Tampilkan postingan dengan label Seriously Written. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seriously Written. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Juli 2014

Being Bossy Via "Klakson"


Klakson.. Iya klakson..
Seberapa sering kamu memencet tombol klakson?
Skuter ini ada klaksonnya juga lho

Saya lumayan jarang lho. Bagi saya, klakson hanya dibunyikan kalau… ada kendaraan yang kemungkinan tidak melihat keberadaan saya dan memungkinkan terjadi kecelakaan, memperingatkan kendaraan dari arah berlawanan yang melewati garis marka dan memasuki jalur saya atau menyapa teman yang ketemu di jalanan. Itu fungsi klakson bagi saya. Tapi, pantangan bagiku untuk meng-klakson sepeda atau becak meski mereka berada di situasi yang saya gambarkan tadi. Kasian men, kalo kaget kan bisa berabe. Mending saya saja yang bersabar dan memperlambat laju motor 

Sedangkan menurut mas Wiki, klakson adalah terompet elektromekanik yang gunanya untuk membuat pendengarnya waspada. Biasanya klakson dibunyikan untuk menunjukkan eksistensi sebuah kendaraan, contohnya sepeda motor, mobil, bus, truck bahkan kereta. Di Negara maju, klakson digunakan untuk memperingati pengendara yang kurang tertib atau jika pengendara lain diprediksi akan menyebabkan kecelakaan. Sedang di negara berkembang seperti negara kita ini, klakson fungsinya untuk memberi tahu pendengarnya bahwa ada kendaraan yang datang, mengingatkan akan kemungkinan bahaya yang terjadi, ingin mendahului, atau menyatakan perasaan emosional (termasuk tidak sabar kalau ada kendaraan yang jalannya pelaaaaan banget). Makanya sering kan ada kejadian tidak mengenakan di jalanan, lalu kendaraan tersebut saling berbalas klakson.

Nah, soal klakson ini, saya suka terganggu kalau dibunyikan di malam hari di tengah kampong. Kalau di Jakarta, ada tukang sate yang tidak menggunakan lonceng untuk menarik massa, melainkan menggunakan klakson. Bunyinya? Brisiiiiiik.. Tapi karena keadaan yang seperti ini sudah wajar, maka tidak ada masyarakat yang protes. Dan beberapa malam selanjutnya saya sudah terbiasa dengan soundtrack sate itu. Ah.. Klakson sudah beralih fungsi ternyata 
Di sinetron atau film Indonesia misalnya (kalo film Hollywood jarang terjadi), kebanyakan orang membunyikan klakson di depan pintu gerbangnya. Maksudnya, agar pembantu yang di dalam rumah bisa keluar dan membukakan pintu gerbang untuknya. Apa pintu gerbangnya terkunci sehingga perlu dibukakan?
Bukaaaaan.. manja saja sepertinya. Orang Indonesia kan mental bos nya tinggi. Buat apa susah-susah turun dari mobil atau motor untuk membuka pintu kalau ada orang yang mau membuka pintu untuknya. Sok nge-bos-i kan? 

Sekarang, kembali ke Jogja, di kampong saya. Tiap malam, saya selalu “nyepadake” tentang disfungsi klakson yang dilakukan oleh 2 tetangga saya. Di atas jam 9 malam, selalu ada suara klakson sepeda motor di depan rumah tetangga kiri dan depan saya. Di sebelah kiri saya, seorang bapak yang pulang larut malam dan sering kali istrinya sudah tidur jadi beliau membunyikan klakson agar sang istri membukakannya pintu garasi. Di depan rumah saya, seorang remaja putri yang kerja sampai jam 10 malam dan membunyikan klakson dengan maksud yang sama. Adu du duh.. masih muda kok malah memerintah orang tua nak nak.. 
Lalu, pertanyaan saya, apa susahnya membuka engkel pintu sendiri ya? Kalaupun pintunya terkunci, bisa mengetuk pintu rumah juga kan?

Ada lagi nih, satu teman bapak yang sudah sepuh (tapi masih sepuh bapak sih). Setiap kali beliau berkunjung ke rumah dan hendak mencari bapak, beliau tidak pernah turun dari motor kemudian mengetuk pintu. Yang beliau lakukan adalah, menggeber motor dan membunyikan klakson berkali-kali sampai si tuan rumah keluar. Capek deh..
Alhamdulillah ya, si bapak ato ibu hanya sedikit ngomel dan tetap dengan sopan menyapa sang tamu. Lah, anaknya memang kemana? Anaknya males keterlaluan kayaknya!
Saya selalu tidak paham dengan orang-orang yang menyalahgunakan klakson dengan maksud memerintah, sok ningrat bingitz. Hayo.. sekarng diinget-inget, pernah nggak nge-bossy dengan cara mencet-mencet klakson sembarangan?
Please be wise menggunakan klakson ya.. 

Selasa, 15 Juli 2014

Problem: Dilema Shaf dan Kiblat

Ramadhan tahun ini..
Malam kemarin, saya dan adikku ingin merasakan suasana ramadhan yang lain daripada yang lain. Kami berdua ingin merasakan sholat tarawih di masjid di luar kampung. Bahasa gaulnya, Safari Tarawih. Kami biasa menjalankan sholat tarawih 11 rokaat (di masjid dalam atau luar kampung), tapi tidak ada salahnya kan kalau kami ingin juga sholat tarawih 23 rokaat.
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS: Ar-Ruum: 31 – 32) 

Foto temen-temen saat di Garut

Masjid yang kami pilih tahun ini adalah masjid di kampung tetangga. Letaknya dipinggir jalan raya, sehingga bisingnya tak terkira. Tapi, kebisingan itu nggak terlalu jadi masalah. Jumlah rokaat dan adat sholat yang berbeda dengan kampungku pun tak jadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika kami dihadapkan dengan jamaah yang shaf nya tidak sesuai petunjuk masjid. Saat itu, kami sholat bukan di masjid utama, melainkan di serambi yang letaknya di sebelah kiri masjid utama. Jadi ada lorong antara masjid utama dan serambi. Di serambi ini kebanyakan diisi oleh jamaah yang sudah sepuh dan anak-anak. Shaf depan terdiri dari 3 orang, kemudian jamaah lain berbanjar ke belakang mengikuti arah tikar. Disini, terdapat garis shaf yang arahnya serong ke utara. Saya dan adik datang belakangan dan bagian kami tanpa tikar, sehingga terlihat jelas garis shaf yang menghadap kiblat. Namun, entah kenapa, jamaah di serambi ini sholatnya tidak serong mengikuti garis shaf, melainkan lurus mengikuti arah bangunan.

Selama ini kami sering menjumpai shaf kosong di bagian depan, atau belakang, atau shaf yang dimulai dari kanan dan kiri. Sedang kasus seperti ini kami belum pernah menjumpai sama sekali. Kecuali saat melihat film “Sang Pencerah” dimana diantara jamaah Masjid Kauman, hanya Kyai Ahmad Dahlan saja yang sholatnya serong menghadap kiblat yang diyakininya. Kami jadi bingung sendiri. Padahal sholat sudah dimulai dan tidak cukup waktu untuk menimbang-nimbang apakah kami harus menggelar sajadah sesuai shaf jamaah yang kurang benar atau sesuai kiblat masjid. Maka dengan pengetahuan dangkal, dan dengan pertimbangan kami berada di bagian paling belakang dan pinggir kiri sehingga tidak mengganggu jamaah di samping kiri kami, kami sholat mengikuti petunjuk kiblat Masjid tersebut. Arah sholat kami serong dan jadi berbeda dengan jamaah di sebelah kanan kami. 

Sebenarnya nggak enak juga dengan masyarakat, takut jadi masalah, apalagi kami ini pendatang yang numpang sholat. Walaupun untungnya, jamaah disebelah kami ya tidak komplain.  Tetap, hati kami bergejolak (taelah) karena kami tidak lurus dengan shaf jamaah, padahal lurusnya shaf menjadi kesempurnaan sholat. Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu:

"Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya kelurusan shaf adalah bagian dari kesempurnaan shalat.” [HR Muslim (433)] 

Kemudian, sepulangnya dari masjid, kami mengadu pada bapak. Beliau berkata bahwa syarat sah shalat yang harus dilakukan sebelum melaksanakannya di antaranya adalah menghadap kiblat Dari sumber iniJika suatu jamaah merasa kesulitan mengubah posisi kiblat, karena masjid agak terlalu jauh untuk dimiringkan dan sangat sulit, atau bahkan akan membuat kondisi masjid malah menjadi sempit, maka selama itu masih antara arah utara dan selatan, posisi kiblat tersebut dianggap sah. Akan tetapi, jika mungkin kita mampu mengubah arah kiblat seperti pada masjid yang baru dibangun atau untuk tempat shalat kita di rumah, selama itu tidak ada kesulitan, maka lebih utama kita merubahnya.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah: 144)

Tadi, seorang guru agama di sekolah pun mengatakan hal yang sama dengan bapak. Permasalahannya, di masjid sudah ada garis shaf yang sesuai kiblat, namun jamaah tidak membuat shaf sesuai arah kiblat. Dengan begitu, maka tidak salah kalau kami sholat mengikuti petunjuk kiblat. Alasannya karena adanya petunjuk kiblat berarti sudah ada kesepakatan antara Takmir dan Jamaah Masjid tentang arah kiblat yang mendekati benar. Adapun jamaah yang tidak mengikuti petunjuk shaf, itu menjadi tanggungjawab Takmir Masjid untuk menyampaikan kesepakatannya.

Jawaban bapak dan teman guru saya tidak serta merta memuaskan rasa penasaranku. Semalam saya juga bertanya pada seorang teman yang lain. Darinya saya diberi pengertian bahwa meluruskan shaf itu lebih utama. Sehingga, meski tidak sesuai dengan petunjuk kiblat masjid, maka lebih baik sholat dengan meluruskan shaf agar tidak menggangu kekhusyukan dan menghindari perselisihan dengan jamaah lain.

Dalam suatu bahasan di sini disebutkan bahwa ketika berada di suatu tempat yang tidak memungkinkan mereka untuk mengetahui arah qiblat, seperti mereka dalam perjalanan sedang cuaca penuh dengan awan dan mereka tidak dapat mengetahui qiblat, maka jika mereka shalat dengan berhati-hati (berusaha agar mereka menghadap arah yang tepat) kemudian (setelah selesai shalat) ternyata mereka tidak tepat pada arah qiblat, maka tidak ada kewajiban apapun bagi mereka, karena mereka telah bertaqwa kepada Allah sesuai dengan kemampuan mereka.

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah, sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatnya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah : 115)


“Apabila rasa takut lebih dari ini, maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan dengan menghadap kiblat atau pun tidak.” (Ibnu Umar)

Namun, ketika mereka berada di tempat yang memungkinkan mereka untuk bertanya tentang arah qiblat yang tepat akan tetapi mereka lalai dan meremehkan (tidak bertanya), maka dalam keadaan seperti ini mereka wajib mengqadha shalat yang mereka laksanakan dengan tidak menghadap qiblat. Baik mereka mengetahui kesalahan tersebut setelah habisnya waktu shalat itu atau sebelum habisnya waktu sholat. Hal ini dikarenakan mereka salah dan sengaja salah tidak menghadap qiblat serta meremehkan dengan tidak bertanya tentang qiblah tersebut. Meski begitu, perlu diketahui bahwa miring sedikit dari arah qiblah adalah tidak membahayakan
Antara timur dan barat adalah qiblah. (HR.Tirmidzi)

Berdasarkan bahasan tersebut di atas, saya mendapati dua opini yang berbeda yang berkaitan dengan kegusaran saya. Dua opini tersebut punya dasar masing-masing, sedangkan pengetahuan saya terlalu dangkal untuk memilih opini mana yang akan saya ikuti. Lain kali, saya akan memilih sholat selain di masjid itu daripada kebingungan soal shaf dan kiblat ini muncul kembali. Ke depannya, saya masih akan mencari opini lain dari orang yang lebih ahli daripada saya. Dan untuk sementara waktu, jika menemukan kasus yang sama, saya berpedoman bahwa menghadap kiblat lebih utama daripada meluruskan shaf. Dengan catatan saya tetap mengikuti arah kiblat yang disepakati takmir masjid setempat. Wallahualam..

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak  menghendaki kesukaran bagimu”
(QS. Al-Baqarah: 185)

Refrensi:

PS: saya akan sangat sangat berterimakasih kalau ada yang dengan suka rela berbagi pendapat tentang masalah yang saya temui ini.

Minggu, 16 Februari 2014

Ratu Sejagat, eh, Ratu Lebah

Pagi ini tak sengaja saya menonton reality show yang menampilkan Lebah sebagai figurannya. Si Narasumber mengeluarkan ratu lebah dan mengatakan bahwa, kemana pun lebah ratu pergi, maka lebah pekerja akan mengikutinya. Mata saya otomatis tertarik pada sosok ratu lebah itu. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dan tidak ada yang bisa menjawa. Jelas, karena saya bertanya pada orang yang tidak berkompeten, hihi.. 

“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung,di pohon-pohon kayu, dan di tempat-ternpat yang dibikin manusia.”‘ (QS An Nahl, 16: 68)

Pada akhirnya saya berkonsultasi dengan internet dan sedikit banyak penasaran saya terjawab (sumber dari sini, sana dan sono). Sebelum memulai membahas penasaran saya terhadap lebah dan Ratunya, maka perlu saya tulis dulu 3 tipe lebah. 


  1. Lebah Ratu (Queen Bee) : berkelamin betina, bertelur selama hidup (2000 telur/hari), makan sari madu (royal jelly), umur kira-kira mencapai 4-6th, memilih jodoh dengan cara terbang tinggi dan pejantan yang mampu mengejar berhak mengawininya (ala dongeng banget, pake sayembara)
  2. Lebah Jantan (Drone) : merupakan lebah hasil dari telur yang tak dibuahi, makanannya madu biasa bukan royal jelly, tugas satu-satunya mengawini ratu muda, akan mati setelah kawin. Dalam keadaan krisis ekonomi (ceile), lebah jantan akan diusir lebih dulu dari koloni karena dianggap useless. Setuju deh.. Laki-laki yang nggak bisa bekerja, udah buang ke laut aja 
  3. Lebah pekerja (Worker Bee) : berkelamin betina, berasal dari telur ratu lebah, ukuranya tak lebih dari 1 cm, makanannya madu biasa, tugasnya mengumpulkan serbuk sari dan nektar, tidak berhak kawin, umurnya kira-kira 28-35 hari saja. Lebah ini terdiri dari Lebah Perawat (merawat ratu dan mengajarkan anak-anaknya untuk jadi lebah pekerja, memberi royal jelly untuk Ratu), Lebah Pencari (mencari sumber pollen, nektar dan propolis kemudian memberitahukan kepada Lebah Pengumpul (mengumpulkan pollen dan menyimpannya di kantong kaki)

Questions and answers:

  • Kok tau itu ratu lebahnya?

Ukuran lebah ratu jelas berbeda dari lebah pekerja, yaitu 2,8x lebah pekerja. Hanya ada 1 ratu lebah dalam 1 koloni. Jika lahir ratu lebah baru, maka akan ada pertempuran hidup dan mati untuk memperebutkan posisi ini. Kejamnya.. 
Sumber Foto

  • Apakah Ratu lebah itu turun temurun semacam dinasti begitu? atau semacam Nabi yang terseleksi selama waktu berjalan?

Yang ini agak membingungkan. Ada beberapa sumber (disinidisitu dan disana)  yang mengatakan kalau lebah ratu dipilih melalui voting (halah), setelah lebah ratu merasa sudah tua. Lebah pekerja berunding dan menentukan telur mana yang terbaik dan akan dijadikan lebah ratu. Tapi sumber ini mengatakan kalau lebah ratu sendiri yang akan meletakkan telur calon ratu di queen cups. Kemudian, sebelum ratu muda menetas, lebah ratu tua akan pergi meninggalkan sarangnya, bersama segerombolan dayang-dayangnya. Mo kemana mereka ya? Yang jelas, gak lama setelahnya ratu lebah akan mati. Inalillahi..
Sumber Foto

  • Kenapa bisa ukuran tubuh Ratu lebah beda dengan lebah pekerja?
Pada dasarnya, lebah ratu dan lebah pekerja itu sama. Lebah ratu muda dan lebah pekerja sama-sama terlahir dari Ibu ratu lebah. Bedanya, lebah ratu muda itu anak emas yang selalu diberi makan royal jelly (susu ratu) seumur hidupnya, sedang lebah pekerja itu anak tiri yang tidak pernah makan royal jelly setetes pun (tapi sumber ini mengatakan kalau larva lebah pekerja makan royal jelly selama 4 hari pertama). Kandungan royal jelly yang kaya akan protein dan senyawa misterius lain ini lah yang membuat lebah ratu tumbuh lebih besar dan berumur 30x lebih lama dari lebah biasa. Walah, pantes royal jelly itu mahal. Lha wong khasiatnya begitu super, menghasilkan lebah ukuran ratu pula.


  • Kenapa lebah pekerja tidak iri pengen jadi ratu juga?

Wallahualam.. mungkin sudah sadar diri, seperti para abdi dalem yang nggak pengen jadi Sultan. Eh, pengen sih mungkin ya, tapi kan mana bisa?

Sekian reportase saya mengenai sang ratu lebah dan anak buahnya. Allah menciptakan lebah sekecil itu dengan sempurna dan mengatur hidupnya sampai detil-detilnya sehingga berguna bagi manusia. Subhanallah.. Kalo begitu, manusianya juga harus lebih berguna dari lebahnya dong. Mari mari kita lebih produktif lagi 

PS: saya geli dan merinding sendiri saat mengupload foto-foto di atas, hiiiy

Senin, 03 Februari 2014

Sejujurnya..

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan di dalam batinnya. Semua pembicaraan harus mengandung kebaikan dan disampaikan dengan cara yang baik pula.

Jangan sampai pembicaraan kita penuh dengan hal-hal yang mungkar, menjijikan, menyakiti hati orang lain dan merusak. Seharusnya diusahakan untuk berbicara dengan sesuatu yang bermanfaat, memberikan kegembiraan kepada orang lain, memotivasi untuk kebaikan, memberikan kesadaran dan mengajak orang untuk menegakkan kebenaran (diambil dari: here and there). 

Semalam saya terlibat perdebatan dengan seorang teman soal kejujuran. Menurutnya, jujur itu tidak ada yang menyakitkan. Pun kalau sakit hati, mending sekarang daripada nanti-nanti. Dan setelah berkata jujur, maka hati akan plong bebas dari beban. Lho, apa kabar dengan orang yang mendengar kejujurannya? Bukankah menjaga hati orang lain itu termasuk yang harus dipikirkan sebelum berkata jujur? (Errr.. atau saya saja yang terlalu sok memikirkan orang lain ya).

Oke.. saya suka kalau ada yang ngomong jujur pada saya. Tapi tanpa disadarinya, saya sedih, marah dan kecewa mendengar kejujurannya yang menyudutkanku itu. Tapi saya diam saja, karena hanya itu yang biasa saya lakukan untuk menghindari pertengkaran yang nggak penting. Dan saya sedang berusaha ikhlas menerima kejujuran orang lain, meski jadi berbeda pandangan, I do agree to disagree..

Sejujurnya, salah satu alasannya adalah karena saya tidak pintar berkata jujur. Apa sebabnya? Karena menurutku, tidak semua hal harus dikatakan dengan jujur 100%. Setidaknya jangan dikatakan secara gamblang, blak-blakan, tanpa basa basi. Kalau ada jalan lain menuju Roma, maka saya memilih jalan itu daripada kejujuranku berbuah pahit (eits, maksudnya dalam hal tertentu lho). Ambillah contoh saat beberapa hari yang lalu saat les saya disuguhi minuman rasa Strawberry. Saat melihat gelas berisi susu Putih dan ternyata rasa Strawberry, saya agak sedikit mengernyitkan dahi. 

Muridku dengan girangnya berkata, “yes, susu. Mbak Endang ki ora doyan, Mah”
Sang Ibu kaget dan berkata, “ben ngombe aqua ne kui. Iki energen kok, mbak. Doyan tho?”
What more can I say? “Nggak terlalu suka, tapi doyan. Nanti saya minum, bu”

Before (pukul 19.30an) - After (pukul 20.30an)

Padahal saya sendiri tak yakin apa bisa nanti saya menghabiskan segelas susu putih itu. Jujur saya tak suka susu putih apalagi dengan rasa buah-buahan yang nggak normal (bukan jeruk atau mangga ). Tapi kalau saya mengatakan “nggak doyan bu”, nggak tega rasanya melihat kekecewaan di wajah Tuan Rumah. Maka dengan segenap tenaga dan perjuangan, walau harus mengimbanginya dengan air putih, saya habiskan juga Energen dengan sensasi strawberry tadi. 

Selesai les, sang Ibu menemuiku dan bertanya
“wo, mbak Endang ki ora seneng susu putih tho? Tiwas wis tak gaweke. Rasah di ombe nek ra seneng ki”
See, jujur itu kadang tetap berujung tidak mengenakkan tho?
Padahal saya merasa sudah memilih kata-kata yang tepat lho..

Terlepas dari itu semua, jujur dalam perkataan (dan perbuatan tentunya) memang harus di junjung tinggi. Tentunya, dengan mengingat pula adab-adab berbicara dengan orang lain. Semoga saya bisa selalu Jujur dengan diri sendiri dan orang lain. Amin..

Minggu, 20 Oktober 2013

Diteror Psikopat

Apa yang ada dalam pikiran kita saat ada yang mengirim email via FB berulang-ulang dengan akun FB yang berbeda-beda tapi dari 1 orang yang sama?
Yes, GILA is the best answer

Untungnya, Fb sudah pintar memilih mana pesan dari teman dan mana pesan dari musuh. Jadi, spam begini tidak ada dan tidak perlu ada notifikasinya. Saya menemukan ada spam ini baru-baru saja. Alhamdulillah, terganggunya cukup 1x saja dan tidak tiap kali spam ini masuk.
Some spam emails from a psychopat

Email ini dikirim oleh musuh saya who ruined my life and not worth it to remember him. Frankly speaking, saya sudah berjuang mati-matian untuk mengusir dendam walaupun saya tidak mau terang-terangan memberinya maaf. Saat itu, saya hanya berusaha melanjutkan hidup (hiperbolis  banget yah?) dan behasil. Sampai-sampai saya lupa kapan kegegeran itu terjadi. Saya bilang "kegegeran" karena keluarga inti saya sampai ikutan geger (beyond believe lah). Nggak pernah kepikiran deh kalau orang itu seorang Psikopat.

Kenapa saya menyebutnya Psikopat?
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat bukan penyakit gila karena seorang psikopat secara sadar melakukan perbuatannya. Yah, walaupun sebenarnya saya lebih suka menyebutnya "gila" daripada "sakit jiwa".


Ciri-ciri seseorang dengan gangguan kepribadian psikopat:
  1. * Pada awalnya menampilkan sikap yang menarik, cenderung dibuat-buat, memesona, dan menebarkan sikap hangat. Inilah yang membuat orang mudah memercayainya, dan dengan kepercayaan itu mereka mencelakai atau menipu korbannya.
  2. * Beranggapan dirinya yang paling penting dan harus diistimewakan, semuanya berpusat pada dirinya, pokoknya untuk saya, pokoknya milik saya, pokoknya saya dan saya.
  3. * Sering memperlihatkan perlakuan yang impulsif (meledak-ledak), sulit menunda dan mengendalikan emosi. Kalau punya keinginan harus sekarang, kalau tidak akan marah atau mengamuk.
  4. * Hubungan pertemanan atau hubungan sosial yang singkat, sering ganti-ganti pasangan asmara atau ganti-ganti pekerjaan.
  5. * Sering berbohong, menipu, dan mengkhianati.
  6. * Kurang tanggung jawab atas perbuatannya, berani mengambil keputusan berisiko dan tidak dapat belajar dari pengalaman, selalu diulang terus, meskipun telah diberi hukuman atau peringatan.
  7. * Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, tidak peduli orang lain menderita.
  8. * Cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang telah dilakukannya.

Gejala-gejala Psikopat
  1. * Sering berbohong, fasih dan dangkal.
  2. * Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  3. * Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  4. * Senang melakukan pelanggaran di waktu kecil.
  5. * Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat.
  6. * Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala orang tidak ada bedanya.
  7. * Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  8. * Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Tidak ada waktu bagi seorang psikopat untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  9. * Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  10. * Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki tanggapan fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, ataupun gemetar. Pengidap psikopat tidak memiliki perasaan tersebut, karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah “dingin”.
  11. * Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
  12. * Biasanya sangat cerdas dan mungkin paling cerdas ketika dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
  13. * Biasanya banyak mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya dan marah jika orang lain menyalahkannya (merasa paling benar, dan biasanya anggapanya itu memang benar).
  14. * Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Biasanya banyak yang benar dan sangat sedikit sekali yang salah.
  15. * Memiliki perkiraan dengan akurasi yang tinggi (perkiraannya jarang salah dan kebanyakan adalah benar atau benar semuanya).
The best action we do saat menemukan psikopat di FB adalah watch, beware, select, block and secure your accunt. Jika ada Friend Request, amati siapa dya, waspada dan suudzon kenceng, confirm request hanya untuk orang-rang yang memang kita kenal, dan abaikan jika tidak mengenalnya. Kemudian, blokir akun yang sekiranya berpotensi menggangu bahkan memang sudah mengganggu. Terakhir, pastikan akun email, Fb dan sebagainya saling terkait sehingga jika 1 akun di retas masih bisa di-recovery.
List of blocked people
Memblokir akun FB bukan berarti kita aman dari gangguan Psikopat. Orang seperti ini menggunakan segala cara untuk menggangu korbannya. Jadi, pastikan akun fb atau akun email yang lain tidak bisa di hack olehnya. Be aware of your surroundings ya..


Sumber: 

Sabtu, 10 Agustus 2013

Jangan Jadi Guru yang Money Oriented

Bekerja di sekolah itu pilihan. 
Pilihan untuk mengabdikan hidupnya demi mencerdaskan anak bangsa. Memilih untuk menguras tenaga dan pikirannya demi kepentingan anak-anak yang bahkan bukan hanya anaknya sendiri. Tidak salah jika banyak yang menggunakan istilah "pahlawan" untuk menyebut guru. Bukan karena guru menjadi penolong di setiap kesulitan, tapi karena guru layaknya pahlawan dalam perang yang berjuang agar masyarakat menjadi lebih cerdas dan beradab guna melawan kebodohan yang menyengsarakan.

Selayaknya pahlawan, guru sewajarnya ikhlas dan tidak mengharap pamrih apapun untuk tugasnya. Namun, pemerintah dan sekolah memiliki cara masing-masing untuk menghargai jasa guru. Bahkan seorang guru private pun diberikan penghargaan oleh orang tua wali berupa gaji. Seperti yang sudah diketahui khalayak umum, gaji seorang guru tidak seberapa dibanding gaji pegawai behind the desk. Bahkan rata-rata gaji seorang guru tidak tetap (non - PNS) cuma 10-50% gaji guru PNS. Dengan gaji yang dibilang pas-pas an ini, seorang guru masih tetap semangat mengajar para anak didiknya.

Sayangnya sebagian guru dan karyawan di sekolah masih menghitung "jasa" yang diberikannya dengan rupiah. Di sekolah negeri, pada umumnya, guru berlomba menghitung berapa jam dya mengajar di luar jam pelajaran, berapa lembar jawab yang telah di koreksi, berapa besar tenaga yang tercurah selama menjadi panitia suatu acara di sekolah. Kemudian, hitungan-hitungan itu dikalkulasikan dan di kurskan dalam bentuk rupiah. Sebagian guru dan karyawan menuntut hak mereka dengan tidak tahu malunya. Tanpa ampun menyindir ato bahkan mencecar bendahara sekolah yang belum mengucurkan uang lelahnya. Yah, seharusnya guru, karyawan dan bendahara sama-sama tahu lah. Ibaratnya keluarga miskin, tak mungkin kan kita meminta uang jajan sementara orang tua sedang pusing memikirkan cara menanak nasi tanpa beras. Tapi sebaliknya, ibarat keluarga kaya, tak mungkin pula orang tua membiarkan anaknya kelaparan sedangkan nasi lauk pauk tersedia di meja makan.

Di sekolah saya misalnya, dana BOS yang diterima benar-benar digunakan untuk menggaji guru/karyawan dan menutup kebutuhan siswa (let's say, fotokopi worksheet yang tiap guru menghabiskan 4 - 6 ribu per kelas per mata pelajaran). Lalu apa kabar dengan uang UKM (uang kebaktian murid) yang tiap bulan rutin dibayarkan siswa? Aah, jangan ditanyakan besarnya karena jumlahnya tak seberapa. Dana itu untuk membiayai kegiatan sekolah lain yang tidak tercover BOS. Murid-murid kami dari golongan menengah ke bawah. Maka ukm yang terkumpul tidak lebih banyak dari 6juta/bulan. Andai saja para guru ditempat kami menghitung waktu lembur, waktu mengkoreksi dan waktu les dengan hitungan pasti sesuai ketetapan pemerintah, maka sekolah kami mungkin akan jatuh miskin. Dari mana sekolah bisa membayar uang lelah itu? Tak mungkin sekolah membebankannya kepada murid-murid. Sedangkan tidak sedkit dari mereka yang menunggak ukm.

Beberapa kasus yang saya dengar, justru sekolah-sekolah berpotensi terjadi perpecahan antar guru. Siapakah biang keladinya? Tak lain tak bukan adalah "uang". Hanya karena uang dan gengsi, maka terciptalah gap antara GTT/PTT dan PNS di sekolah-sekolah tertentu. Ambillah contoh, saat guru GTT/PTT menerima tunjangan yang nilainya cuma 10% dari gaji PNS sebulan, maka akan terjadi perang dingin antara kedua grup tersebut hanya karena para GTT/PTT tidak berbagi dengan guru PNS. Lalu, apakah saat guru PNS menerima gaji ke-13 para GTT/PTT meminta bagian? Oh tidak.. Kami para GTT/PTT sudah terbiasa "nrimo". Benarkah "nrimo"?

Ambillah contoh saat saya bergabung di Grup Operator sekolah. Banyak info yang sangat membantu disana. Tapi suatu saat saya menemukan satu member di Grup itu (membernya either guru ato TU) yang mengupload file persetujuan guru untuk membayar operator. Oke, operator (termasuk saya) dibayar juga boleh karena memang ada juknisnya. Tapi mata saya terbelalak saat membaca isi draft persetujuan tersebut. Tak tanggung-tanggung, GTT wajib membayar 50rb dan PNS sebesar 200-250 ribu kepada operator. Kalo di sekolahku ada 5 PNS dan 17 GTT dan PTT, maka saya akan mendapatkan 1 juta 850 ribu rupiah sekali mengisi data. Gilak!!!

Saat itu, panas ada di ubun-ubun. Maka saya tanggapi statusnya dengan kritikan dan leave the page as soon as possible. Aku nggak habis pikir kenapa ada orang yang money oriented seperti itu. Tunjukkan loyalitas untuk sekolah dan jangan banyak menuntut. Sekolah bisa saja membayar jasanya (since my principal offered it too, but we refused it). Silahkan kalau sekolah atau PTK berkenan membayar jasa si operator. Tapi I never like begging the money for any reason. Mengemis itu bukan sifatku. For me, kalau tidak mau kerja dengan bayaran sedikit, simply leave your school, find another job! Never ever dream of earning much much much money in the school. We (baca: school teachers and staffs) suppose working at school for the sake of students' quality.

Jadi, anda termasuk guru atau staff  yang money oriented ato bukan?

Selasa, 26 Maret 2013

Dos and Don'ts: Ngobrol Tanpa Bikin Bete

Yakin sama aku? Apa aku kompeten ngomongin cara ngobrol, sementara aku sendiri tak pintar ngobrol  



Based on the research I've done unintentionally during my social interaction, aku banyak menyesal melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Kadang juga aku merasa bete kalau ada teman ngobrol yang terlalu asyik dengan topik obrolan seputar dirinya sendiri. Apakah kamu juga? Bener-bener nggak seru kan berlama-lama dengan teman ngobrol yang nge-betein. Sebenarnya ada banyak faktor yang membuat obrolan menjadi ngebosenin. Salah satunya karena salah satu pihak tidak memahami sopan santun dalam mengobrol. Hapaseh ... Males beud (alay punya) kalo temen ngobrol bikin bete atau justru kita yang nge-betein. Thus, mari kita bahas tata cara bergaul in term of chatting behaviour.

Tips ngobrol tanpa bikin bete:
1. Find good topics for all talkers
Gak lucu kan kalo 1 temen diem mulu karena nggak paham teman yang lain ngomong apa. Sesekali lontaran yang agak high educated boleh, tapi ingat-ingat, tidak semua temen pendidikannya setinggi kita. Kalo bisa sih, setelah merasa gulity salah mengambil topik obrolan, langsung ajak ngobrol temen yang diem itu. Mengingat tidak semua teman nyambung dengan obrolan teman yang lain, pancing lah topik seputar hobi, sekolah atau kerjaan. Biasanya it works, teman yang diam bakal menyingkirkan rasa betenya sedikit. Sedikit nggak masalah, kan sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit  

2. Don't talk too much.
Kadang bosen deh kalo dengerin 1 orang cerita yang nggak ada habisnya. Capek mulut juga, tiap dya ngomong kita mesti senyum-senyum palsu (demi menghargai) dan bilang "iya ya" mulu. So, ingat, jangan banyak cerita yang nggak penting. Jangan pula mengulang cerita yang sudah pernah diceritakan. Bisa-bisa lawan bicara hafal topik pembicaraannya. Kasihanilah lawan bicara yang bosen jadi pendengar terus.

3. Don't expose yourself.
Senada dengan poin 2, poin 3 ini juga biasanya terjadi sama orang yang terlalu banyak ngomong. Bedanya, di poin 3 topiknya nggak umum dan melulu tentang dirinya sendiri. Lawan bicara bisa menghitung berapa kali si pembicara mengucapkan "kalo aku, kalo aku". Sampai-sampai lawan bicara kalo suruh komen jujur pasti bunyinya "trus gue harus bilang wow gitu". See? Dengerin obrolan tentang 1 orang yang show off itu blas nggak ada yang menarik. So, believe me, not every single word you share is interesting.

4. Look at listener's/speaker's facial expressions
Memandang muka lawan bicara itu penting, tapi jangan terlalu lama. Cukup at glance, sepintas saja. Kalau terlalu lama atau tidak memandang sama sekali, bakal dianggap tidak sopan. Kalo sudah tahu air muka lawan bicara, tentukan apakah dya tertarik atau sudah bosan mendengar kita ngomong.

5. Prepare your MP3  
Kadang menjadi tukang ngobrol itu bikin capek, jadi nggak ada salahnya mendengarkan teman mengobrol tanpa perlu ikut urun suara. Kalau bener-bener ada topik obrolan yang nggak "gue" banget, cukup puter MP3. Kadang begitu pun sudah cukup membuat si pembicara sadar diri kalau topik obrolannya nge-betein. Contoh nih, suatu kali ada sekelompok teman membahas topik X yang bikin aku tidak nyaman untuk mendengarnya. Aku bingung, kenapa teman-temanku bisa seenaknya ngobrol tanpa memandang sekeliling. Maunya nge-cut pembicaraan mereka, tapi, siapa aku? Nah, di momen seperti itu, MP3 bakal menjadi dewa penolong. Sayangnya, aku tidak selalu sedia earphone di tas 

Nah, itu baru 5 poin. sebenarnya ada banyak poin yang masih bisa digali (emangnya kuburan). Ada yang mau sumbang ide? 

Rabu, 07 November 2012

A Note for Ladies


Malam ini, pulang dari ngajar les di kotagede....

Sewaktu behenti di trafic light Ringroad selatan, ada 3 motor berhenti tepat dibelakang garis marka. Satu motor Vario baru warna hitam berhenti agak kebelakang, di dekat pengendara motor laki-laki dan perempuan. Dan aku ada di belakang mereka terpaut 1 meter. Agak aneh aku melihat si pengendara Vario sepertinya agak mepet ke pengendara sebelahnya, bahkan tangan si pengendara Vario sempat-sempatnya menyenggol lengan perempuan yang dibonceng pacarnya. Catat, dibonceng PACARnya. Gila ya, perempuan tidak sendiri pun masih jadi sasaran pelecehan.

Here's the picture I draw to describe the situation. Sorry for the bad drawing dear ^0^

Kenapa aku bilang pelecehan?
Karena aku perempuan, sudah tahu tanda-tanda laki-laki yang suka melecehkan perempuan. Tidak sengaja menyenggol tangan pembonceng itu sangat mustahil, apalagi area traficlight ringroad selatan itu lebar. Kenapa pula harus mepet-mepet pengendara lain? Nggak takut kesenggol jatuh apa ya?

Dasar sifatku suka suudzon sama laki-laki, jadilah sepanjang 115 detik menunggu lampu menyala hijau, aku memperhatikan tingkah laki-laki pengendara Vario. Laki-laki itu memandang si perempuan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Entah apa isi otak laki-laki itu, yang jelas aku merasa tidak ada yang janggal dari pakaian si perempuan. Baju lengan panjang, jeans biasa, badan kurus, hanya saja dia tidak berkerudung. Tidak ada sama sekali pakaian perempuan tersebut yang mengundang nafsu.

Menjelang detik ke 10, si laki-laki nampak semakin mengarahkan tangan kanannya lebih dekat dengan lengan si perempuan. Jempolku siaga diatas tombol klakson, kalau-kalau si pengendara Vario mau menyenggol paha si perempuan atau apanya lah. Dan benar juga, pada detik-detik terakhir, si pengendara Vario agak condong miring (kayak mo jatuh) ke kanan sehingga tangan kanannya menyentuh lengan si perempuan dengan sukses. Kontan saja, aku pencet tombol klakson. Mungkin orang-orang mengira aku tidak sabar segera melajukan motorku. Padahal aku hanya melampiaskan kemarahanku. Entah si pengendara Vario sadar ato tidak. Tapi yang jelas aku sebel sama laki-laki itu.

Aku jadi ingat dulu pernah saat berhenti di trafic light, kakiku (bagian pinggir telapak) agak disenggol oleh bapak-bapak. Waktu itu aku membonceng temanku, dan sedang ngobrol dengannya. Jadi spontan obrolan berhenti dan aku berkata lirih “apa sih?”. Aku dan temanku sama-sama menoleh ke arah kaki yang menyenggolku. Merasa risih, aku agak maju sedikit. Ternyata si bapak mengikutiku dan menyenggol ujung kakiku lagi. Akhirnya aku memmberanikan diri melihat wajah si bapak. Aku berharap dia adalah orang yang aku kenal dan iseng bercanda denganku. Tapi, aku salah. Aku tidak mengenal si bapak itu. Dan sadar aku melotot ke arahnya, si bapak sok cuek seakan tidak berbuat apa-apa. Hikmahnya, dia menjauhkan kakinya dariku. Aku aman sampai lampu trafict menyala hijau.

Geram juga sama pengendara motor laki-laki yang suka sembarangan melecehkan perempuan.
Kenapa sembarangan?
Ya iyalah, dijalanan saja masih sempat mencari celah memuaskan nafsunya. Menurutku pengendara Vario tadi terpelajar. Paling tidak lulusan SMA lah. Orangnya tidak terlalu tua tidak terlalu muda, mungkin antara 30-40 tahun. Agak gemuk dengan tinggi rata-rata, kulitnya warna sawo matang. Dari pakaiannya, sepertinya dia pekerja kantoran. Dilihat dari motornya yang baru, kayaknya gajinya lumayan. Tapi kenapa orang seperti ini berkelakuan yang tidak jelas begitu ya?! Nggak paham aku...

Tapi makin geram lagi sama perempuan korban pelecehan tadi.
Kalau kata Rosa “Hey ladies jangan mau dibilang LEMAH”.
Jangan jadi korban yang lemah karena tidak berani melawan. Jangan menganggap sepele pelecehan yang hanya berupa senggolan seperti itu. Andai saja si perempuan tadi melotot atau teriak, bukannya bersembunyi dibalik hape-nya, sok tidak sadar kalu dia sedang dilecehkan. Berdasarkan pengalaman yang aku denger, laki-laki seperti itu sebenarnya tidak punya nyali. Kalau korbannya teriak atau malah melawan, si pelaku akan takut. Bisa jadi malah kabur duluan.

Mereka para pelaku pelecehan, biasanya memakai penutup muka atau memakai helm dengan kaca gelap. Cih, pengecut banget.
Andai bisa ngomong sama pelaku pelecehan dan kawan-kawannya...
“Kalo berani melecehkan harusnya gentlement dong. Buka penutup mukanya, jadi perempuan-perempuan lain bisa waspada sebelum dilecehkan sama anda-anda.”

Hayo, yang merasa tadi menjadi pelaku pelecehan sesuai ciri-ciri yang aku sebutkan tadi, jawab tantanganku!

Minggu, 26 Agustus 2012

Kritik Kritik Kritik

Teman A : kayaknya kamu berubah.
Teman B : ah, masak? Jadi tambah cantik ato tambah manis? Aku merasa fine-fine aja lho, hehe..
Teman A : please deh, jangan sok amnesia. Akhir-akhir ini kamu menjilat ludahmu sendiri tau.
Teman B : apa sih?
Teman A : menurut loh??!
Teman B : suer, Aku nggak ngerti.
Teman A : kamu pikir aja sendiri!!


Huff…

Andai aku sedang ada di kelas bahasa Indonesia, dan sedang disuruh melakukan dialog di atas di depan kelas pula, aku pasti bingung milih peran yang mana. Apakah aku mau jadi Teman A atau jadi Teman B??!

Mungkin aku mau jadi teman A, karena aku tidak suka di-judge negatively. Mungkin mengkritik itu lebih gampang, tinggal mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini terpendam. Tidak perlu memikirkan wajahku akan nampak sedih, menangis ato minta dikasihani. Kayaknya tinggal pasang muka serem dan judes.

Tapi....

Ah, setelah menyiapkan diri untuk mengeluarkan kritikan (yang membangun tentunya dan bukan sekedar kritikan nggak penting), ternyata NGGAK ENAK mengkritik teman sendiri. Bukan teman sejati memang, karena teman sejati selalu saling mengingatkan, saling menjaga agar selalu di jalan yang lurus. Tahu sendiri kan, kadang seseorang sengaja memilih jalan lain, padahal ada jalan yang memang sudah paten sesuai syariat. Tapi kayaknya aku nggak tega merusak persahabatanku deh. Aku nggak siap mendapati si Teman B akan menjauhiku setelah NGGAK TERIMA dengan kritikanku. Teman B mungkin akan berkata "nggak papa kok. Makasih sudah mengingatkan ya."

Tapi kan, dalam hati orang siapa yang tahu???!!

Terus...

Kalau aku jadi Teman B, bisa tiga hari tiga malem nggak tidur buat mikirin perubahan apa yang menurutku
KEMAJUAN tapi menurut orang lain KEMUNDURAN. Bisa saja aku menghibur diri dengan mengatakan “masa bodoh dengan apa kata orang, mereka gak tahu apa-apa tentangku”.
Tapi apa iya Teman A itu termasuk golongan orang yg tidak mengenalku? Kalo dia temanku, maka dia orang terdekat yang selalu tahu apa-apa tentangku. Jika begitu, maka orang yang tidak tahu apa-apa tentangku akan men-judgeku lebih buruk dari temanku sendiri. Aku nggak mauuuuuuu…..

Hmmm, kawan…
Ada baiknya kita me-review tentang apa yang telah kita lakukan selama ini. Setiap tingkah laku kita akan termonitor oleh orang banyak yang mengenal kita. Perilaku kita, baik tindakan maupun perkataan, akan membentuk image kita sendiri di hadapan masyarakat. Kadang kala, tak sadar kita khilaf melakukan tindakan bodoh yang membuat kita jadi bahan gossip panas. Mungkin kita bisa seenaknya “
LUWEH” dengan pandangan orang. Yang penting kita yakin bahwa kita tidak berbuat salah.HELLO??!!!!!
Bersikap cuek sih boleh-boleh saja, tapi pernah kah kita mikirin bagaimana “TEMBE MBURIne”? Tidak kah kita memikirkan siapa saja yang merugi jika kita terlalu cuek dengan image kita yang menurut kita kebagusan ini? Kalo itu cuma merugikan diri kita sendiri, terserah lah ya. Unfortunately, banyak pihak yang namanya tercemar karena ulah kita. Orangtua, keluarga bahkan teman deket yang sering “ubyang-ubyung” akan kena getahnya.

Nah, kawan.. jangan terlalu cuek dengan perilaku kalian deh. Pikirkan dulu image kalian akan terbentuk seperti apa sebelum kita seenaknya berbuat. Satu contoh, saat ada teman lain berbuat hal yang tidak sesuai dengan prinsip kita, tak jarang kita mencelanya. Sering kita berucap “aku nggak akan seperti itu. Ih, amit-amit”. Namun sayangnya, lidah tak bertulang.
BISA JADI kita khilaf dan (moga-moga) TIDAK SENGAJA melakukan hal bodoh yang sejak dulu dicela sendiri. Terus, dimana letak harga diri kita?? Dimana rasa malu kita?? Jangan pikirkan rasa malu di hadapan orang lain, tapi pikirkan dulu betapa malunya kita dihadapan hati nurani kita sendiri. Jangan sampai kita menjilat ludah sendiri. Astaghfirullahal’adzim…

Ayolah, inil saatnya kita mengitrospeksi diri kita. Memang kita pikir tidak banyak yang harus diintrospeksi. Yah… kayak pepatah lama yang berbunyi “Gajah di pelupuk mata tak nampak, kuman di seberang lautan nampak”. Susah banget untuk melihat kekurangan diri sendiri. Ya, karena kita seperti si Kuman bagi orang lain, maka itulah gunanya orang lain yang bisa menilai kita. Mereka bisa menjaga kita agar tetep on the track. Nggak salah kena kritik, jadi terimalah kritik itu dengan lapang dada. Masalahnya, setelah menata hati dan merancang kalimat yang akan diucapkan, ternyata
SULIT banget meng-kritik teman sendiri. Maka dengan ber-INTROSPEKSI, bantulah teman kita untuk mengkritik diri kita sendiri …


PS: Aku butuh dikritik banget 
nail biting

Kulo Nuwun, Permisi, Excuse Me...

Picture by Carry Me Home


Bingung deh, kenapa bisa seorang tamu (namanya kan tamu ya) masuk rumah dengan sembarangan. Dari dulu selalu diajari ortu atau guru tentang sopan santun, tapi belum diterapkan juga.Taukah dia kalau bertamu sama sekali bukan hal sepele seperti yang dia kira. Memang budaya bertamu ini sangat dianjurkan dalam Islam untuk mempererat persaudaraan. Eits, memasuki rumah orang asing, teman atau saudara sekalipun ada aturannya. Yang pernah bertamu pasti sudah sadar tentang anjuran ini kan? Tapi belum tentu yang bertamu ini sadar kalau Islam juga mengatur bagaimana seorang tamu harus bersikap.

Ini nih ada sedikit peraturan saat bertamu:

Pertama-tama, ketuk pintu dan ucapkan salam. Wajib, agar si tuan rumah tahu kalau ada tamu di depan pintu. kadang-kadang, kalau cuma terdengar ketukan pintu, orang rumah tidak ngeuh kalau ada tamu. Jadi, supaya tidak kecewa, jangan pernah pelit salam. Oh iya, sebutkan nama saat pemilik rumah bertanya, “Siapa?”. Dalam hadits, sahabat Jabir berkata, "Aku datang ke rumah Nabi SAW untuk membayar hutang ayahku, maka aku mengetuk pintu. Lalu Rasulullah SAW bertanya, 'Siapa?' Aku menjawab, “Aku.” Maka Rasulullah bersabda, 'Aku, aku,' seolah-olah Nabi SAW kurang suka dengan jawaban, “Aku.”

Kedua, mundur tiga langkah ke belakang (iyalah ke belakang) dan balikkan badan memunggungi pintu agar si tuan rumah punya waktu untuk merapikan diri sebelum menemui tamu. Kadang tuan rumah, misalnya perempuan, tidak berjilbab sehingga tidak siap menerima tamu. Jadi please, sabar ya kalau tuan rumah sudah menyahut salam tapi lama buka pintunya. Khusnudzon saja, mungkin tuan rumahnya baru nyari jilbab.

Ketiga, jangan pernah mengintip isi rumah atau yang lebih extrim tapi sering terjadi adalah membuka pintu dan masuk rumah tanpa ijin tuan rumah. Sahl bin Sa’ad As-Saidi pernah berkata kalau ada seorang mengintai dari lubang di pintu rumah Rasulullah SAW sedang di tangan Rasulullah SAW ada sisir besi yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala beliau. Ketika beliau mengetahui ada seseorang yang mengintai, beliau bersabda, "Andaikan aku mengetahui bahwa ia benar-benar telah mengintai, maka akan aku cocokkan besi ini di kedua matanya” (HR Bukhari Muslim). Kalau Rasul saja sampai begitu kesalnya pada tamu yang kurang sopan, apalagi kita ya.

Ada lagi hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Andaikan ada orang mengintai rumahmu tanpa izinmu, kemudian engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu.” Kalau Sketsa bilang... "Waduh".

Keempat, jangan masuk rumah sebelum tuan rumah mempersilahkannya masuk. Penting banget untuk diingat, karena bahkan di rumah saudara sendiri, ada hal yang orang lain tidak boleh tahu. Misalnya lagi nih, si empunya rumah habis mandi dan pakaiannya yang tidak proper banget, kasihan dia jadi malu tujuh turunan karena ternyata si saudara (tamu) itu laki-laki. Nah lo.. Pasti akan terjadi situasi aneh diantara tuan rumah dan tamu.

Kelima, jaga mata agar pandangan tidak nakal dan kesannya "menelanjangi" isi rumah. Pernah tahu, ada tipe tamu yang sukanya iseng pengen tahu isi rumah. Pura-pura mau ke kamar mandi, padahal penasaran seperti apa isi rumahnya. Bukan, bukan.. Tidak ada maksud untuk menuduh yang bukan-bukan, tidak menyamaratakan semua tamu begitu. Tapi kesaksian (apa ya istilahnya) ini pernah diucapkan seorang teman (bukan teman saya sih) saat ngobrol-ngobrol santai. Ngeri..

Keenam, jangan masuk ke ruang/kamar yang memang bukan untuk tamu. Bagiannya si tamu ya di ruang tamu, bukan kamar-kamar lain yang ada di rumah itu. Membuntuti tuan rumah ke seluruh penjuru rumah itu juga tidak sopan. Kalau si tuan rumah sendiri yang memperbolehkan, itu lain lagi ceritanya. Tapi kadang tuan rumah segan menegur, tinggal tamunya saja yang pintar bersikap dan membaca situasi.

Sebenarnya banyak hal yang perlu kita ketahui sebagai tamu. Tapi penulis Note ini punya keterbatasan. Takutnya terjadi salah paham atau salah interpretasi, bisa jadi dosa jariyah buat penulis kan ya. Biar lebih jelas lagi, silahkan meluncur ke google atau lebih manteb lagi kalau tanya ke pak ustadz atau bu ustadzah... 

Tertutup memang indah

Ibarat buku, kulit wanita adalah cover buku. Buku yang disampul dengan bagus, maka coverbuku aslinya akan lebih terjaga keindahannya dibanding yang tidak bersampul.

Benarkah?
Sebenarnya semua wanita juga tahu bahwa yang tertutup itu selalu indah. Hanya saja ada banyak alasan yang membuat mereka belum sadar tentang perintah Allah ini.

Padahal Allah memerintahkan para wanita islam untuk menutup kulit tubuhnya (aurat) untuk menyadarkan bahwa mereka itu wanita beriman. Bukan wanita yang biasa merayu-rayu di jalanan dengan menunjukkan lekuk tubuh mereka kepada orang lain.

Inilah cara Allah menghargai keindahan wanita, dengan mengariskan perbatasan aurat. Agar keindahan itu hanya dinikmati oleh insan yang berhak. Bukannya diraba-raba oleh pandangan yang sakit...


"Ngutip dari mana-mana"
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon