Rabu, 07 November 2012

A Note for Ladies


Malam ini, pulang dari ngajar les di kotagede....

Sewaktu behenti di trafic light Ringroad selatan, ada 3 motor berhenti tepat dibelakang garis marka. Satu motor Vario baru warna hitam berhenti agak kebelakang, di dekat pengendara motor laki-laki dan perempuan. Dan aku ada di belakang mereka terpaut 1 meter. Agak aneh aku melihat si pengendara Vario sepertinya agak mepet ke pengendara sebelahnya, bahkan tangan si pengendara Vario sempat-sempatnya menyenggol lengan perempuan yang dibonceng pacarnya. Catat, dibonceng PACARnya. Gila ya, perempuan tidak sendiri pun masih jadi sasaran pelecehan.

Here's the picture I draw to describe the situation. Sorry for the bad drawing dear ^0^

Kenapa aku bilang pelecehan?
Karena aku perempuan, sudah tahu tanda-tanda laki-laki yang suka melecehkan perempuan. Tidak sengaja menyenggol tangan pembonceng itu sangat mustahil, apalagi area traficlight ringroad selatan itu lebar. Kenapa pula harus mepet-mepet pengendara lain? Nggak takut kesenggol jatuh apa ya?

Dasar sifatku suka suudzon sama laki-laki, jadilah sepanjang 115 detik menunggu lampu menyala hijau, aku memperhatikan tingkah laki-laki pengendara Vario. Laki-laki itu memandang si perempuan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Entah apa isi otak laki-laki itu, yang jelas aku merasa tidak ada yang janggal dari pakaian si perempuan. Baju lengan panjang, jeans biasa, badan kurus, hanya saja dia tidak berkerudung. Tidak ada sama sekali pakaian perempuan tersebut yang mengundang nafsu.

Menjelang detik ke 10, si laki-laki nampak semakin mengarahkan tangan kanannya lebih dekat dengan lengan si perempuan. Jempolku siaga diatas tombol klakson, kalau-kalau si pengendara Vario mau menyenggol paha si perempuan atau apanya lah. Dan benar juga, pada detik-detik terakhir, si pengendara Vario agak condong miring (kayak mo jatuh) ke kanan sehingga tangan kanannya menyentuh lengan si perempuan dengan sukses. Kontan saja, aku pencet tombol klakson. Mungkin orang-orang mengira aku tidak sabar segera melajukan motorku. Padahal aku hanya melampiaskan kemarahanku. Entah si pengendara Vario sadar ato tidak. Tapi yang jelas aku sebel sama laki-laki itu.

Aku jadi ingat dulu pernah saat berhenti di trafic light, kakiku (bagian pinggir telapak) agak disenggol oleh bapak-bapak. Waktu itu aku membonceng temanku, dan sedang ngobrol dengannya. Jadi spontan obrolan berhenti dan aku berkata lirih “apa sih?”. Aku dan temanku sama-sama menoleh ke arah kaki yang menyenggolku. Merasa risih, aku agak maju sedikit. Ternyata si bapak mengikutiku dan menyenggol ujung kakiku lagi. Akhirnya aku memmberanikan diri melihat wajah si bapak. Aku berharap dia adalah orang yang aku kenal dan iseng bercanda denganku. Tapi, aku salah. Aku tidak mengenal si bapak itu. Dan sadar aku melotot ke arahnya, si bapak sok cuek seakan tidak berbuat apa-apa. Hikmahnya, dia menjauhkan kakinya dariku. Aku aman sampai lampu trafict menyala hijau.

Geram juga sama pengendara motor laki-laki yang suka sembarangan melecehkan perempuan.
Kenapa sembarangan?
Ya iyalah, dijalanan saja masih sempat mencari celah memuaskan nafsunya. Menurutku pengendara Vario tadi terpelajar. Paling tidak lulusan SMA lah. Orangnya tidak terlalu tua tidak terlalu muda, mungkin antara 30-40 tahun. Agak gemuk dengan tinggi rata-rata, kulitnya warna sawo matang. Dari pakaiannya, sepertinya dia pekerja kantoran. Dilihat dari motornya yang baru, kayaknya gajinya lumayan. Tapi kenapa orang seperti ini berkelakuan yang tidak jelas begitu ya?! Nggak paham aku...

Tapi makin geram lagi sama perempuan korban pelecehan tadi.
Kalau kata Rosa “Hey ladies jangan mau dibilang LEMAH”.
Jangan jadi korban yang lemah karena tidak berani melawan. Jangan menganggap sepele pelecehan yang hanya berupa senggolan seperti itu. Andai saja si perempuan tadi melotot atau teriak, bukannya bersembunyi dibalik hape-nya, sok tidak sadar kalu dia sedang dilecehkan. Berdasarkan pengalaman yang aku denger, laki-laki seperti itu sebenarnya tidak punya nyali. Kalau korbannya teriak atau malah melawan, si pelaku akan takut. Bisa jadi malah kabur duluan.

Mereka para pelaku pelecehan, biasanya memakai penutup muka atau memakai helm dengan kaca gelap. Cih, pengecut banget.
Andai bisa ngomong sama pelaku pelecehan dan kawan-kawannya...
“Kalo berani melecehkan harusnya gentlement dong. Buka penutup mukanya, jadi perempuan-perempuan lain bisa waspada sebelum dilecehkan sama anda-anda.”

Hayo, yang merasa tadi menjadi pelaku pelecehan sesuai ciri-ciri yang aku sebutkan tadi, jawab tantanganku!

0 komentar:

Posting Komentar

Your comment, please. Whether it is good or bad... ^_^

 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon