Kamis, 21 Mei 2015

Plan A dan Plan B Menjahit Jarik


Hallo.. Hallo..
Ada yang kangen sama saiya? *lebih-baik-pede-daripada-rendah-diri-kan-? 

Yak, saya kembali lagi dengan postingan yang nggak jauh-jauh dari hobi. Tolong dimaklumin ya, ini udah minggu-minggu menjelang liburan panjang. Jam mengajarku di sekolah sudah berkurang 4 jam. Murid les juga banyak yang minta libur dulu. Kan saya jadi seneng punya banyak waktu luang untuk menjahit. Mumpung selo, saya sekalian buka order menjahit aja kali ya. Ayo siapa yang mo jadi pelanggan pertama saya, diskon khusus wis   

Menjahit sendiri bukan sekedar hobi bagi saya. Tapi lebih karena kebutuhan. Biasanya kalo lagi butuh baju ato seragam dan nggak punya waktu dan duit ke penjahit, saya milih njahit sendiri bajunya. Kayak ini nih contohnya. Tahu sendiri kan tiap tanggal 20 saya harus memakai baju kebaya plus jariknya. Karena bulan kemarin jarik saya beda warna sendiri, maka kali ini saya pengen punya jarik yang (at least) warnanya sama dengan temen-temen.

Jarik yang saya beli harganya sekitar 40rb, lupa-lupa ingat. Saya pengen punya rok jarik model A-line yang nggak terlihat terlalu casual. Tujuannya sih, biar lebih nyaman dan nggak ribet pas gowes, karena saya seringnya ke sekolah naik sepeda. Nggak kebayang tho, jarikan itu udah ribet buat jalan, kalo mo gowes kudu cincing seberapa tinggi coba?! 
Desain Rok Plan A
Selesai membuat desain, saya mulai mengukur seberapa lebar lebar rok bagian pinggang dan kaki yang sesuai dengan desain. Agar lebih simple dan cepat selesai (waktu itu udah tanggal 19 cyin ), saya hanya memotong kain 1x saja di bagian samping. Dengan pertimbangan ban pinggang langsung menyatu dengan rok dan harus diberi karet plus resleting samping. 
Proses Ukur-ukur lanjut di potong
Wait..... stop!! 
Ada yang memperhatikan foto diatas nggak? Apa yang janggal coba?
Ditengah-tengah memotong kain, saya sadar kalo........ Motifnya kebalik pemirsa 
Motif Garuda-nya njungkel, harusnya menghadap ke atas, tapi ini malah menghadap ke bawah. Nangis nggak tuh. Kain cuma ini, kok ya salah potong. Akhirnya, saya berhenti memotong dan mulai mencari ide untuk ngakali agar kain ini tetep bisa jadi rok. Saya kan nggak mau rugi 
Kiri - Garuda ngadep bawah, Kanan - Garuda udah ngadep atas
Setelah mikir-mikir agak lama disertai perdebatan antara saya dan ibu (Ibu suka kasih ide jahitan yang menurutku STD alias standar, tapi makasih lho buk ), maka saya sudah tahu harus diapakan kain salah potong ini. Dan projek jahitan saya pun berlanjut. Untungnya (selalu ada untung dibalik musibah) saya baru memotong 1/4 bagian saja, jadi selebihnya bisa dibenerin arah motifnya.
Jahit, jahit, jahit..
Desain Plan A saya sudah gugur, dan Plan B yang menyempurnakan Plan A. Coba perhatikan: bagian atas rok yang motifnya Garudanya tetap njungkel, sedangkan bagian bawahnya sudah benar menghadap ke atas. Sekilas memang tidak terlalu kentara perbedaan motif bagian atas dan bawah. Apalagi sambungan kainnya saya tutup dengan kain ala-ala pita lagi. Namun, kalo yang memperhatikan itu seorang pemerhati batik, bisa kena kritik saya, huft 
Hasil Jadi Plan B
Menjadi penjahit harus pinter mencari ide kreatif, meski kreatifnya muncul saat terjadi bencana seperti saya. Ke depannya, saya kudu lebih ati-ati lagi supaya nggak perlu ada desain Plan B. Yet, kalo kata pepatah, dan saya setujuuuu banget:

If plan A doesn't work, the alphabet has 25 more letters
Kalo rencana A nggak jalan, masih ada 25 huruf lain. 
Tinggal pilih mau huruf yang mana gitu lhoh..

0 komentar:

Posting Komentar

Your comment, please. Whether it is good or bad... ^_^

 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon