Tampilkan postingan dengan label menjahit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menjahit. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 November 2015

A Quick Post of The Fourth Project - Kemeja Centil

It's been a while since I could write the last post. Are you still there checking this blog? hihihi

Di sela-sela nulis paper as a take home exam, saya menyempatkan diri ngepost "hutang" project saya. Project keempat saya baru bisa saya publish malem ini, jauh banget kan dari deadline yang seharusnya. Tapi namanya juga hutang, wajib dipenuhi no matter what. Tapi nyicil yang ke-4 dulu ya (yang ke-5 malah nyasar di antara tumpukan kain padahal belum difoto). Fiuh..

Baju yang saya buat ini nggak seratus persen buatan saya. Bukan soal menjahitnya sih, tapi pada tahap preparation. Dulu, saya lupa tepatnya, waktu lagi asyik mengukur-ukur kain sesuai desain, Ibu menginterupsi dan mengkritisi pola baju yang saya buat. Kata beliau, polanya nggak standar. Padahal memang sengaja nggak saya buat sesuai pola baju pada umumnya. Ya wis, daripada berdebat dan jadinya durhaka (halah) saya membiarkan ibu turun tangan menggambar pola di atas kain. 
Polaku di modifikasi sama Ibu
Sebelum dijahit, di jelujur dulu biar rapi
Ready to be worn
Kemeja ini kemeja kedua yang saya jahit. Lubang kancingnya saya buat manual dengan tangan juga. Tetapi, saya menggunakan teknik yang berbeda dari kemeja yang pertama. Saya melubangi kainnya terlebih dahulu baru membalutnya dengan tusuk festoon, seperti yang ada di post  ini  lho.

Nah, karena hutang post sudah terbayar dan saya mo lanjut nulis yang lain lagi, maka see you in the next post....

Minggu, 23 Agustus 2015

Membuat Lubang Kancing Dengan Jarum Tangan

Membuat lubang kancing itu sesuatu yang nggak gampang bagi penjahit pemula seperti saya. Yang punya sepatu lubang kancing saja belum tentu bisa, apalagi saya yang baru punya alat jahit yang seadanya. Iya, saya belum beli button sewing presser foot. Ada yang mau beliin? Buat hadiah my upcoming birthday juga boleh, huehehehe.. 
Salah satu contoh sepatu jahit untuk lubang kancing
Gambar dari Rumah Jahit Haifa
Kalo belum punya sepatu lubang kancing macam saya, nggak usah galau nggak perlu risau. Kita bisa lho menjahitnya dengan tangan. Untuk membuat lubang kancing secara manual, ada dua cara yang saya tahu. Yang pertama (yang saya temukan di web) yaitu dengan cara melubangi kain terlebih dahulu, baru kemudian lubang dibalut dengan tusuk festoon. Langkahnya kurang lebih seperti ini:
Teknik membuat lubang kancing dengan tangan
Gambar dari Fitinline
Tetapi, ibuku punya teknik tusukan lubang kancing yang berbeda dengan cara diatas. Caranya yaitu kain dijahit terlebih dahulu baru kemudian diberi lubang. Kalo saya sih terlanjur bisa dengan cara yang kedua ini, maka saya tidak jadi menggunakan teknik yang pertama. Selengkapnya bisa dibaca di bawah ini ya.

Langkah-langkah menjahit lubang kancing :
  • Ukur diameter kancing yang akan digunakan. Beri tanda pada kain sepanjang diameter kancing. Kancing yang saya gunakan berdiameter 2 cm.
  • Buatlah kotak persegi panjang dengan cara menjahit jelujur sepanjang garis lubang kancing. Ukuran lubang 2 cm x 0.1 cm. Jangan lupa, gunakan 1 benang saja agar lebih rapi.
Jahit jelujur
  • Jahit sekeliling jelujur menggunakan tusuk roll (katanya) ala-ala bordir seperti gambar dibawah. Ehm, maaf ya, saya kurang ngerti nama-nama tusukan. cuma tahu tusuk sate sama tusuk konde. 
Jahit ala bordir
  • Siapkan pendedel atau gunting kecil yang ujungnya lancip.
Siapkan pendedel
  • Tusuk ujung lubang kancingnya dan buat lubang sepanjang garis jelujur. Pastikan jahitannya tidak ada yang terpotong.
Tusuk lubang kancingnya
  • Rapikan serat kain yang mengganggu pemandangan. 
Done
Nah, itulah cara saya membuat lubang kancing dengan tangan. Mudah bukan?
Cara yang saya gunakan mungkin terbilang kuno, masih menggunakan jarum tangan bukan jarum jahit. Tapi, saya ambil hikmahnya saja deh. Salah satunya, saya jadi bisa menjahit sambil tetap konsen nonton Master Chef, hihihihi

Jumat, 21 Agustus 2015

The Launching of Kemeja Pertamaku

The fourth week of August.. 
Dan saya baru mulai nge-post projek ke tiga saya, huhuhu.. 
September belum juga keliatan tanda-tandanya, tapi saya sudah nggak punya banyak waktu luang. Deadline 30 hari kupikir waktu yang cukup untuk menjahit. Eh, ternyata enggak juga. Dasar manusia.. Selalu merasa kurang, termasuk kurang waktu. Tetep, let's be grateful of this. So, thank Allah for giving me time to finish my "akherat-and-dunia" activities. Ulala.. #curcolnggakpenting

Menengok kembali ke post sebelumnya, sewing project saya yang ketiga adalah membuat kemeja wanita. Ini tantangan yang sangat menarik karena selama ini saya selalu menghindari jahitan yang ada lubang kancingnya. Saya belum punya sepatu lubang kancing. Harganya sih nggak mahal-mahal amat, punya teman saya sekitar 200-300 ribu. Cuman, lagi sayang duit aja buat beli barang tersier, hihihi..
Desain kemeja yang saya pengen
Untuk pola kemejanya, saya menjiplak dari kemeja yang pernah saya beli di salah satu emol di Surabaya. Ukuran kemejanya sih S, ukuran yang kecil untuk badan se-saya. Agak amazing juga saya bisa pake baju ukuran S. Tapi, karena bagian dada kemeja ini ada kerutannya, maka cukup longgar dibadanku, horeeeee..
Potong pola
Sebenarnya hanya dalam 1 hari saja saya bisa menyelesaikan kemeja ini. Cuma, karena belum sempat membuat lubang kancing, maka kemeja ini nganggur sampai hampir 1 minggu. Lubang kancingnya saya jahit dengan tangan seperti di post Membuat Lubang Kancing Dengan Jarum Tangan ini. Bisa sih dibawa ke teman saya yang penjahit, minta dibuatkan lubang kancing dengan mesin jahit. Tapi setelah berguru pada ibu dan menemukan cara gampang menjahit lubang kancing secara manual, saya semakin mantab menjahit lubang kancingnya dengan tangan. Beginilah hasil karya saya..
Manis tak? hehe
Alhamdulillah, tantangan menjahit kemeja sudah bisa dihandle. I'm eagerly pengen menjahit yang lebih menantang lagi, yippi...

Sabtu, 08 Agustus 2015

Mukena /Vintej/ Yang Bikin Cantek

Okay, karena udah masuk minggu pertama, kali ini saya siap merealisasikan sewing project yang sudah diposting sebelum post ini. First project ini nanti sekaligus akan jadi second project. Yup, minggu ini saya sudah mengeksekusi 2 potong kain secara bersamaan. Kain motif polkadot yang identik sama yang vintage-vintage ini saya jadikan mukena, sesuai orderan dari emaknya Luthfia dan Naura. Saya enggak tahu apa tipe kain ini. Yang jelas kain ini kayak bahan untuk kain mukena Bali. Adem dipakenya dan jatuh dibadan. Kalo sholat pas dibawah kipas angin dengan kecepatan maximal, dijamin mukena ini nggak bakal dadah-dadah, eh, melambai-lambai kebawa angin.
Kain dan ukuran mukena
Saat membuat mukena ini, saya sengaja  mengerjakannya mulai dari bagian atasan mukena terlebih dahulu. Bagian ini lebih susah dari bawahannya. Selain harus memotong kain setengah lingkaran, kain tambahan di bagian dagunya pun tak kalah rumitnya. Bedalah dengan menjahit rok mukena yang cuma tinggal dijahit lurus plus ditambahin karet di pinggang. Itu sih gampang banget..

Untuk membuat setengah lingkaran mukena atasan, saya menggunakan ajian kira-kira. Langkah-langkahnya seperti ini:
  • Pertama, sapu dan pel lantai seluruh rumah terlebih dulu (abaikan, hehe)
  • Ukur kain dengan ukuran 170 cm x 90 cm, beri tanda.
  • Lipat kain menjadi 2. 
  • Pertemukan ujung kain depan dengan kain bagian belakang mukena. Karena kain belakang lebih panjang dari kain depan, maka segitiga bagian atas dan bawahnya tidak se-ukuran (lihat gambar).
  • Gambarlah 1/4 lingkaran dengan menggunakan feeling yang tajam, aktual dan terpercaya (hayah)
  • Potong kain sesuai garis.
Dilipat segitiga kemudian di bentuk 1/4 lingkaran
Sebenarnya menjahit mukena tidak terlalu sulit, asalkan nggak pengen neko-neko nambahin hiasan mukena dan tambahan kain di bagian dagu. Tapi, karena kali ini saya ingin mendapatkan tantangan baru, maka saya sengaja membuat mukena yang nggak simpel. Nggak simpelnya itu menurut saya yang belum pernah menjahit mukena aja sih.
Untuk menjahit satu set mukena two pieces ini, saya membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Dikebut satu hari saja seharusnya selesai. Namun, karena saya cuma bisa menjahit sepulang kerja, jadi mukena ini baru selesai dalam 2 hari. Yah, lama nggak papa deh, yang penting hasilnya nggak malu-maluin. Nih, coba  liat kalo nggak percaya.. tongue
Taraaaaa..
Besoknya langsung dipake tanpa dicuci, ckckck
Sebagai bonusnya, saya membuatkan tas mukena buat mereka. Saya suka tas cangking model dibawah ini. Repot sih membuat lubang genggamannya, tapi saya terlanjur jatuh hati dengan yang model begini. Tas ini bisa juga dijadiin tas buat mereka pengajian, kan jadi banyak fungsinya tuh.
Modelnya lucu kan?  
Oh iya, karena saya lagi merencanakan jadi Fulltime Tailor kalo pensiun nanti (masih lama dong), saya pengen nyicil itung-itungan untung ruginya bisnis mukena sendiri.
  • Kain mukena 3 meter x Rp.25 ribu        = Rp. 75  ribu
  • Kain aplikasi 0,25 meter x Rp. 13 ribu   = Rp.  3  ribu
  • Benang                       (anggap saja)     = Rp.      500
  • Ongkos Jahit         (err.. hitung saja)     = Rp. 50  ribu   +
  • Total                                                     = Rp. 128. 500
Sepertinya, lebih murah beli mukena jadi ya daripada jahit mukena sendiri. Tapi memang kalo jahit sendiri itu rasanya puaaaas banget. Puas bisa milih jenis dan motif kain. Desain dan ukuran juga bisa disesuaikan badan.

Nah, Sudah dilihat kan mukena jahitan saya? 
Kira-kira mo beli aja ato mo dibawa ke saya? hehe call me


PS: Btw, judulnya ambigu banget ya.. Antara yang make jadi cantik ato yang bikin orangnya cantik batting eyelashes

Minggu, 02 Agustus 2015

30 Hari Mengejar Penjahit


Mengawali bulan agustus yang dingin tapi bikin kulit kering (halah), saya pengen ngembaliin blog ini sesuai dengan gambar header-nya yaitu jahit menjahit. Kayaknya sudah lamaaa banget saya absen menjahit ya. Padahal stok kain belum habis, dan malah nambah beberapa potong. Kalo dipikir-pikir, sebulan kemarin saya nggak sibuk-sibuk amat lho, tapi  kok bisa rencana menjahitku barang atu aja nggak terealisasikan.

Nah, karena bulan September jam terbang saya terprediksi makin bertambah padat, bulan ini saya punya sewing project yang harus selesai sebelum bulan depan. Tema projectnya adalah "30 Hari Mengejar Penjahit".

Iiiih.. apaan sih. 
Judunya kok kayak judul film jaman sma yang pemainnya 3 cewek lagi ngejar-ngejar cowok selama 30 hari gitu?

Hehe.. Lha iya, soalnya project ini sama ceritanya dengan film itu. Sama-sama punya deadline 30 hari untuk mencapai goal. Bedanya, kalo di film itu tokohnya lagi ngejar cinta, kalo disini saya yang dikejar-kejar, halah..  Dikejar waktu maksudnya, jangan sentimen dulu dong ah big grin
Urutan project
Project Planningnya seperti ini:
  1. Kain punya Naura --> Akan dijadikan mukena (di post ini)
  2. Kain punya Lutfia --> Jadi mukena juga (idem nomer 1)
  3. Kain pemberian wali murid --> Dijahit kemeja kerja (lihat disini)
  4. Kain pemberian agen LKS --> Jadi kemeja semiformal (lihat di sini)
  5. Kain pemberian mahasiswa PPL --> blank, belum ada rencana
Selama 30 hari ke depan, saya akan berusaha menjahit 5 kain ini. Bisa dibilang waktunya kelamaan untuk 5 potong kain saja. Yaaah.. tolong jangan samakan saya dengan penjahit pro yang bisa ngejahit 5 kain dalam 1 hari dong. Berhubung weekdays saya kerja fulltime, jadi saya cuma berani menyelesaikan project ini dalam waktu 1 bulan.. Eh, Ngeles aja ding, nggak mo ngaku kalo masih level penjahit amatir tongue 

Yuk ah, saya pamit dulu mo siap-siap ngedesign. See ya..

Rabu, 03 Juni 2015

Made by Order - Cardigan Batik


Bismillah.. 

Tanggal 3 Juni euy.. This is my father's 80th birthday love struck. I wish Allah gives him strength and good health for the rest of his many years. Aamiin.. *aduh, malah jadi sedih begini kalo nginget umur beliau  sad

Let's move to the real post..
Saya sedang pengen menulis soal order jahitanku. Masih ingat kan kalo minggu-minggu ini saya lagi agak free. Nggak free banget sih, soalnya masih ada translate-an yang menunggu, huhuhu.. Nah, minggu lalu mbak Ana lagi nyari penjahit yang bisa bikin baju dalam waktu 1 minggu saja. Tau dong, penjahit laris mana mau diajak marathon. Dan tau lagi kan siapa yang ujungnya rela jadi penjahit cadangan? Iya.. Saya.. Saya lah yang jadi penyelamatnya cool

Orderan mbak Ana kali ini adalah cardigan batik. Saya menggunakan baju jadi yang ukurannya pas dengannya untuk membuat pola cardigan. Maklum lah, belum pede bikin pola sesuai ukuran badan orang lain. Moga-moga aja ya ada waktu dan duit (tentunya) buat ikut kursus menjahit. Aamiin..
Menjiplak dan memotong
Cardigan ini punya kerah V-shape dan panjang cardy-nya sebatas paha. Satu kancing sengkelit saya pasang di bagian perut.
Hasil jadi
Agak susah ternyata menjahit baju untuk orang lain. Saya biasa menjahit sambil mencoba bajunya, jadi saya tahu bagian mana yang kurang pas dan bisa saya selesaikan saat itu juga. Sayangnya, cardy ini kegedean di saya, jadi malah gemes sendiri karena nggak tahu cardy ini sudah pas atau belum. Ukuran baju saya dan mbak Ana berbeda. Saya bisa pakai baju size S atau M, sedangkan mbak Ana yang size-nya M, lebih suka pakai baju size L.  Pe-er saya kemudian, harus menunggu si customer datang untuk mencoba cardy. Yah.. keburu mood menjahit saya luntur.. sleepy

Kamis, 21 Mei 2015

Plan A dan Plan B Menjahit Jarik


Hallo.. Hallo..
Ada yang kangen sama saiya? *lebih-baik-pede-daripada-rendah-diri-kan-? 

Yak, saya kembali lagi dengan postingan yang nggak jauh-jauh dari hobi. Tolong dimaklumin ya, ini udah minggu-minggu menjelang liburan panjang. Jam mengajarku di sekolah sudah berkurang 4 jam. Murid les juga banyak yang minta libur dulu. Kan saya jadi seneng punya banyak waktu luang untuk menjahit. Mumpung selo, saya sekalian buka order menjahit aja kali ya. Ayo siapa yang mo jadi pelanggan pertama saya, diskon khusus wis   

Menjahit sendiri bukan sekedar hobi bagi saya. Tapi lebih karena kebutuhan. Biasanya kalo lagi butuh baju ato seragam dan nggak punya waktu dan duit ke penjahit, saya milih njahit sendiri bajunya. Kayak ini nih contohnya. Tahu sendiri kan tiap tanggal 20 saya harus memakai baju kebaya plus jariknya. Karena bulan kemarin jarik saya beda warna sendiri, maka kali ini saya pengen punya jarik yang (at least) warnanya sama dengan temen-temen.

Jarik yang saya beli harganya sekitar 40rb, lupa-lupa ingat. Saya pengen punya rok jarik model A-line yang nggak terlihat terlalu casual. Tujuannya sih, biar lebih nyaman dan nggak ribet pas gowes, karena saya seringnya ke sekolah naik sepeda. Nggak kebayang tho, jarikan itu udah ribet buat jalan, kalo mo gowes kudu cincing seberapa tinggi coba?! 
Desain Rok Plan A
Selesai membuat desain, saya mulai mengukur seberapa lebar lebar rok bagian pinggang dan kaki yang sesuai dengan desain. Agar lebih simple dan cepat selesai (waktu itu udah tanggal 19 cyin ), saya hanya memotong kain 1x saja di bagian samping. Dengan pertimbangan ban pinggang langsung menyatu dengan rok dan harus diberi karet plus resleting samping. 
Proses Ukur-ukur lanjut di potong
Wait..... stop!! 
Ada yang memperhatikan foto diatas nggak? Apa yang janggal coba?
Ditengah-tengah memotong kain, saya sadar kalo........ Motifnya kebalik pemirsa 
Motif Garuda-nya njungkel, harusnya menghadap ke atas, tapi ini malah menghadap ke bawah. Nangis nggak tuh. Kain cuma ini, kok ya salah potong. Akhirnya, saya berhenti memotong dan mulai mencari ide untuk ngakali agar kain ini tetep bisa jadi rok. Saya kan nggak mau rugi 
Kiri - Garuda ngadep bawah, Kanan - Garuda udah ngadep atas
Setelah mikir-mikir agak lama disertai perdebatan antara saya dan ibu (Ibu suka kasih ide jahitan yang menurutku STD alias standar, tapi makasih lho buk ), maka saya sudah tahu harus diapakan kain salah potong ini. Dan projek jahitan saya pun berlanjut. Untungnya (selalu ada untung dibalik musibah) saya baru memotong 1/4 bagian saja, jadi selebihnya bisa dibenerin arah motifnya.
Jahit, jahit, jahit..
Desain Plan A saya sudah gugur, dan Plan B yang menyempurnakan Plan A. Coba perhatikan: bagian atas rok yang motifnya Garudanya tetap njungkel, sedangkan bagian bawahnya sudah benar menghadap ke atas. Sekilas memang tidak terlalu kentara perbedaan motif bagian atas dan bawah. Apalagi sambungan kainnya saya tutup dengan kain ala-ala pita lagi. Namun, kalo yang memperhatikan itu seorang pemerhati batik, bisa kena kritik saya, huft 
Hasil Jadi Plan B
Menjadi penjahit harus pinter mencari ide kreatif, meski kreatifnya muncul saat terjadi bencana seperti saya. Ke depannya, saya kudu lebih ati-ati lagi supaya nggak perlu ada desain Plan B. Yet, kalo kata pepatah, dan saya setujuuuu banget:

If plan A doesn't work, the alphabet has 25 more letters
Kalo rencana A nggak jalan, masih ada 25 huruf lain. 
Tinggal pilih mau huruf yang mana gitu lhoh..

Kamis, 07 Mei 2015

Rok Batik Rang-Rang


Bismillahir rahmanir rahim..
- Nggak kerasa, dalam waktu 1 minggu bisa juga ngebut bikin post yah -

Sebagai kelanjutan saya untuk restoring the mood, saya sengaja jalan-jalan ke toko kiloan. Seneng lho ngeliat segitu banyaknya tumpukan kain. Capek di liatin mas penjaga toko, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada kain katun motif rangrang warna ungu. Yeah, ungu lagi.. *Yo ben tho.

Kain berukuran 115 cm x 150 cm ini harganya cuma 24 ribu rupiah sajah. Murah kan? Murah dong.. Daripada beli beli jadi, 24 ribu belum dapet kain yang seperti ini lho. Saya kepengen jahit rok yang modelnya dibilang simpel sih nggak ya, tapi bisa lah disebut casual. Seperti biasa saya menggambar model rok yang ingin saya jahit dulu agar lebih gampang menuangkannya di kain tanpa harus bikin pola. Saya nggak suka  bikin pola sih.



Bagian  Rok Bawah
Rok ini di wiru (kayaknya istilahnya salah deh) sejumlah 4 di bagian depan, ala rok anak sma. Tapi wirunya nggak sampe bawah juga kali, cuma dikiiiit aja dibagian atas. Rok bagian belakang tidak ada wiru, cuma diberi karet.
  • Ukuran panjang rok saya 82 cm. Saya melebihkan kain 4 cm untuk jahitan kelim bagian atas dan bawah.
  • Maka setelah dilipat menjadi 2 dan dipotong, saya akan mendapatkan kain rok bawah berukuran 86cm x 75 cm.
  • Masih dalam bentuk lipatan, dari tengah kain, saya mengukur 8 cm ke arah dalam. Dari sini nantinya saya akan memulai membuat wiru.
  • Lebar masing-masing wiru yaitu 10 cm. Kalo sudah dijahit hanya akan menjadi 5 cm saja lebarnya.
Begini lho wiru yang saya maksud

Bagian Ban Pinggang
Ban pinggang yang saya inginkan terdiri dari ban depan tanpa karet, ban belakang kanan kiri berkaret, dan ban resleting kanan kiri tanpa karet. Lihat desain ya kalo pusing baca penjelasan saya, hihihi
Ada yang bingung cara menentukan panjang ban pinggang? Begini cara saya..
  • Ukur lingkar rok bagian pinggang yang akan diberi ban.
  • Setelah dijahit wiru, lingkar rok bagian pinggang saya menjadi:
Lebar rok dikurangi kelim kanan kiri = 150 cm - (2 x @1 cm) = 148 cm
Lingkar pinggang setelah diwiru tersisa = 148 cm - (4 x @10cm) = 108 cm
  • Ban pinggang yang saya butuhkan:
Panjang ban depan = 50 cm
Panjang ban resleting kanan kiri = 2 x @ 4 cm = 8 cm
Panjang ban karet = 108 cm - 50 cm - 8 cm = 50 cm
Panjang ban karet kanan dan kiri = 50 cm : 2 = 25 cm
  • Setelah selesai menghitung panjang ban, potong kain sesuai ukuran ban yang dibutuhkan, lebihkan 2 cm tiap ban untuk kelim sisi kanan dan kiri.
Selesai memotong ban, saya mulai dengan menjahit karet pada ban bagian belakang. Lebar ban yang 10 cm, idealnya di isi dengan 3 karet. Dan agar lebih gampang, saya mulai dengan menjahit ban 1 cm dari pinggir atas memanjang. Dengan jarak sekitar 2,5 cm (saya menggunakan karet ukuran 2 cm), saya jahit memanjang lagi dan seterusnya sampai saya mendapatkan 4 jahitan. Jahitan ini kemudian saya isi karet kolor dengan bantuan peniti besar. Saya menyematkan jarum pentul di ujung kanan dan kiri agar karet dan kainnya tidak bergeser. Setelah itu, baru saya jahit bagian tengah karet untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus. Untuk pemula, cara ini lebih gampang lho.

Mengisi ban dengan karet kolor
Next, saya menyatukan 5 potong ban menjadi satu. Urutannya, ban resleting - ban karet - ban depan - ban karet - ban resleting. Semua sambungannya saya sembunyikan di bagian dalam ban sehingga tampak lebih rapi. Selanjutnya, saya menjahitkan ban mengelilingi rok bagian pinggang, menyatukan sisi kanan dan kiri rok bawah, menjahitkan resleting jepang, merapikan sisa kain untuk menutupi resleting dan selesai..
Duh, efek hanger bikin rok kelihatan gak imbang
Argh.. susah ya menulis tutorial itu. Saya nggak telaten mengambil foto step by stepnya. Jadi malah bingung sendiri gimana menjelaskannya. Asumsi saya, pembaca sudah paham cara menjahit, jadi hanya dengan melihat hasil jadinya saja sudah bisa mengkira-kira cara menjahitnya.

Well, begitulah hasil karya saya. Hasil karyamu apa nih?

Kamis, 23 April 2015

Yey.. Punya Kebaya..

 

Another April post…
Assalamu’alaikum…

Well, langsung aja ya, kali ini saya masih akan senang bergelut dengan mesin jahit dan kain. Sudah tahu kan kalo di Bantul, tiap tanggal 20 semua pegawai dihimbau untuk memakai baju daerah jawa. Yes, karena Bantul ini masih wilayah Jogja, jadi yang putri memakai kebaya dan jarit, sedang yang putra memakai surjan, jarit plus blangkon. Kebayang kan, tiap tanggal 20, sekolahku penuh dengan ibu-ibu dan bapak-bapak guru yang siap kondangan.

Saya melewatkan bulan Maret lalu tanpa kebaya karena saya tidak punya kebaya, dan kain kebaya yang dibeli kembaran dengan temen-temen pun belum saya jahit, hehehe.. Kayaknya cuma saya seorang yang kain kebayanya masih rapi terlipat di lemari. Khawatir melewatkan tanggal 20 lagi, saya buru-buru mencari ide desain kebaya yang saya mau.

Kebaya yang saya inginkan itu yang tidak terkesan seperti ibu-ibu. Saya memberi potongan kebaya dibagian atas pinggang. Keponakan saya menyebutnya "Kebaya chibi, budhe". Eaaaa... apa-apalah sebutannya. Pertama-tama, saya memotong kain puringnya terlebih dulu, sesuai pola yang saya buat (hasil menjiplak baju jadi). Tiga potong untuk bagian atas: depan kiri, depan kanan dan belakang; tiga potong untuk bagian bawah: depan kanan, depan kiri dan belakang; serta dua potong untuk bagian legan. 
Setelah puringnya selesai dipotong, baru saya memotong kain broklatnya. Ukuran dan jumlah potongan kain broklat sama dengan kain puring. Hanya saja saya melebihkan lebar kain broklat untuk bagian bawah kebaya. Bagian bawahnya agak melebar ke bawah supaya tidak terlalu nempel di badan. Pada bagian bawah kebaya, kain broklatnya lebih panjang dari kain puring. Sedangkan di bagian lengan, kain broklatnya justru lebih pendek dari kain puringnya. Kesannya mungkin aneh, tapi aneh itulah yang saya suka, mbedani, hehe

Saya sama sekali tidak menggunakan pita ukur untuk membuat potongan kain. Hanya mengandalkan pola, jarum penthul, pensil jahit dan gunting. Sok pede lah ceritaya. Menjahit kebaya ini agak tricky. Saya harus menjahit kain boklat dan puringnya secara bersamaan. Karena saya kesulitan menyatukan empat potong kain sekali jahit, maka tiap kain broklat dan puring saya satukan dengan jarum penthul dulu bau kemudian saya jahit. Untuk bagian yang agak susah, misalnya bagian lengan, saya jahit jelujur dulu agar hasilnya lebih rapi. Alhamdulillah setelah dibenerin sana-sini, hasilnya nggak malu-maluin kok.


Ada cerita lucu dibalik pembuatan kebaya ini. Untuk ngepasin kebaya dengan badanku, saya bolak balik nyoba kebaya setengah jadi ini di depan lemari kaca. Kebetulan keponakan saya yang baru berumur 2,5 tahun sedang main di sekitar lemari. Dia mengamati tingkah polah saya sedari tadi. Iseng saya pamer kebaya ke zhafir

Aku : "Bajunya lek Endang bagus nggak?"
Zhafir: "Gak"
- beberapa detik kemudian -
Zhafir: "Walnanya bagus"
*Gubrak... Nyari pujian dari anak kecil susah ternyata, hahahaha
Eh, tapi heran juga, Zhafir bisa punya ide muji warna kebayanya segala 

Oh iya.. Awalnya saya tidak mau kebaya degan kancing. Saya nggak bisa bikinnya bu, susah. Namun, mengingat saya sudah terlalu sering ‘mbedani’ maka saya putuskan menjahit kebaya dengan tetap ada unsur tradisionalnya. Jaman bu Katini dulu resleting belum ngetrend  kan? So, dengan tali sengkelit yang kurang sesuai dengan harapan, jadilah kebaya saya begini..

Nah, begitulah cerita kebaya pertama saya. Seneng banget bisa menyelesaikan jahitan kebaya yang saya pikir susah untuk dijahit. Saya membutuhkan waktu berhari-hari untuk membayangkan bagaimana saya menjahit kain broklat. Dan ternyata, nggak susah-susah amat lho.

Anda tidak akan tahu yang mudah kalo anda belum merasakan yang susah. 
Semangaaaaaaaat..
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon