Sabtu, 17 Maret 2012

Terimakasih Karena Terimakasihmu




Sabtu. Hari yang cukup menyenangkan. 
"This is weekend, ending my week of teaching" pikirku.
Harus bangun pagi-pagi karena aku akan mengajar tepat pukul 07.00. Jam pertama sangat tidak menyenangkan bagiku. Mesti ngebut mandi, dandan, plus ngebut naik sepeda sampe sekolah. Cuma nyepeda aja pakai acara ngebut ya, hehe..

Beberapa menit kemudian, aku sudah sampai di kelas 1A. Ekstra pikiran, ekstra tenaga dan ekstra semangat yang aku perlukan. Menit-menit pertama, aku harus bisa menkondisikan muridku agar siap belajar. Anak-anak ini masih terbiasa main di TK, jadi butuh sesuatu yang menyenangkan untuk mengawali hari mereka di sekolah. Ujung-ujungnya agar mereka mau berpartisipasi aktif di kelasku. Jika aku sudah kekurangan ide, biasanya aku hanya perlu senyum lebar dan bertingkah enerjik. Semuanya kulakukan agar mereka ketularan enerjik. Mauku sih, hihihi...
Memasuki kelas 1A, aku sudah disambut anak-anak kecil ini. Mereka menghampiriku dan mencari perhatianku. Segera aku menyuruh mereka untuk duduk dan mulai berdoa. Namanya juga anak-anak, berdoa saja harus di awasi. Kadang aku harus menggelitiki mereka atau pura-pura galak menyuruh mereka duduk menggunakan isyarat tangan.
Usai mereka berdoa, seperti biasa, aku mengajar mereka ngobrol dulu. Maka dengan antusias mereka menyahut dan kelas jadi riuh. Salah satu anak menghampiriku di depan kelas.
“Bu, ini surat dari Isal lho,” kata Pinky sambil menunjukkan secarik kertas berwarna biru padaku.
“Masa? Coba lihat.” Aku melirik Isal dan mencoba meraih kertas yang di pegang Pinky.
“Nanti bu, aku baca dulu,” sahut Pinky. 
Ia menjauhkan kertas itu dari jangkauanku. Kulihat Isal hanya tersenyum.
“Bukan kok bu,” selanya malu-malu.
“Sini, ibu saja yang baca,” pintaku kemudian.
Selesai membaca kertas itu, Pinky memberikan kertas tersebut padaku. Kertasnya bekas di sobek dan dilipat kecil. Di atasnya tertulis “Hai, bu Endang. Dibaca ya.”
Penasaran isinya. Beberapa kali anak kelas 1 menulis surat padaku, isinya ada yang memujiku, ada yang minta dibuatkan PR, atau minta ijin ke belakang. Lucu banget cara mereka mengungkapkan isi hati mereka. Mungkin mereka malu jika harus berbicara langsung.
Aku tersenyum dan segera membuka kertas itu. Isal, si anak kelas 1 SD ini menulis begini:
“Bu Endang teremakasih pelajaran ini asik.”
Sedikit kaget dan terharu membaca isi tulisannya. Meski tulisannya salah, dan huruf b tertukar dengan huruf d, tapi aku tidak tertawa. Aku ingin menangis karenanya. Tak kusangka anak sekecil ini kepikiran menulis seperti ini. Anak kelas 6 saja belum pernah berterimakasih secara langsung padaku.
Spontan aku teriak.
“Aaaah.... Terimasih, Isal. Suratnya bagus sekali.”
Aku mendekatinya dan menyentuh bahunya. Ingin aku peluk, tapi apa kata anak-anak yang lain nantinya. Aku benar-benar tak menyangka Isal mendengarkan omonganku di awal kelas tadi. Bahkan langsung menanggapinya dengan tindakan. Tapi aku benar-benar tidak menyangka, anak ini kreatif. Kelak kamu akan jadi anak yang berhasil. Semoga kreatfitasmu  ini bisa mengantarmu menuju kesuksesan. Amin.
Hari ini semangatku untuk mengajar tumbuh kembali. Di saat aku sedikit bosan mengajar, Allah mengirim anak ini untuk menegurku. Aku malu pada-Nya telah menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah. Mengajar, apalagi mengajar anak orang lain, merupakan hal yang sangat mulia. Dan aku hampir melupakan hal ini.
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Kau masih perduli padaku.    love struck

0 komentar:

Posting Komentar

Your comment, please. Whether it is good or bad... ^_^

 
Don't Skip Me Blog Design by Ipietoon