja, jalan-jalan gih
Belajar dimana aja boleh deh
Ini bermain sambil belajar loh..
Aduh nak, cepet tinggi ya, biar gak perlu naek2 meja gitu
Judulnya "Batik Kerjasama", seruuuuu
Nah, itu dya foto-foto di kelas bahasa Inggris, kecuali yang paling bawah ya 
Silahkan berkomentar sendiri bagaimana kelasku menurut kalian. Kalo sudah bisa merangkai kata-kata komentar, tulis di bawah ini ya. Salam rock and roll. See ya 

Minggu, 27 Januari 2013

Little "Fans" of Mine

Another love letter, horeeeeeey.....

Yup, akhir-akhir ini aku dapat surat cinta mulu. Maunya sih dari a guy, hihihi... tapi nggak papa, surat ini malah lebih penting bagiku. Kenapa? Karena surat ini membuktikan bahwa hasil kerjaku selama ini ada yang menghargai. They are.. jreng jreng jreng..

Kelas 3A

Ini foto kelasnya Ikma, Herlinda, Cindy dan Madilah. Sejak 1 tahun yang lalu, saat masih duduk di kelas 2, Ikma Cs suka sekali menulis surat untukku. Mungin karena aku pernah cerita bahwa anak kelas 1 ada yang menyuratiku. Mereka yang selalu heboh tiap kali aku datang untuk mengajar di kelasnya, langsung gemar menulis surat untukku. Surat pertama aku balas dengan sekotak chocolatos yang aku bagikan untuk semua siswa kelas 2. Surat selanjutnya hanya aku balas dengan ucapan terimakasih. Kadang-kadang aku membalasnya tapi jarang enggaknya, hoho..


Tak jarang, diantara surat itu mereka menyelipkan hadiah kecil. Semacam bross, penghapus berbentuk hati dan lainnya. Aku bahkan sampai lupa menaruh kado itu. Kalo surat mereka, aku masih menyimpannya di kotak aksesoris kok.
Gifts and letters

Sebagian suratnya mengutip lagu yang sedang mereka sukai Tapi lama-lama karena aku mengarahkan mereka bagaimana cara menulis surat, jadi lah begini ini suratnya. Sengaja dibikin extra large biar keliatan suratnya. Lumayan kan bisa jadi kenang-kenangan mereka saat gedhe nanti 
Two of many letters I've received

Surat itu datang setelah mereka memberiku surat plus kado ulang tahun. Ah, jadi terharu lagi..
Mereka satu-satunya yang memberiku kado. Nggak besar, hanya bross sederhana, tapi dengan suka cita rela mengumpulkan duit untukku. Jaman dulu, waktu masih ada kesepakatan tuker kado, aku dan temen-temen saling tukar kado. Yah, sekedar tanda kasih sayang. Dan, hari itu, hanya 4 muridku ini memberiku bukti bahwa murid-murid kelas III menyayangiku, hiks hiks.. 

Dan untuk occasion yang satu itu, aku panjang lebar membalas suratnya. Aku sekali lagi mengingatkan mereka untuk tidak perlu memberiku apa-apa. Aku kasihan sama mereka yang menyisihkan uang sakunya demi aku. Tapi namanya juga anak-anak, aku yakin hari-hari selanjutnya masih akan memberiku hadiah kecil. Dan sebagai balasan hadiah, aku membelikan mereka (Ikma, Herlinda, Cindy dan Madilah) 4 novel anak-anak. Aku seneng melihat ekspresi bahagia mereka. Lucunya... Lucu karena aku malah yag salting. Aku nggak tahu mesti ngapain, jadi aku memilih sibuk di kantor.


Kebetulan Ikma dan Herlinda suka bahasa Inggris dan nilainya pun bagus. Mereka amat sangat suka dekat-dekat denganku. Sampai-sampai saat ada pemilihan Guru Favorit di sekolah, mereka sukses memprovokatori teman sekelasnya untuk memilih aku. Guru kelas mereka, Bu Anif, sampai heran dan berkata kalau mereka tidak dipilih oleh muridnya sendiri. Bahkan Ikma cs meminta maaf pada bu Anif karena lebih memilih aku. Ya Allah, sampai speechless deh. Kikuk sekaligus nggak enak sama bu Anif nih, hehehe

Sebenarnya nggak cuma bu Anif yang berkata seperti itu, guru-guru kelas lain juga. Bukannya sombong, meski kesannya memang (), tapi ini kenyataan. Mereka sering bertanya kenapa murid-murid seperti tersihir (ih, busyet) oleh ku. Walah, aku sendiri juga nggak tahu bu. Tahu-tahu mereka jadi suka pelajaran bahasa Inggris. Ya bagus deh, nggak perlu banyak iming-iming untuk mengajak mereka belajar bahasa Inggris.


Sebenarnya aku nggak ngerti bagian mana yang membuatku difavoritkan anak-anak. Sombongnya..
Kalo mereka suka aku karena aku satu-satunya guru yang tidak bisa marah, ya okelah. Tapi akan lebih suka lagi kalo mereka suka bahasa Inggris dan cara mengajarku dibanding sifatku. Andai oh andai.. sukanya mereka padaku diwujudkan dengan bukti nilai bahasa Inggris yang bagus. Pasti aku bakal lebih bahagia lagi, hahahahaha..

Minggu, 06 Januari 2013

Sewing Modification

Happy new year.. 
(I don't do such party actually. However, I guess I need to write that 2 words for the opening).
It's been a year I didn't write any post. Yes, I wrote my last post in 2012, and it's 2013 now.
Bad joke ha? 
Today, I'm gonna show you how I modified a dress. It was not me my self, but ibu was behind me. She gave me her hand doing some sewing. Wanna see it? Come come..
The dress before being modificated

It is my batik dress I bought in Pasar Bringharjo last year. It's quit cheap that I can save 25 thousand of my 100 thousand. No doubt since the design is very simple and many people have such a dress with the same design but different pattern.

I modified this dress on purpose. It's not about the design, it's about the height. When I wore this dress, it's stop above my ankle. I call it "cingkrang" in Bahasa Jawa. It makes me feel uncomfortable. Thus, I decided to attach a red cloth on the bottom part. Lucky me, I already bought the cloth few months ago so that I wasn't interfered my sewing mood.

The sewing progress
Do you see Ibu over there?
Don't ask me what she was doing. She often helps me sewing any cloth. That day, I did cut and sew the cloth by my self. When I sew the bottom part of the dress, I guess I asked too many about how to do this and that o Ibu. This made her lost her interest. She took over the sewing machine and continued sewing the bottom part. That's it. She just finished sewing the bottom part, and I did the further sewing. I put a cloth belt over the belly and a ribbon on the right side. And, taraaaa....

I am so glad the dress getting better than before. It looks more chick and glamour . I wore this new look dress on my collage-mate's wedding party. I will wear it again on another party. The question will be, who's going to marry soon? I hope it's me  

Selasa, 01 Januari 2013

Driving Lesson

I'm not gonna talk about a movie entitled Driving Lesson. But, I do want to talk about my driving lesson. I think it's time for me to learn driving a car and his friends. I know I have no car to be driven. However, it is the lesson I'm gonna talk not about the car.

The first question my friend asks is "what for?"
I can simply answer it "many reasons". The ultimate reason is that I want to be an independent woman. Not that independent, but at least, I will not disturb someone to drive me  when he/she at his/her own business . My job at school is not always  simple. Sometimes I have to go out buying a lot of office stuff. The school admin and I always feel angry about it. We are not that tough bringing many and heavy things on a motorcycle. No one in the school offers us a hand. In fact, people think that we are strong enough to do such job. Hello?? We're still girls, females..

Looking at the situation above, it isn't wrong for me to take a driving lesson. Perhaps, I can drive my sister/brother's car to go shopping the office stuff. I learn driving with some men at Sultan Agung Stadium. My 1st teacher is my neighbor.  He's about 8 years younger than me. He's quite patient and I pass the lesson well. I can do gas and brake smoothly.... at last.

My second teacher is my brother. He's so mean. He talked angrily, asking me to do this and that with loud voice. I, as the student, just nodded my head and kept saying "ok, sorry, I forget it". Yet, I passed the test and got the compliment. I could drive out of the stadium to the road. Lucky me, there were not many vehicles on the road. The only bad comment from my brother was that I couldn't turn the car smoothly. That was my homework.

The third teacher was my friend. I asked him to teach me, and thanked God he did teach me. Among those three teachers, he's the best teacher. He's not that patient, not much angry like my brother is. With him, I learn to turn the car smoothly. And I did turn it well. I drove the car from MTS HDWR to Govinda Minimarket. I am a driver, yeiy.. But still, I'm not brave enough to drive on the main road. I still need a guide during the driving.

Next question, who will be asked to be my driving teacher? Aany volunteer? hihihi
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon