Minggu, 23 Februari 2014

First Impression on Melilea Herbal Cleanser

Salam..

Yak, langsung saja, post kali ini nggak akan jauh-jauh dari judulnya. Beberapa hari yang lalu saya kehabisan facial wash dan karena 5 bulan terakhir saya menggunakan line skincare Melilea, maka saya pun memilih mengganti Ristra Med Soap menjadi Melilea Herbal Cleanser. Tidak ada yang salah dengan ristraku, kecuali kandungan SLS-nya, saya cocok-cocok saja kok. Saya cuma ingin memakai produk dari 1 brand yang sama saja biar jerawat di wajah saya tidak bingung.
Melilea Herbal Cleanser

What's in there?
Herbal cleanser for oily & acne prone skin mengandung: 
Deionised water (aqua), stearic acid, cocamidopropyl betaine, lauryl polyglucose, caprylic/capric triglycerides, sodium oleth sulfate, cocos nucifera oil, thyme (thymus vulgaris) extract, barbadensis (aloe vera) leaf extract, rosemary (rosmarinus officinalis), panthenol, ginko biloba extract, white tea extract, linolenic acid, goldenseal (hydrastis canadensis) extract, vitamin E tocopherol, citric acid, phenoxyethanol, fragrance, ascorbyl palmitate, ascorbic acid, ethylhexylglycerin, potassium sorbate, tetrasodium EDTA 

Nggak ngerti juga macem-macem ingredients di atas itu buat apa saja. Yang paling penting dari produk ini, nggak ada kandungan SLS ataupun parabennya. Padahal produk lamanya masih ada SLS dan paraben. Mungkin sudah diganti dengan yang lain, atau pake istilah baru. Dunno.. eits, yang bingung apa itu SLS, apa itu Paraben? Silahkan baca dulu tentang SLS dan Paraben ya..

How to use? (Menurut petunjuk di box)
Keluarkan sedikit clanser. Gunakan ujung jari atau sponge bersih untuk meratakan cleanser di seluruh wajah dan leher. Kemudian, basahi tangan dengan air hangat dan pijat wajah dan leher dengan lembut. Bilas dengan air hangat.

What do I do?
Bersihkan wajah dan leher dengan washlap yang sudah dibasahi air hangat. Kemudian semprotkan sedikit (sedikit saja) cleanser di 6 titik di wajah dan leher. Usap dan ratakan ke seluruh wajah dan leher. Basahi tangan dengan air hangat, pijat wajah dan leher dengan lembut. Bersihkan wajah dan leher dengan menggunakan washlap yang telah dibasahi air hangat, ulangi beberapa kali. Terakhir,  bilas dengan air dingin.

Do I like it?
Yes, mungkin karena saya membersihkan cleanser ini dengan washlap (bukan dengan tangan saja), jadi saya merasa wajah saya lebih bersih. Memang agak gimana gitu karena biasanya saya membersihkan wajah dengan facial wash yang memang ada busanya (walaupun sedikit), sedangkan herbal cleanser ini tidak ada busanya sama sekali dan tidak perlu di bilas dengan sabun wajah lagi. So far, saya suka dengan produk ini. Beberapa beauty bloggers (believe meI'm not) menyebutkan kalau mereka merasa ada sisa-sisa minyak yang tertinggal di wajah setelah menggunakan produk ini. Tapi, saya kok biasa-biasa saja ya, tidak merasa wajahku masih kotor (lho? hehe). Apa mungkin karena saya baru menggunakan produk ini 2x, tadi malam dan tadi pagi saja ya? hmmm..

Do I hate it?
Sedikit.. Lebih karena pricey saja. Saya agak keberatan dengan harga produk ini yang di  bandrol Rp. 275 ribu. Walaupun saya mendapatkan cleanser ini dengan harga Rp. 220ribu, tetap ini masih mahal, 7x lipat dari harga Ristra Med Soap sodara-sodara. Percaya nggak percaya, membeli produk Melilea ini kudu nyicil satu per satu tiap bulan atau tiap dua bulan. Nasib, pengen pake produk aman ternyata mahal yak, hiks hiks.. broken heart
Saya juga agak males harus menyiapkan air hangat di baskom untuk cuci muka, ribet. Kalo buru-buru pergi, ritual membersihkan wajah ini bakal menambah hectic saja, fiuh..hurry up!



Overall, saya masih akan suka dengan produk ini. Kalau nanti saya merasa bosan dengan produk ini, saya akan update lagi post ini. Janji deh  batting eyelashes

Update: on May 16th, 2014
Due to jerawat saya tidak kunjung berkurang, sudah hampir 1 bulan saya stop menggunakan Melilea, any kind of it. Cocok-cocok kan kali ya, tapi saya nggak sabar menunggu cocok sama dya. Facial wash saya kembali ke produk lama, RISTRA Med Soap. Saya masih jatuh cinta sama produk ini love struck

Minggu, 16 Februari 2014

Ratu Sejagat, eh, Ratu Lebah

Pagi ini tak sengaja saya menonton reality show yang menampilkan Lebah sebagai figurannya. Si Narasumber mengeluarkan ratu lebah dan mengatakan bahwa, kemana pun lebah ratu pergi, maka lebah pekerja akan mengikutinya. Mata saya otomatis tertarik pada sosok ratu lebah itu. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dan tidak ada yang bisa menjawa. Jelas, karena saya bertanya pada orang yang tidak berkompeten, hihi.. 

“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung,di pohon-pohon kayu, dan di tempat-ternpat yang dibikin manusia.”‘ (QS An Nahl, 16: 68)

Pada akhirnya saya berkonsultasi dengan internet dan sedikit banyak penasaran saya terjawab (sumber dari sini, sana dan sono). Sebelum memulai membahas penasaran saya terhadap lebah dan Ratunya, maka perlu saya tulis dulu 3 tipe lebah. 


  1. Lebah Ratu (Queen Bee) : berkelamin betina, bertelur selama hidup (2000 telur/hari), makan sari madu (royal jelly), umur kira-kira mencapai 4-6th, memilih jodoh dengan cara terbang tinggi dan pejantan yang mampu mengejar berhak mengawininya (ala dongeng banget, pake sayembara)
  2. Lebah Jantan (Drone) : merupakan lebah hasil dari telur yang tak dibuahi, makanannya madu biasa bukan royal jelly, tugas satu-satunya mengawini ratu muda, akan mati setelah kawin. Dalam keadaan krisis ekonomi (ceile), lebah jantan akan diusir lebih dulu dari koloni karena dianggap useless. Setuju deh.. Laki-laki yang nggak bisa bekerja, udah buang ke laut aja 
  3. Lebah pekerja (Worker Bee) : berkelamin betina, berasal dari telur ratu lebah, ukuranya tak lebih dari 1 cm, makanannya madu biasa, tugasnya mengumpulkan serbuk sari dan nektar, tidak berhak kawin, umurnya kira-kira 28-35 hari saja. Lebah ini terdiri dari Lebah Perawat (merawat ratu dan mengajarkan anak-anaknya untuk jadi lebah pekerja, memberi royal jelly untuk Ratu), Lebah Pencari (mencari sumber pollen, nektar dan propolis kemudian memberitahukan kepada Lebah Pengumpul (mengumpulkan pollen dan menyimpannya di kantong kaki)

Questions and answers:

  • Kok tau itu ratu lebahnya?

Ukuran lebah ratu jelas berbeda dari lebah pekerja, yaitu 2,8x lebah pekerja. Hanya ada 1 ratu lebah dalam 1 koloni. Jika lahir ratu lebah baru, maka akan ada pertempuran hidup dan mati untuk memperebutkan posisi ini. Kejamnya.. 
Sumber Foto

  • Apakah Ratu lebah itu turun temurun semacam dinasti begitu? atau semacam Nabi yang terseleksi selama waktu berjalan?

Yang ini agak membingungkan. Ada beberapa sumber (disinidisitu dan disana)  yang mengatakan kalau lebah ratu dipilih melalui voting (halah), setelah lebah ratu merasa sudah tua. Lebah pekerja berunding dan menentukan telur mana yang terbaik dan akan dijadikan lebah ratu. Tapi sumber ini mengatakan kalau lebah ratu sendiri yang akan meletakkan telur calon ratu di queen cups. Kemudian, sebelum ratu muda menetas, lebah ratu tua akan pergi meninggalkan sarangnya, bersama segerombolan dayang-dayangnya. Mo kemana mereka ya? Yang jelas, gak lama setelahnya ratu lebah akan mati. Inalillahi..
Sumber Foto

  • Kenapa bisa ukuran tubuh Ratu lebah beda dengan lebah pekerja?
Pada dasarnya, lebah ratu dan lebah pekerja itu sama. Lebah ratu muda dan lebah pekerja sama-sama terlahir dari Ibu ratu lebah. Bedanya, lebah ratu muda itu anak emas yang selalu diberi makan royal jelly (susu ratu) seumur hidupnya, sedang lebah pekerja itu anak tiri yang tidak pernah makan royal jelly setetes pun (tapi sumber ini mengatakan kalau larva lebah pekerja makan royal jelly selama 4 hari pertama). Kandungan royal jelly yang kaya akan protein dan senyawa misterius lain ini lah yang membuat lebah ratu tumbuh lebih besar dan berumur 30x lebih lama dari lebah biasa. Walah, pantes royal jelly itu mahal. Lha wong khasiatnya begitu super, menghasilkan lebah ukuran ratu pula.


  • Kenapa lebah pekerja tidak iri pengen jadi ratu juga?

Wallahualam.. mungkin sudah sadar diri, seperti para abdi dalem yang nggak pengen jadi Sultan. Eh, pengen sih mungkin ya, tapi kan mana bisa?

Sekian reportase saya mengenai sang ratu lebah dan anak buahnya. Allah menciptakan lebah sekecil itu dengan sempurna dan mengatur hidupnya sampai detil-detilnya sehingga berguna bagi manusia. Subhanallah.. Kalo begitu, manusianya juga harus lebih berguna dari lebahnya dong. Mari mari kita lebih produktif lagi 

PS: saya geli dan merinding sendiri saat mengupload foto-foto di atas, hiiiy

Senin, 03 Februari 2014

Sejujurnya..

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan di dalam batinnya. Semua pembicaraan harus mengandung kebaikan dan disampaikan dengan cara yang baik pula.

Jangan sampai pembicaraan kita penuh dengan hal-hal yang mungkar, menjijikan, menyakiti hati orang lain dan merusak. Seharusnya diusahakan untuk berbicara dengan sesuatu yang bermanfaat, memberikan kegembiraan kepada orang lain, memotivasi untuk kebaikan, memberikan kesadaran dan mengajak orang untuk menegakkan kebenaran (diambil dari: here and there). 

Semalam saya terlibat perdebatan dengan seorang teman soal kejujuran. Menurutnya, jujur itu tidak ada yang menyakitkan. Pun kalau sakit hati, mending sekarang daripada nanti-nanti. Dan setelah berkata jujur, maka hati akan plong bebas dari beban. Lho, apa kabar dengan orang yang mendengar kejujurannya? Bukankah menjaga hati orang lain itu termasuk yang harus dipikirkan sebelum berkata jujur? (Errr.. atau saya saja yang terlalu sok memikirkan orang lain ya).

Oke.. saya suka kalau ada yang ngomong jujur pada saya. Tapi tanpa disadarinya, saya sedih, marah dan kecewa mendengar kejujurannya yang menyudutkanku itu. Tapi saya diam saja, karena hanya itu yang biasa saya lakukan untuk menghindari pertengkaran yang nggak penting. Dan saya sedang berusaha ikhlas menerima kejujuran orang lain, meski jadi berbeda pandangan, I do agree to disagree..

Sejujurnya, salah satu alasannya adalah karena saya tidak pintar berkata jujur. Apa sebabnya? Karena menurutku, tidak semua hal harus dikatakan dengan jujur 100%. Setidaknya jangan dikatakan secara gamblang, blak-blakan, tanpa basa basi. Kalau ada jalan lain menuju Roma, maka saya memilih jalan itu daripada kejujuranku berbuah pahit (eits, maksudnya dalam hal tertentu lho). Ambillah contoh saat beberapa hari yang lalu saat les saya disuguhi minuman rasa Strawberry. Saat melihat gelas berisi susu Putih dan ternyata rasa Strawberry, saya agak sedikit mengernyitkan dahi. 

Muridku dengan girangnya berkata, “yes, susu. Mbak Endang ki ora doyan, Mah”
Sang Ibu kaget dan berkata, “ben ngombe aqua ne kui. Iki energen kok, mbak. Doyan tho?”
What more can I say? “Nggak terlalu suka, tapi doyan. Nanti saya minum, bu”

Before (pukul 19.30an) - After (pukul 20.30an)

Padahal saya sendiri tak yakin apa bisa nanti saya menghabiskan segelas susu putih itu. Jujur saya tak suka susu putih apalagi dengan rasa buah-buahan yang nggak normal (bukan jeruk atau mangga ). Tapi kalau saya mengatakan “nggak doyan bu”, nggak tega rasanya melihat kekecewaan di wajah Tuan Rumah. Maka dengan segenap tenaga dan perjuangan, walau harus mengimbanginya dengan air putih, saya habiskan juga Energen dengan sensasi strawberry tadi. 

Selesai les, sang Ibu menemuiku dan bertanya
“wo, mbak Endang ki ora seneng susu putih tho? Tiwas wis tak gaweke. Rasah di ombe nek ra seneng ki”
See, jujur itu kadang tetap berujung tidak mengenakkan tho?
Padahal saya merasa sudah memilih kata-kata yang tepat lho..

Terlepas dari itu semua, jujur dalam perkataan (dan perbuatan tentunya) memang harus di junjung tinggi. Tentunya, dengan mengingat pula adab-adab berbicara dengan orang lain. Semoga saya bisa selalu Jujur dengan diri sendiri dan orang lain. Amin..

Minggu, 02 Februari 2014

Jantungnya..


"Lek, aku besok mau operasi kalo sudah gak batuk pilek"

Hiks hiks... Pengen nangis rasanya, tapi nggak mungkin di depan Fia..
Mendengar kata "operasi" saja saya sedih, kenapa Fia justru biasa-biasa saja. Walaupun, insyaAllah, kemungkinan keberhasilan operasinya besar, tetap saya nggak tega melihat Fia harus jadi pesakitan. Setengah mati saya maju mundur saat disuruh ikut donor darah, padahal hanya akan bersentuhan dengan jarum bukan pisau bedah. Sedang Fia.... ahhh..

Kenapa sampai Fia bilang mau operasi?
Berawal dari mimisannya yang susah berhenti. Mimisan pertama saat dya berumur 4tahun, dan harus di opname 7 hari. Selama 7 hari pula hidungnya ditutup perban kanan kiri karena selama itu hidungnya masih berdarah. Mimisan kedua baru 2 minggu lalu, mimisanya 30 menit saja, tapi tetap harus opname 1 malam untuk di observasi jantungnya. Kali ini dokter benar-benar mendiagnosa Fia mengalami jantung bocor, dan jantungnya sudah mengalami pembengkakan melebihi saat terakhir kali diperiksa. Inalillahi..

Gambar atas diambil dari sini

Kami benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa Fia di vonis penyakit jantung, sedangkan selama ini dya tidak mengeluh apa-apa. Berdasarkan informasi yang saya dapat, kelainan jantung bawaan terdapat pada 8-10 anak diantara 1000 bayi yang dilahirkan, atau sekitar 0,8 % dari bayi yang dilahirkan (Theasianparent.com). Menurut Deherba, penyakit kelainan jantung pada bayi, dan anak dapat berupa kelainan jantung bawaan ataupun penyakit jantung yang didapat. Contohnya, seperti jantung bocor atau timbulnya lubang pada jantung. Ini membuat jantung harus bekerja keras karena tidak sempurnanya organ jantung. Jantung harus memompa lebih keras dan itu sangat potensial menyebabkan terjadinya pembengkakan jantung. Yang paling ditakutkan tentu saja efek dari terjadinya jantung bengkak. Saat seseorang sudah mengalami pembengkakan jantung, mereka sangat beresiko mengalami pembekuan darah dan kesulitan bernapas.

Sebelum kemarin pulang dari Sardjito, ayah Fia sudah disarankan untuk menuntaskan penyakit Fia. Artinya Fia memang harus di operasi untuk mengatasi kebocoran jantungnya. Mau tidak mau memang operasi harus dilakukan secepat mungkin. Sayangnya, pak dokter yang sudah ahli dan berumur itu menjelaskan penyakit dan tindakan lanjutannya tepat saat visit ke kamar Fia, dan Fia dengan "kepo" nya mendengarkan perkataan dokter. Fia memang belum tau resiko penyakitnya, yang dya tahu dya harus rutin minum obat, demi kesembuhan penyakitnya. Dan tugas kami menjaganya, memastikan kebutuhan untuk tubuhnya terpenuhi.

Jangan takut ya dek, tetap berdoa sama Allah. Semoga Fia tetap kuat dan bisa sembuh.
ًALLAHUMMA ROBBANNAS ADZHIBILBA’ SA ISYFI ANTASYSYAFI LA SYIFAUKA SYIFA’ AN LA YUGHODIRU SAQOMA  

Masih Soal Duit

"Mbak, ini gimana ya kok Jam Ngajar nya gak muncul?"
"Mbak, terus kita harus gimana?"
"Mbak, terus besok sertifikasinya cair gak?"
"Mbak, kalo sertifikasinya gak cair gimana?"

That's enough..
Kenapa sih melulu mikirin soal sertifikasi?
Well, I know, duitnya itu lumayan banyak. Tapi, mari kita flashback about one to three years ago. Dulu sebelum dinyatakan lulus sertifikasi, apakah kalian mikirin "gimana kalo sertifikasinya tidak cair?"
Errrr...
Terus, apakah kalian mikirin juga "kalo sudah cair, saya harus gimana lagi biar ngajarnya makn maksimal??"
Ehmmm...
Jadi, sebelum mikirin bisakah sertifikasi saya cair, let's take a deep breath. Say that Allah gives us the REZEKI, not the human beings.

*Edisi bosan jadi tempat berkeluh kesah soal duit, at least for now. So, stay back... (I wish bisa ngomong begini)

Jumat, 24 Januari 2014

Belajar dari Ponakan


Baru ingat, tulisan ini sudah lama nangkring di draft. Ternyata saya cuma hobi nulis, tapi malas menyelesaikan tulisan, hohoho... *plak 

Tulisan ini dimunculkan kembali  setelah kemarin 3 ponakan sakit bersamaan. Awalnya sakit demam  biasa, tapi tak disangka, Fia (7th) masuk Sarjito, Zafir (1th) opname di Nur Hidayah, Naura (4th) tinggal saja di kamarku. Selama beberapa hari ini rumah sepi tanpa ponakan, eh, ada Hanif (1th) juga ding. Sebenarnya, nggak sepi juga sih, kan para tante ini giliran jaga ke sana ke sini dan ke sono. Sedih melihat mereka lemes begitu, berharap-harap cemas juga menunggu kabar dari dokter. Moga-moga cepat sembuh ya dek.. 

Fia dan Naura lagi ganjen

Kalau nggak sakit, anak-anak ini bikin gemes. Gemes pengen jitakin satu-satu, hehe.. 
Bayangkan, rumah beres res, bisa seketika berantakan kalau mereka datang. Tapi ya nggak bisa marah-marah terus sih, kadang mereka bikin senyum-senyum. Contohnya waktu (1th lalu, pas nulis ini), Fia dan Naura merengek minta uang jajan. Saat itu saya sedang tidak ingin memanjakan mereka, jadi saya diamkan saja. Tanpa sepengetahuanku, mereka ke warung depan dan kembali lagi dengan membawa permen. Heran dong, darimana mereka bisa jajan. Maka percakapan kami kurang lebih seperti ini:

saya "Lho kok bisa jajan, duitnya darimana?"
Fia  "Kan aku tadi punya 500"
saya "Trus permenya, berapa harganya?"
Fia  "500 dapat 5"
saya "Ow.. Berarti dapat 5 kan? 2 buat Fia, 2 buat Naura. Yang 1 sini buat lik aja, hehe"
Fia  "Enak aja.. Naura dapat 2, yang 3 buat aku"
saya "Lho kok bisa? Kok naura nggak pengen?"
Sambil melirik Naura yang asyik membuka bungkus permen.

Fia  "Soalnya tadi aku bilang, Naura mau dapat pahala atau dapat permen?
Kalo permenya 2 nanti dapat pahala, kalo permennya 3 nanti nggak dapat pahala"
saya "Terus adek jawab apa?"
Fia  "Mau dapat pahala, jadi ya permennya cuma 2"
saya "Bener dek?"
Naura menganguk sambil tersenyum meringis.

Saya tertawa mendengar cerita Fia. Pinter amat anak ini membesarkan hati adeknya. Antara pinter atau "pinter" ya ini. Tapi yang paling bikin terharu itu jawaban Naura. Bagaimana bisa anak umur 3 tahun tertarik pahala daripada permen. Subhanallah.. 

Harusnya saya belajar banyak dari Naura. Bukan hanya mencari kesenangan duniawi, tapi akheratnya juga dibanyakin. Sudah cukup belum ya bekalku? Tentu belum akan cukuplah, huks huks.. 

Kamis, 23 Januari 2014

Mencari Kucing

Pernah nggak terpikir untuk mencari kucing?
Bukan karena kucingnya hilang lantas dicari, tapi simply karena pengen punya kucing tanpa harus membeli atau dikasih. Saya sih enggak terpikir kesitu, sampai suatu hari tetanggaku yang masih SD pulang dengan membawa kardus wafer berisi kucing. Kok kardus? Kok bukan kandang? 
Ya, namanya juga di kampong, mana ada yang nyimpen kucing dalam kandang. Kecuali kalo itu kucing angora sih..

Beberapa waktu yang lalu, kucing tetanggaku mati tertabrak motor. Si anak sampai menangis susah. Mungkin bahasa gaulnya, patah hati alias broken heart. Sampai suatu hari temen sebangkunya mengajak dia mencari kucing. Dimana kira-kira mencari kucing? Di pasar.. 
Ya salam.... 
Tak pernah terpikir mencari kucing kok di pasar. Padahal jaman dulu bapak suka membuang kucing di pasar. Ternyata give and take ya, hihihi.. Satu membuang, satu yang lain mengambilnya.
Kucing Baru Si Tetangga

Bagi anak ini, apapun bentuk dan warna kucing itu, bagaimana pun riwayat si kucing, yang penting dya bisa punya kucing dan memeliharanya sampai besar. Rasa sayangnya terhadap yang namanya kucing membuatnya tak perduli apakah kucing ini penyakitan atau malah sukanya mencuri ikan. Semudah itu ya dya bisa menerima si kucing apa adanya. Bagi kucing pun begitu, take it or leave it. Mau silahkan ambil aku, kalo nggak mau ya tinggalin saja. Haish.. andai semudah itu ya mencari teman, hadewh..
Kucing oh Kucing..
 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon